Kumpulan Puisi Pendidikan untuk Memaknai Pendidikan Indonesia

Puisi Pendidikan Sekolah

image via canva.com/goodminds.id

Pendidikan adalah sisi yang sangat vital dalam kehidupan di dunia ini. Secara sederhana, pendidikan bisa diartikan sebagai proses pengembangan diri pada manusia supaya menjadi lebih baik untuk menjalankan kehidupan di dunia ini.

Bahkan, untuk negara-negara yang sudah maju, pendidikan merupakan sektor yang vital dan paling diutamakan.

Jelasnya, terlihat dari besarnya anggaran pendidikan serta dukungan negara terhadap ragam penelitian. Bahkan, tersedia juga sekolah gratis dengan fasilitas yang sangat memadai.

Contoh dari keberhasilan pendidikan yang ada di dunia adalah di negara Jepang yang pernah luluh lantah karena serangan bom atom Hiroshima dan Nagasaki.

Meski begitu, saat ini Jepang menjadi salah satu negara raksasa teknologi yang terkemuka. Berbagai produk teknologinya menguasai dunia.

Hal ini dikarenakan setelah Jepang hancur lebur, pertama kali yang dibangun adalah sekolah-sekolah. Pendidikan menjadi hal terpenting dalam membangun peradaban.

Nah, karena begitu pentingnya pendidikan, banyak sastrawan yang kemudian menuliskan puisi pendidikan yang bertujuan untuk mengkritik kebijakan pendidikan pemerintah, atau memberikan semangat pada generasi muda untuk terus mengejar pendidikan.

Kumpulan Contoh Puisi Pendidikan

Puisi tentang pendidikan bisa ditulis oleh siapa saja, baik anak SD, SMP, atau jenjang sekolah formal. Bisa juga tulis oleh mahasiswa hingga pada guru.

Nah, untuk lebih memahami tentang puisi pendidikan, sebaiknya Kamu simak contoh-contohnya di bawah ini:

Puisi Pendidikan Karya Norman Adi Satria

..

Judul: Sajak Ujian Nasional

Bila harinya tiba

Tiba-tiba kita baru sadar bahwa inilah harinya

Belajar 9 cawu atau 6 semester

Hanya ditentukan ketuntasannya

6 hari dalam seminggu

 

Kalau gagal, bisa fatal

Mengulang, menanggung malu

Meninggalkan, sama saja membuang masa depan

Sedangkan kita punya mimpi-mimpi

yang terlanjur ditargetkan

 

Lalu kita terhasut aneka wacana

Bahwa ujian nasional

bukanlah penilaian bijaksana

Ini salah pemerintah

Ini salah menteri

Ini salah presiden

Ini salah bapak ibu mengapa menyekolahkan

 

Kita tidak merasa salah

Dengan dalil kenakalan remaja

memang harus dialami ketika remaja

Kalau ketika dewasa itu disebut kenakalan dewasa

Oom atau tante nakal misalnya

 

Karena berpusing dengan aneka pikiran

Malam tak bisa membawa kantuk

Esok pagi datang ke sekolah

Dengan tangan berisi pensil 2B

Tapi pikiran kosong

Ketika melihat soal ujian

Pusing tiba-tiba menyerang

 

Untung akal muslihat masih terang

Lebih baik menjatuhkan badan di ruang ujian

Dan teriak-teriak meniru suara harimau atau kadal

Yang penting judulnya kesurupan

 

Esoknya kita melihat akting kita di layar kaca

Jadi berita

 

Bukankah belajar itu tidak gampang?

Tentu, bagi orang yang tak perlu ilmu

Tapi menceburkan diri ke bangku sekolahan

 

Bekasi, 23 Desember 2012

Norman Adi Satria

..

Renungan: Remaja adalah masa di mana seseorang masih mencari jati dirinya. Ia mudah terombang ambing oleh keadaan.

Kadang kala, mereka hanya ikut-ikutan dengan apa yang dilakukan teman-temannya. Sehingga, kenakalan dianggap sebagai hal yang biasa. Untuk itu, pendidikan dikesampingkan. Pendidikan hanya dianggap sebagai formalitas belaka.

Padahal, mereka tidak tahu bahwa pendidikan sangat penting. Pada saat ujian, baru mereka kewalahan menghadapinya.

Hingga akhirnya membuat ulah dengan pura-pura kesurupan. Hal yang sangat konyol, bukan? Adalah tugas kita semua untuk membina karakter para remaja agar lebih peduli pada pendidikannya.

Puisi Pendidikan tentang Mimpi

Pendidikan bukan hanya sarana untuk memperoleh kualitas hidup yang lebih baik saja, melainkan juga jalan yang mesti ditempuh untuk meraih mimpinya.

Nah, puisi pendidikan tentang mimpi dan cita-cita bisa memberikan motivasi kepada para generasi penerus untuk selalu berusaha meraih cita-cita setinggi apapun itu.

Berikut adalah beberapa contoh puisi pendidikan tentang mimpi:

#1. Puisi pertama

Judul: Mengejar Mimpi

Karya: Mohammad Sya’roni

Bilamana mentari bangun pagi

Ku telah berlari memulai hari

Mentari tersenyum menyemangati

Diiringi syahdunya merpati bernyanyi

 

Walau kerikil tajam ku temui

Walau angin pagi menusuk ulang ini

Walau hujan memandikan diri ini

Walau ransel membebani raga ini

 

Namun tak menyerah diri ini

Semakin kilat lari ini

Tuk menuju sekolah yang menanti

Tempatku menuntut ilmu tuk nanti

 

Walau kadang tak paham ilmu ini

Ku tanyakan pada guru tiap hari

Walau tugas menumpuk tanpa henti

Tak kenal lelah ku kerjakan semua ini

 

Ku takkan menyerah mengejar mimpi

Walau badai kehidupan melempar diri ini

Ke lautan putus asa dan malas diri

Namun ku bangkit lagi mengejar mimpi

 

Dengan doa dan usaha ku kejar mimpi

Dan tawakal pada sang illahi

Ku jadikan pelecut tuk mengejar mimpi

Demi masa depan yang syahdu nanti

 

Malang, 15 April 2017

Mohammad Sya’roni

 

#2. Puisi Kedua

Judul: Jejak Para Perindu

Karya: Ana Masrurotul Jannah

Aku kembali melangkah

Menjejakkan kakiku dengan pasti

Yang kugenggam memang api

Api yang nyalanya abadi

Akan kupercikan sedikit pada lilin kecil

Berharap di hari nanti mampu menyalakan lentera-lentera di tengah petang

 

Aku menjejakkan kakiku dengan mantap hati

Agar ribuan malaikat meneduhi langkah kecilku

Kuharap butiran keringat tak henti menetes

Demi membasuhku dari kegersangan hati

Mengobatiku dari dahaga akan cahaya terang

 

Aku menjejakkan kakiku dengan sepenuh hati

Menabur cinta dan asa di setiap pijakanku

Berharap jejak langkahku tak terhapus

Lalu tumbuh jutaan bunga berwarna-warni

Jalan terjal penuh duri itu akan membuatku limbung

Tetapi kesulitan itu semakin membuatku mampu untuk tegak

 

Di jalan yang teduh oleh kepak sayap malaikat itu

Kurangkai kembali mimpi-mimpi yang usang dan mulai berdebu

Berharap makhluk-makhluk menyenandungkan permohonan ampunan

Pada jiwa-jiwa yang kakinya menapak di jalan itu

Jalan yang ku percaya mampu membawaku pada yang Haqq

Dalam merengkuh ridha-Nya

..

Renungan: Dalam meraih mimpi dan cita-cita, jalan yang harus ditempuh penuh dengan lika-liku. Kurang tidur karena belajar sudah biasa.

Kurang biaya untuk membayar sekolah juga hal yang lumrah. Cobaan-cobaan itu akan membuat jalan menjadi semakin sulit.

Untuk itu, generasi muda perlu semangat untuk menjalani itu semua. Caranya adalah dengan memiliki keyakinan untuk mendapatkan cita-citanya.

Dua puisi di atas menunjukkan kenyataan bahwa pada bidang pendidikan, akan ada banyak masalah yang dijalani. Namun, jika masalah tersebut bisa dihadapi, maka kebahagiaan yang sejati akan didapatkan oleh diri kita.

 

Puisi Pendidikan Bertema Guru

Guru adalah orang yang rela hati memberikan ilmu pada murid-muridnya. Tak jarang, guru dibuat kesal oleh perlakuan murid yang di luar kesopanan.

Sehingga, ia harus dengan sabar memberikan pendidikan karakter supaya sifatnya berubah. Seorang guru yang baik adalah yang berperan dengan kasih sayang.

Sebab, sesuatu yang asalnya dari hati akan mudah juga sampai ke dalam hati. Nah, berikut adalah contoh puisi pendidikan yang bertemakan guru yang sudah penulis rangkum.

Langsung saja, ini dia contohnya:

#1. Puisi Pertama

Judul: Guru adalah Kunci

Karya: Meghana Taylor

Judul Asli: Teacher

Guru adalah kunci

Yang membuka wawasan

Kau yang menjadi petunjuk untuk membentuk cara pikir

Kau adalah satu-satunya

 

Kau bak penggembala

Yang menjaga domba-domba tetap di jalurnya

 

Kau, guru, membalik halaman

Dari sebuah buku besar

Kau mendidik kami

 

Terima kasih guruku,

Telah mendidik kami

Dari sekumpulan manusia, engkau istimewa

..

Renungan : puisi di atas menggambarkan tentang wawasan dari anak didik yang semula tertutup, bodoh, dan juga sempit laiknya terjebak dalam ruangan. Sementara jalan keluarnya adalah dengan ilmu.

Ilmu pengetahuan akan didapat dari seorang guru. Banyak hal bisa Kamu dapatkan dari guru. Sehingga, guru diibaratkan sebagai kunci untuk bisa keluar dari ruang sempit itu.

 

#2. Puisi Kedua

Judul: Pahlawanku yang Terbaik

Karya: Nadia Ayu

 

Sinaran sang mentari

Tanda tuk memulai hari-harimu

Tak ada kata lelah dari dirimu

Kata semangat yang kau ingatkan kepadaku

 

Guruku

Jasa-jasamu yang aku ingat

saat aku berputus asa

Perjuangan besarmu yang aku kagumi

Kesabaranmu yang menjadi ciri khas mu

 

Ohh guruku

Senyum semangatmu

Amarahmu

Kesabaranmu

Yang menjadi tanda kedatanganmu

 

Ilmumu

Yang telah kau berikan kepada semua anak didikmu

Semoga akan bermanfaat untuk semua orang

Terima kasih guruku

Jasamu akan kukenang selamanya

 

Renungan: Puisi ini menceritakan tentang seorang guru yang mengajar dengan penuh semangat mulai dari pagi hingga sore hari.

Guru ini mengajar dengan kesabaran meski muridnya tak jarang membuat jengkel. Maka dari itu, puisi ini dapat Kamu jadikan inspirasi untuk membuat puisi yang serupa untuk diberikan pada guru yang paling Kamu favoritkan.

 

Puisi Kritik Pendidikan

Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya sempurna. Masih banyak yang mesti dibenahi dari sistem yang ada.

Maka dari itu, banyak sastrawan yang kemudian menyatakan kritiknya melalui puisi-puisi. Nah, beberapa contohnya akan dirangkum di bawah ini:

#1. Puisi Pertama

Judul: Sajak Mengenang Sekolahan

Karya: Norman Adi Satria

Kepada Presiden dan Menteri Pendidikan

 

Sedari kecil, bahkan kecil sekali

saya dan anak-anak Indonesia lainnya

sudah mempelajari metafisika

dalam segala jenis pelajaran

apapun namanya

 

Kami mempelajari segala yang berupa

namun tak pernah melihat,

mendengar, menyentuhnya

karena tak ada alat peraga

tidak pernah observasi

tidak pernah meneliti

hanya mendengar dongengan saja

bahwa Atom C bertangan empat

itu kata guru kimia

 

Saat saya tanya:

“Maaf Bu, mengapa ibu yakin

bahwa Atom C tangannya empat

apa ibu pernah melihat?”

Ibu guru yang cantik karena

bedak dan lipstik tebalnya itu

hanya menjawab:

“Kata penulis LKS ini

ilmuwan barat pernah melihatnya

dengan mikroskop khusus

yang kita tak punya.”

 

Ya, pelajaran kimia seolah jadi pelajaran agama

yang selesai dengan diamini saja

“Atom C tangannya empat, anak-anak.”

“Amin, Bu Guru….!”

 

Sekali-kalinya meneliti

ya saat pelajaran biologi

kami disuruh membedel perut katak

melihat isinya

terkagum-kagum sambil bergidik geli

dan tak diajarkan menutupnya lagi

membiarkan katak itu mati

Besoknya ada teman saya yang penasaran

seperti apa isi perut kepala sekolah

 

Untunglah,

bab anatomi tubuh sudah selesai,

kepala sekolah terselamatkan

oleh pelajaran seni lukis

yang sedari taman kanak-kanak

hingga bangku SMA

hanya melukis dua gunung

di dekat sawah yang terbelah jalanan.

 

Bekasi, 8 Desember 2014

Norman Adi Satria

 

Renungan: Banyak yang masih kurang dalam sistem pendidikan Indonesia. Di mana anak tidak boleh menjadi kritis. Padahal, sangat penting bagi anak untuk selalu berpikir kritis.

Nah, hal ini disebabkan karena lemahnya fasilitas yang tersedia. Contohnya adalah sarana lab untuk berbagai pelajaran ilmu pengetahuan alam.

Selain itu, kemampuan anak hanya terpaku pada ilmu-ilmu eksak saja. Yang mana lebih menguras kemampuan otak kiri. Sedangkan otak kanan seakan jadi pajangan saja.

Sehingga, kemampuan siswa dalam mengekspresikan rasa, karya, dan karsa sangat minim. Dari mulai SD hingga SMA, hanya bisa menggambar dua gunung yang berjajar dan terbelah jalan saja.

 

Puisi Hari Pendidikan Nasional

Hari pendidikan nasional jatuh pada tanggal 2 Mei. Hari tersebut diperingati untuk mengenang perjuangan dari Bapak Pendidikan Nasional yakni Ki Hajar Dewantara.

Untuk memperingatinya, Kamu bisa membaca atau menulis puisi pendidikan nasional seperti contoh-contoh berikut ini:

#1. Puisi Pertama

Judul: Hari Pendidikan nasional

Karya: Anonim

Jika kau lihat bendera merah putih berkibar di halaman sekolah

Belum tentu di sana ada orang Indonesia

Jika kau dengar Pancasila dibacakan berulang-ulang,

Belum tentu semua yang mendengarnya punya Tuhan Yang Maha Esa

Jika kau lihat Pak Guru pakai sepeda Kumbang,

itu pasti kau sedang mimpi bertemu Oemar Bakri

Jika kau lihat anak sekolah memakai seragam,

Pastikan tubuhnya tak tampak oleh umum

Jika kau lihat guru memukul muridnya, itu biasa

Jika kau lihat sekolah-sekolah negeri dan swasta jauh berbeda,

itu karena sekarang pendidikan pun menjadi ladang bisnis

Jika kau lihat Politisi berjanji tentang pendidikan murah dan cerdas,

Lihatlah, pendidikan pun didramatisir

..

Renungan: Puisi di atas merupakan salah satu upaya untuk mengkritisi pendidikan di Indonesia. Banyak hal yang hanya dijadikan formalitas.

Perbedaan fasilitas sekolah negeri dan swasta sangat kentara. Dan masih banyak hal yang mesti dibenahi oleh pemerintah Indonesia terkait pendidikannya.

 

Puisi Bertema Pendidikan Perpisahan dengan Guru

#1. Puisi pertama

Judul: Rindu Guru Tercinta

Karya: Greety Marbun

Di keheningan malam yang gelap

kau beriku obor kehidupan

Meski hanya bertahan satu malam

Namun berguna untuk kehidupanku

 

Di teriknya panas siang hari

Kau beriku keteduhan

Meski hanya sekejap kurasa

Namun selalu kurasakan dalam hidupku

 

Jasa yang setiap kau lakukan

Tak ubahnya kasih sayang

Tak pernah mengharap balas

Karena kau pahlawan kehidupan

 

Baru kusadari

Betapa beratnya kau menjadi guru

Butuh waktu dan tenaga super

Karena muridmu kini sudah menjadi guru

Sepertimu…

Renungan: Kamu mungkin tidak akan sempat mengucapkan rasa terimakasih pada guru yang berjasa ketika lulus dari sekolah.

Untuk itu, Kamu bisa mengirimkan puisi ini padanya. Mereka adalah sosok yang sangat berjasa dan patut untuk dihormati.

 

#2. Puisi Kedua

Judul: Kutanya Dia

Karya: Anshul Nayak

Kutanya ia,

Mengapa kau amat lembut?

Ia menjawab,

Agar kau damai

Kutanya ia,

Mengapa kau sangat ramah?

Ia menjawab

Agar kau belajar berteman

Kutanya ia,

Mengapa kau selalu ikut campur urusanku?

Ia menjawab,

Agar kau belajar untuk peduli!

Kutanya ia,

Mengapa kau selalu sopan?

Ia menjawab,

Agar kau belajar tata krama

Kutanya ia,

Mengapa kau selalu menyemangati?

Ia menjawab,

Agar kau percaya diri

Kutanya ia,

Mengapa kau selalu toleran?

Ia menjawab,

Agar kau belajar sabar

Kutanya ia,

Mengapa kau selalu memaafkan aku?

Ia menjawab,

Agar kau menghargai arti maaf!

Kutanya ia,

Mengapa kau percaya?

Agar kau belajar kesetiaan

Kutanya ia,

Mengapa kau selalu positif?

Ia menjawab,

Agar kau sadar jika selalu ada harapan!

Kutanya ia,

Mengapa kau selalu sempurna?

Ia menjawab,

Agar kau menjadi sempurna

Lalu kutanya lagi,

Mengapa kau meninggalkan ku?

Ia menjawab,

Agar kau belajar mandiri!

Dengan marah ku bertanya,

Lalu mengapa kau membiarkanku memiliki hubungan erat denganmu?

Ia menjawab,

Agar kamu memiliki orang yang bisa menjadi tempatmu bercerita

..

Renungan: Puisi di atas menceritakan tentang hubungan guru dan murid yang sangat dekat. Bahkan, kedekatan itu membuat sang murid merasa keberatan jika harus berpisah dengan sang guru.

Puisi ini bisa dijadikan renungan bahwa guru terkadang bawel untuk menjadikan muridnya sebagai orang yang mandiri, sabar, dan tidak mudah putus asa.

 

#3. Puisi Ketiga

Judul: Kembali ke Masa Itu

Karya: Katrina

 

Duduk kembali di kursi dalam kelas berbau kapur dan lem,

Pikirku melayang ke masa di mana aku benci bangun pagi

Selalu tak sabar aku menunggu waktu pulang

Awalnya aku adalah anak yang sulit

Lalu datang guru spesial

Yang pertama kali percaya dan membimbingku

Yang pertama kali menunjukkan betapa serunya sekolah

dan aku pandai dan bisa berguna

Membuatku pertama kalinya mencintai pendidikan

dan kini aku semakin tua dan semakin bijak

..

Renungan: Puisi tersebut bercerita tentang orang yang bernostalgia saat mengunjungi sekolah lamanya. Orang itu ingat dengan suasana kelas yang awalnya dibenci.

Hingga akhirnya, ias sadar bahwa berkat guru yang membimbing dengan sabar lah ia bisa menjadi orang yang sukses seperti sekarang ini.

Demikian contoh-contoh puisi pendidikan yang memiliki arti mendalam dan penting diketahui oleh generasi muda.

Baca juga : Puisi Guru

Hingga akhirnya mereka akan lebih peduli pada pendidikan yang akan membawanya pada kesuksesan.

Semoga bermanfaat.

Terimakasih sudah berkunjung dan membaca artikel ini.

Klik star berikut untuk memberikan dukungan pada kami 😀

Average rating 4.5 / 5. Vote count: 2

By continuing to use the site, you agree to the use of cookies. more information

The cookie settings on this website are set to "allow cookies" to give you the best browsing experience possible. If you continue to use this website without changing your cookie settings or you click "Accept" below then you are consenting to this.

Close