Kerajaan Aceh merupakan salah satu negara Islam termasyhur di Asia Tenggara pada masanya. Hal tersebut pula yang membuat Aceh mendapat julukan sebagai “Serambi Mekkah”.
Di era keemasannya, Kesultanan Aceh Darussalam pernah masuk dalam daftar 5 negara paling kuat.
Berdasarkan catatan sejarah, Kesultanan Aceh sempat menguasai pesisir utara Sumatra selama hampir 400 tahun terhitung dari naik takhtanya Sultan Ali Mughayat Syah di tahun 1514, hingga berakhirnya masa kepemimpinan Sultan Muhammad Daud Syah tahun 1903.
Peninggalan Kerajaan Aceh
Berbagai bukti peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam yang pernah dibuat pada masa pemerintahannya masih dapat disaksikan hingga saat ini.
Bahkan, beberapa diantaranya cukup populer dan banyak dikunjungi, baik oleh para pecinta sejarah, dan budaya, maupun wisatawan.
1. Masjid Raya Baiturrahman
Masjid yang terletak di pusat Banda Aceh ini didirikan oleh Sultan Iskandar Muda sekitar 1612 M.
Saat agresi militer Belanda II terjadi, Masjid Baiturrahman pernah dibakar. Namun, beberapa tahun setelahnya masjid tersebut dibangun kembali oleh Belanda.
2. Masjid Tua Indrapuri
Bangunan ini mengusung bentuk segi empat sama sisi, yang merupakan ciri khas candi. Hal tersebut dikarenakan bangunan tersebut awalnya difungsikan sebagai benteng dan candi Hindu jauh sebelum pengaruh Islam masuk ke kawasan Aceh.
3. Meriam Kesultanan Aceh
Pemerintah Turki Utsmani, tepatnya di masa kepemimpinan Sultan Selim II, pernah mengirimkan beberapa ahli senjata ke Aceh.
Wajar saja jika rakyat Aceh kemudian mampu membuat meriam kuningan yang pernah digunakan sebagai senjata melawan penjajah.
4. Makam Sultan Iskandar Muda
Salah satu peninggalan Kesultanan Aceh yang paling terkenal lainnya adalah makam Sultan Iskandar Muda. Lokasinya berada di Desa Peuniti, Baiturrahman, Banda Aceh. Masjid bernuansa Islami ini memiliki ukiran kaligrafi yang indah di batu nisannya.
5. Hikayat Prang Sabi
Warisan sejarah dalam bentuk karya sastra ini disinyalir ditulis oleh para ulama pada masa kekuasaan Kesultanan Aceh di masa silam. Hikayat Prang Sabi berisi mengenai nasehat, ajakan, dan seruan untuk berjihad dalam menegakkan agama Islam.
6. Uang Emas
Berada di jalur perdagangan strategis dengan berbagai komoditas dari seluruh penjuru Asia, menjadi pemicu pembuatan mata uang logam dari 70% emas murni. Kon tersebut dicetak dengan mencantumkan nama-nama Sultan dari Kesultanan Aceh.
Sejarah Kesultanan Aceh
Kerajaan Aceh dibangun Sultan Ali Mughayat Syah di tahun 1496 M.
Pada mulanya, kesultanan ini didirikan di atas kawasan Kerajaan Lamuri, yang di kemudian hari ditundukkan oleh Sultan Ali, dan dipersatukan dengan beberapa wilayah sekitarnya, termasuk Nakur, Lidie, Pedir, dan Daya.
Pada tahun 1524 M, Kerajaan Pasai berhasil ditaklukkan dan menjadi bagian dari Kesultanan Aceh, lalu diikuti dengan penaklukkan Kerajaan Aru.
Setelah Sultan Ali wafat, Kesultanan Aceh digantikan putera sulungnya, yaitu Salahuddin yang berkuasa sampai tahun 1537 M.
Masa kejayaan Kesultanan Aceh berlangsung sejak era pemerintahan Sultan Iskandar Muda di periode 1607 M – 1639 M.
Pada era tersebut pula Aceh berhasil mengalahkan Pahang, dan menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1629 M, meskipun berakhir gagal.
Kerajaan Aceh mulai mengalami kemunduran setelah meninggalnya Sultan Iskandar Tsani.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan keruntuhan kerajaan ini, termasuk konflik perebutan kekuasaan, dan semakin menguatnya pengaruh Belanda di berbagai kawasan pulau Sumatra dan Malaka.
Letak Kesultanan Aceh
Kesultanan Aceh berada di kawasan yang strategis, yaitu bagian utara pulau Sumatra, dimana tempat tersebut merupakan jalur pelayaran dan perdagangan internasional.
Menurut penemuan arkeologi, kerajaan ini pernah berdiri tepat di Kota Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam.
Silsilah Raja-Raja Aceh
Sejak awal berdiri hingga menemui masa keruntuhannya, Kerajaan Aceh pernah diperintah oleh beberapa orang sultan dan sultanah.
Tentu, semua raja memiliki sumbangsih, serta prestasi berbeda selama periode kepemimpinannya, yang kelak di kemudian hari diingat sebagai ciri khasnya.
Berikut ini adalah silsilah raja dari Kesultanan Aceh Darussalam:
1. Sultan Ali Mughyat Syah
Raja pertama Aceh ini memimpin kerajaan mulai tahun 1514 M – 1528 M. Di bawah pemerintahannya, Aceh berhasil memperluas wilayah hingga ke beberapa daerah, seperti Pasai dan Daya.
Ia bahkan pernah melancarkan serangan kepada Portugis di Malaka.
2. Sultan Salahuddin
Setelah wafatnya Sultan Ali Mughayat, kekuasan diduduki oleh putranya, yaitu Sultan Salahuddin, yang memerintah di tahun 1528 M – 1537 M.
Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Aceh mulai mengalami kemunduran yang tajam.
3. Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar
Pengganti Sultan Salahuddin adalah saudaranya, yakni Sultan Alaudin al-Kahar. Ia memerintah pada periode 1537 M – 1568 M.
Pada masa kepemimpinannya, Kesultanan Aceh berhasil memperluas wilayahnya hingga Kerajaan Malaka, dan Kerajaan Aru.
4. Sultan Iskandar Muda
Pada masa pemerintahannya 1607 M – 1636 M, Kerajaan Aceh berhasil meraih masa-masa kejayaannya.
Kesultanan Aceh bahkan menjadi salah satu penguasa pusat perdagangan terbesar di Nusantara setelah berhasil menyerang Kerajaan Johor dan Portugis.
5. Sultan Iskandar Tani
Raja Aceh ke-5 ini memerintah di tahun 1636 M – 1641 M. Ia merupakan menantu dari Sultan Iskandar Muda, dan menjalankan pemerintahan sesuai tradisi yang diwariskan raja sebelumnya.
Pada masa inilah muncul ulama besar yang bernama Nuruddin ar-Raniri.
6. Sultan Sultan Penguasa Kesultanan Aceh Setelahnya
Setelah Sultan Iskandar Tani wafat, Kesultanan Aceh masih memiliki 30 pemimpin lagi yang tidak dapat dijelaskan secara terperinci satu-persatu, diantaranya adalah:
- Sultan Sri Alam / memerintah pada periode 1575 M – 1576 M
- Sultan Zain al-Abidin / periode pemerintahan 1576 M – 1577 M
- Sultan Ala’ al-Din Mansur Syah / 1577 M – 1589 M
- Sultan Buyong / 1589 M – 1596 M
- Sultan Ala’ al-Din Riayat Syah Sayyid al-Mukammil / 1596 M – 1604 M
- Sultan Ali Riayat Syah / periode kekuasaan 1604 M – 1607 M
- Sultan Iskandar Muda Meukuta Alam / memimpin di tahun 1607 M – 1639 M
- Iskandar Thani / periode pemerintahan 1636 M – 1641 M
- Sri Ratu Safi al-Din Taj al-Alam / 1641 M – 1675 M
- Sri Ratu Naqi al-Din Nur al-Alam / 1675 M – 1678 M
- Sri Ratu Zaqi al-Din Inayat Syah / 1678 M – 1688 M
- Sri Ratu Kalamat Syah Zinat al-Din / 1688 M – 1699 M
- Sultan Badr al-Alam Syarif Hashim Jamal al-Din / 1699 M – 1702 M
- Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui / 1702 M – 1703 M
- Sultan Jamal al-Alam Badr al-Munir / 1703 M – 1726 M
- Sultan Jauhar al-Alam Amin al-Din / 1726 M
- Sultan Syams al-Alam / 1726 M – 1727 M
- Sultan Ala’ al-Din Ahmad Syah / 1727 M – 1735 M
- Sultan Ala’ al-Din Johan Syah / 1735 M – 1760 M
- Sultan Mahmud Syah / 1760 M – 1781 M
- Sultan Badr al-Din / 1781 M – 1785 M
- Dsb
Meskipun Kerajaan Aceh telah runtuh sejak lama, namun hingga saat ini cerita, dan warisan peninggalannya tetap abadi dalam catatan sejarah, dan ingatan rakyat Indonesia.
Khususnya pemeluk agama Islam, dimana Kesultanan Aceh telah menanamkan pengaruh Islam begitu dalam.
Baca juga :