Herd immunity atau kekebalan kelompok merupakan istilah dalam bidang medis yang telah muncul dan berkembang sejak lama. Istilah ini mungkin jarang terdengar selama ini, ya.
Namun belakangan, semenjak badai Covid-19 muncul dan merebak, herd immunity menjadi istilah yang rasanya tidak asing lagi bagi masyarakat global.
Katanya, herd immunity ini bisa membantu menekan penyebaran virus corona, loh. Tapi, kenyataannya, tidak sedikit juga orang yang menentang keras konsep ini. Terus, mana yang benar?
Apa itu Herd Immunity?
Dan sebenarnya apa sih herd immunity itu? Ketahui empat hal ini, yuk, supaya kamu tidak bingung.
1. Kekebalan Kelompok
Herd immunity merupakan konsep dalam epidemiologi yang menggambarkan sebagian besar orang dalam suatu kelompok telah memiliki kekebalan terhadap infeksi penyakit tertentu.
Semakin banyak orang yang kebal terhadap suatu penyakit, maka semakin sulit bagi penyakit tersebut untuk menyebar. Tapi, bagaimana herd immunity ini bisa terbentuk, ya?
Pada dasarnya, kekebalan tubuh bisa didapatkan secara alami pada orang-orang yang berhasil sembuh dari penyakit infeksi tertentu.
Setelah sembuh, tubuh akan memiliki antibodi untuk melawan kuman penyebab infeksi tersebut bila suatu saat kuman ini menyerang kembali.
Dengan kata lain, semakin banyak orang yang terinfeksi dan sembuh, semakin banyak pula orang yang kebal, sehingga herd immunity pun dapat terbentuk.
Namun, perlu digarisbawahi, terbentuknya herd immunity secara alami ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan bisa menyebabkan risiko besar.
2. Membutuhkan Waktu Lama
Pembentukan herd immunity secara alami dengan membiarkan banyak orang terinfeksi virus tertentu akan membutuhkan waktu yang lama.
Terutama bagi negara berpenduduk padat dengan lebih dari 300 juta jiwa seperti Indonesia, tentu saja akan sangat lama dalam mencapai herd immunity ini.
Dampak lebih lanjutnya, jumlah korban jiwa akibat infeksi ini bisa menimbulkan angka yang sangat tinggi, bahkan sebelum herd immunity tercapai. Bahkan, dalam kasus infeksi virus tertentu, terjadi adanya penularan kembali pada orang yang telah kebal.
Dalam kasus Covid-19 misalnya. Di berbagai pemberitaan, sempat dikabarkan seorang pria 70 tahun di Jepang telah dinyatakan sembuh dari virus ini pada Februari lalu.
Namun, beberapa waktu kemudian, pria tersebut kembali terinfeksi virus yang sama.
3. Dapat Memakan Korban Jiwa
Dalam perjalanan mencapai herd immunity yang membutuhkan waktu lama, konsep ini bisa menimbulkan kematian massal. Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 di dunia, memiliki jumlah usia produktif (sekitar 18-50 tahun) sebanyak 64 persen.
Tapi, tidak semua orang usia produktif memiliki imunitas baik, loh. Jika orang-orang dalam usia ini terinfeksi dan sebagian yang memiliki imunitas rendah meninggal dunia, maka bisa dibayangkan Indonesia bisa kehilangan generasi muda yang produktif. Wah, ngeri juga, ya.
Herd immunity memang telah terbukti berhasil diterapkan dalam mengakhiri penyebaran wabah virus zika pada tahun 2017 di Brazil.
Namun, dalam kasus pandemi global Covid-19, konsep ini banyak mendapatkan tentangan dari berbagai pihak, karena karakter dan prediksi evolusi dari virus ini belum bisa diketahui dengan pasti.
Sehingga, ditakutkan akan semakin banyak memakan korban jiwa.
4. Vaksinasi Adalah Kunci
Selain bisa terbentuk secara alami, herd immunity pada sebuah komunitas dapat dicapai pula melalui vaksinasi. Centres for Disease Control (CDC) Amerika Serikat memaparkan bahwa vaksinasi sangat penting dilakukan.
Herd immunity bisa menjadi situasi ideal jika setiap orang melakukan vaksinasi dan membuat semua populasi di sekitarnya terlindungi dari penyebaran penyakit menular dan mematikan.
Semakin banyak orang yang divaksin, maka risiko penyebaran penyakit pun akan menurun. Dengan begitu, orang-orang yang tubuhnya tidak bisa menerima vaksin karena kondisi tertentu pun bisa merasakan manfaatnya.
Risiko mereka terkena penyakit mematikan akan menurun jika herd immunity telah tercapai.