Sejarah Hari Ibu di Indonesia, Hari Istimewa yang Wajib Kamu Ketahui

Tentang Hari Ibu dan Kejutan Manis Di Hari Ibu

Kepada ibu dan ayah, kepada mereka berdua kita tunduk dan merendahkan diri. Berdoalah kepada Allah agar keduanya mendapatkan kasih dan rahmat-Nya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik kita di waktu kecil.

Ini bukan apa-apa, hanya sedikit kejutan manis untuk perempuan super yang Allah SWT takdirkan untuk menjadi ibu, sebutan lain untuk malaikat tanpa sayap adalah bunda, umi terkadang juga mama.

Bisa dibilang, hari ibu adalah hari yang sangat istimewa, sudah sepatutnya kita sebagai seorang anak memberikan salam dan kabar yang baik kepada beliau. Bagi aku, hari ibu memang spesial, namun setiap hari tetaplah hari ibu, karena bakti kita untuk selamanya.

Sejarah Hari Ibu, gimana sih sejarah hari ibu itu sendiri?

Hari Ibu diperingati dengan berbagai alasan. Di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah, Hari Ibu atau Mothers Day dirayakan pada bulan Maret. Hal itu berhubungan dengan kepercayaan mereka memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronus, dan ibu para dewa dalam sejarah atau mitologi Yunani Kuno.

Di negara seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, Belanda, Malaysia, dan Hongkong, Hari Ibu diperingati pada hari Minggu kedua bulan Mei.

Karena hari itu pada 1870 seorang ibu aktivis sosial, Julia Ward Howe, mencanangkan pentingnya perempuan bersatu menghentikan Perang Saudara di Amerika yang belum berserikat. (via : eramuslim )

Sejarah Hari Ibu di Indonesia

Bagaimana sejarah hari ibu di Indonesia?

Setiap tahun, terutama pada tanggal 22 Desember. Biasanya kita selalu memperingati Hari Ibu Indonesia. Namun tahukah kamu apa yang melatarbelakangi tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu?

Dimulai dari pergerakan perempuan pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 22 Desember 1928, diadakannya kongres perempuan pertama kali, dilaksanakan di Yogyakarta.

Salah satu keputusannya adalah di bentuknya satu oraganisasi yang madiri dengan nama Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indoenesia (PPPI).

Pada tahun 1929 Perikatan Perkoempoelan Perempoelan Indonesia (PPPI) berganti nama Perikatan Perkoempoelan Istra Indoenesia (PPII).

Pada tahun 1935 diadakan kongres perempuan Indonesia II di Jakarta.

Kongres tersebut berhasil membentuk Badan Kongres Perempuan Indonesia, serta menetapkan fungsi utama Perempuan Indoensia sebagai Ibu bangsa, yang berkewajiban menumbuhkan dan mendidik generasi baru yang lebih menyadari dan lebih tebal rasa kebangsaannya.

Pada tahun 1938 Konres Perempuan Indonesia III di Bandung menyatakan bahwa 22 Desember sebagai Hari IBU Nasional. Selanjutnya, dikukuhkan oleh pemerintah dengan keputusan presiden nomor 316 tahun 1959 tentang hari-hari nasional yang bukan hari libur.

Tahun 1946 badan ini menjadi konggres wanita Indonesia disingkat KOWANI, yang sampai saat ini terus berkiprah sesuai aspirasi dan tuntutan zaman. Peristiwa besar yang terjadi pada tanggal 22 Desember kemudian dijadikan tonggak lahirnya hari Ibu oleh bangsa Indonesia.

Diperingati tidak hanya untuk menghargai jasa-jasa perempuan sebagai seorang Ibu, tetapi juga sebagai perempuan secara menyuluh baik Ibu maupun sebagai warga Negara.

Lalu, bagaimana menurut Islam?

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya siapakah yang lebih utama bagi kita untuk berbuat baik? Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab : ibumu, ibumu, ibumu lalu bapakmu. (Al hadits, muttafaqun allaih)

Kalau kita melihat sejarah hari ibu yang berasal dari negara Barat, mungkin mereka membuat hari Ibu sebagai bentuk pengingat bahwa mereka harus benar-benar menghormati ibu, karena (mungkin) di negara barat sana sudah mulai melupakan ibu atau peran orang tua.

Sedangkan perayaan seperti ini sebenarnya tidak ada di dalam Islam, karena memang dalam Islam, banyak ayat yang menerangkan bahwa kita harus berbakti kepada orang tua.

Ada beberapa ulama yang menyebutkan bahwa memperingati hari seperti hari ibu merupakan kegiatan meniru-niru atau menyerupai kebiasaan masyarakat lain, alias tasyabbuh.

Tetapi, tidak sedikit pula ulama yang membolehkan memperingati Hari Ibu dengan syarat bahwa penghormatan kita terhadap ibu tidak hanya kita batasi pada hari itu saja, juga tanpa harus menganggap hari itu sebagai sebuah hari raya (karena hari raya dalam Islam hanya dua: Idul Fitri dan Idul Adha).

Satulagi yang perlu diperhatikan, janganah ada unsur meniru-niru kebiasaan masyarakat non-Muslim di Barat yang terlarang (misalnya: meminum minuman keras, dan lain-lain).

Ibu dan Anak Mengaji

sumber gambar: http://gaulfresh.com/

Pendapat seperti ini antara lain dianut oleh Syaikh Faishal Maulawi, salah seorang ulama Muslim di Eropa.

Menurut dia, persoalan memperingati Hari Ibu terletak pada dua hal. Pertama, menjadikan hari itu sebagai hari raya dalam pengertian syariat Islam dan, kedua, mengkhususkan penghormatan dan pengabdian kepada ibu hanya pada hari itu saja.

Maka, lanjutnya, jika kedua hal tersebut tidak ada, memperingati Hari Ibu boleh-boleh saja. Kalaupun itu dianggap sebagai meniru-niru (tasyabbuh) budaya Barat, menurut Maulawi, itu tasyabbuh yang dibolehkan.

Karena tasyabbuh yang dilarang adalah tasyabbuh pada hal-hal yang memang spesifik ajaran agama dan/atau budaya mereka dan tidak ada akarnya atau dasarnya dalam budaya/ajaran Islam. Sedangkan menghormati ibu jelas sekali ada dasarnya dalam syariat Islam.

Ulama yang lain, Syaikh Abdul Fattah Asyur, salah seorang ulama Al-Azhar, Mesir, berpendapat bahwa sejauh ini umat Islam tidak memandang Hari Ibu sebagai sebuah hari raya yang bersifat keagamaan (dianggap sebagai ritual keagamaan),

Tetapi lebih merupakan sebuah bentuk ekspresi rasa cinta, kasih, sayang, penghormatan, dan pengabdian anak kepada ibunya yang memang amat berjasa dalam hidupnya.

Memperingati Hari Ibu dengan pemahaman seperti itu, menurutnya, bukan sebuah bentuk tasyabbuh terhadap budaya tertentu.

Dalam memperingati Hari Ibu, kita tetap melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan tidak melakukan apa-apa yang dilarang-Nya. Dengan begitu, ini bukan tasyabbuh, juga bukan meniru-niru agama lain. ( Via : Yayasan Asy-Syihab )

Jika kita melihat dari perjuangan sejarah adanya hari Ibu di Indonesia. Jelas begitu berbeda dengan sejarah peringatan hari Ibu di Barat.

Opini pribadi tentang hari Ibu

Di negara kita, hari ibu diperingati sebagai hari istimewa untuk mengenang para pejuang-pejuang perempuan bangsa yang memperjuangkan hak kebebasan dari penjajah bangsa.

Ibu Mengajari Anak Mengaji

sumber gambar: http://www.bundahusna.com/

Selain itu, di negra kita juga memaknai hari ibu yaitu, ibu bangsa yang memiliki tugas mulia. Ibu yang mempunyai peran untuk menumbuhkan dan mendidik generasi baru yang lebih menyadari dan lebih tebal rasa kebangsaan.

Disini, Ibu sangatlah berperan penting di dalam lahirnya jiwa-jiwa generasi baru yang memiliki kepedulian dan rasa cinta tanah air yang tinggi. Jelas pemaknaan hari ibu di Negara kita juga berbeda dengan di Barat.

Memperingati hari ibu adalah suatu keharusan, setidaknya memberikan salam gembira bahwa pada tanggal 22 Desember adalah hari istimewa bagi perempuan-perempuan Indonesia, yaitu para Ibu.

Selain itu sebagai sebuah perengangan, dan juga mengingat kembali akan jasa-jasa para pejuang dan pahlawan bangsa terdahulu, bagi aku sebagai akan. Seharusnya aku sadar akan begitu hebatnya sosok Ibu itu.

Tidak hanya dalam peran beliau yang ditakdirkan Allah sebagai malaikat bagi anak-anaknya, juga takdir Ibu yang berperan sebagai ibu generasi-generasi penerus bangsa.

Namun yang utama, hari Ibu haruslah kita maknai menurut pandangan agama Islam, yaitu sebagai wujud bhakti dan taat kepada Allah SWT.

Aku pribadi tidak menganggap hari ibu sebagai hari yang sakral dan hari dimana kita harus sayang sama ibu, hari ibu itu ya setiap hari, dimana setiap hari kita memang harus tunduk, patuh serta menghormati dan sayang kepada orang tua.

Meskipun terkadang memang masih sering sekali bandel, namun dilubuk hati yang paling dalam, aku sangat sayang & bangga sama ibu, semoga beliau juga bangga punya anak sepertiku, Aamiin.

Puisi Hari Ibu

Kali ini, aku tutup dengan sebuah lirik dari Sakha :

Air wudhu’ selalu membasahimu…
Ayat suci selalu dikumandangkan…
Suaramu penuh keluh dan kesah…
Berdoa untuk putra putrinya…
Oh ibuku…
Engkaulah wanita…
Yang ku cinta selama hidupku…
Maafkan anakmu bila ada salah…
Pengorbananmu tanpa balas jasa…

Terimakasih sudah berkunjung dan membaca artikel ini.

Klik star berikut untuk memberikan dukungan pada kami 😀

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

By continuing to use the site, you agree to the use of cookies. more information

The cookie settings on this website are set to "allow cookies" to give you the best browsing experience possible. If you continue to use this website without changing your cookie settings or you click "Accept" below then you are consenting to this.

Close