Pulau Bali merupakan salah satu destinasi wisata terbaik yang ada di Indonesia. Eksistensi Bali sudah tersohor hingga ke luar negeri.
Hal ini disebabkan kondisi alamnya yang indah dan budayanya masih terjaga dengan baik. Kepopuleran Bali juga diimbangi cerita kejayaan Kerajaan Buleleng.
Kehidupan masyarakat Bali yang masih sangat menjaga adat istiadatnya, sebagian besar dipengaruhi kejayaan Kerajaan Bali di masa lampau.
Bagaimana sejarahnya? Apa saja benda-benda peninggalannya?
Sejarah Lengkap Kerajaan Buleleng
Tahta dan kekuasaan Kerajaan Buleleng berada di wilayah Pulau Bali bagian utara. Kerajaan ini berdiri sekitar abad 17, tetapi jatuh di tahun 1849 ke pemerintah Belanda.
Pendirinya berasal dari wangsa Kepakisan bernama I Gusti Anglurah Panji. Sejarah dari Kerajaan Buleleng dimulai dari:
1. Pendiri Kerajaan Buleleng
Pendiri pertama Kerajaan Buleleng adalah sosok bernama I Gusti Anglurah Panji Sakti. Beliau memiliki nama kecil sebagai I Gusti Gede Pasekan yang merupakan putra dari I Gusti Ngurah Jelantik dan Ni Luh Pasek Gobleg.
I Gusti Anglurah ini telah memiliki kekuatan khusus sejak beliau lahir. Namun, sang ayah Ketut Jelantik cukup khawatir jika putra dari selirnya ini menggeser posisi putra mahkota.
Akhirnya, I Gusti Ketut Jelantik mengusir I Gusti Anglurah di usia 12 tahun secara halus.
I Gusti Anglurah diasingkan ke wilayah Den Bukit, desa Panji, wilayah Bali bagian Utara. Setelah Gusti Anglurah ini beranjak dewasa, beliau mampu menguasai daerah Den Bukit dan mendirikan sebuah kerajaan bernama Buleleng.
Wilayah kekuasaan Kerajaan Buleleng semakin meluas hingga ke Pulau Jawa bagian ujung timur, tepatnya daerah Blambangan.
Ketika I Gusti Anglurah atau Panji Sakti ini meninggal, keadaan kerajaan mulai goyah.
2. Kekuasaan Karangasem dan Mengwi
Sepeninggalan raja I Gusti Anglurah Panji Sakti, Kerajaan Buleleng mulai dikuasai Kerajaan Mengwi di tahun 1732.
Setelah beberapa puluh tahun kemudian, yakni pada 1780 M, Kerajaan Buleleng berpindah tangan ke Kerajaan Karangasem.
I Gusti Gede Karang sebagai raja Karangasem mulai memperluas wilayah kekuasaannya dengan membangun istana bernama Puri Singaraja. Kepemimpinan dilanjutkan oleh I Gusti Pahang Canang hingga tahun 1821 M.
Dikarenakan sering terjadi pergantian raja, maka Kerajaan Karangasem mulai lemah.
Tahun 1825, Kerajaan Buleleng yang sudah melebur menjadi Kerajaan Karangasem dipimpin oleh I Gusti Made Karangasem dengan bantuan Patih I Gusti Ketut Jelantik, tetapi akhirnya kerajaan dikuasai Belanda.
3. Keruntuhan Masa Kejayaan Kerajaan Oleh Belanda
Datangnya kolonial Belanda memang memberikan dampak cukup besar terhadap keberlangsungan kerajaan-kerajaan di Indonesia, termasuk Kerajaan Buleleng/Karangasem.
Ketika Belanda berhasil berkuasa, raja Karangasem dan patihnya mencoba melakukan perlawanan.
Tahun 1836, wilayah Buleleng diserang oleh tentara Belanda.
Merasa memiliki hak atas wilayah Buleleng, Patih I Gusti Ketut Jelantik menyatakan perlawanan dan melakukan perang bersama rakyat.
Akhirnya kekuasaan Buleleng masih bisa dipertahankan rakyat pribumi.
Namun 2 tahun kemudian, yakni tahun 1848 pasukan Belanda mulai menyerang kembali dan membawa pasukan angkatan laut.
Mereka menuju benteng Jagaraga dan berusaha menghancurkannya. Usaha Belanda ternyata belum membuahkan hasil.
Belanda tidak menyerah dengan kekalahan yang diterimanya. Mereka melakukan serangan kembali kepada rakyat Buleleng di benteng Jagaraga setahun kemudian.
Kerajaan Buleleng akhirnya kalah dan wilayah kekuasaannya berpindah ke tangan Belanda.
Kepemimpinan Raja-Raja Buleleng
Kekuasaan Kerajaan Buleleng terdiri dari 3 wangsa sejak kerajaan ini didirikan. Setiap wangsa memiliki beberapa raja yang dirinci sebagai berikut:
1. Wangsa Panji Sakti
1. I Gusti Anglurah Panji Sakti
- Bertahta dari tahun 1660 M-1699 M.
- Putra dari I Gusti Gede Pasekan.
2. I Gusti Panji Gede Danudarastra
- Bertahta dari tahun 1699 M-1732 M.
- Putra dari I Gusti Anglurah Panji Sakti.
3. I Gusti Alit Panji
- Bertahta dari tahun 1732 M-1757 M.
- Putra dari I Gusti Panji Gede Danudarastra.
4. I Gusti Ngurah Panji
- Bertahta dari tahun 1757 M-1765 M.
- Putra dari I Gusti Alit Panji.
5. I Gusti Jelantik
- Bertahta dari tahun 1765 M-1780 M.
- Putra dari I Gusti Ngurah Panji.
6. I Gusti Made Singaraja
- Bertahta dari tahun 1798 M hingga ? M.
- Keponakan dari I Gusti Made Jelantik.
2. Wangsa Karangasem
1. Anak Agung Rai
- Bertahta dari tahun ? M hingga 1806 M.
- Putra dari I Gusti Gede Ngurah Karangasem.
2. I Gusti Gede Karang
- Bertahta dari tahun 1806 M-1818 M.
- Saudara Anak Agung Rai.
3. I Gusti Gede Ngurah Pahang
- Bertahta dari tahun 1818 M-1822 M.
- Putra dari I Gusti Gede Karang.
4. I Gusti Made Oka Sori
- Bertahta dari tahun 1822 M-1825 M.
- Putra dari I Gusti Gede Karang.
5. I Gusti Made Karangasem
- Bertahta dari tahun 1825 M-1849 M.
- Keponakan dari I Gusti Gede Karang.
3. Wangsa Panji Sakti
1. I Gusti Made Rahi
- Bertahta dari tahun 1849 M-1853 M.
- Keturunan I Gusti Ngurah Panji.
2. I Gusti Ketut Jelantik
- Bertahta dari tahun 1854 M-1872 M.
- Putra dari I Gusti Ngurah Jelantik.
3. Anak Agung Putu Jelantik
- Bertahta dari tahun 1929 M-1944 M.
- Putra dari I Gusti Ngurah Jelantik.
4. Anak Agung Nyoman Panji Tisna
- Bertahta dari tahun 1944 M-1947 M.
- Putra dari Anak Agung Putu Jelantik.
5. Anak Agung Ngurah Ketut Jelantik
- Bertahta dari tahun 1947 M-1950 M.
- Saudara Anak Agung Nyoman Panji Tisna.
Bukti Peninggalan Kerajaan Buleleng
1. Pura Penegil Dharma
Kerajaan Buleleng memiliki bangunan peninggalan bernama Pura Penegil Dharma. Tempat peribadatan ini dibuat tahun 915 M dan masih berhubungan dengan sejarah Ugrasena.
Pura Penegil digunakan untuk ibadah di hari besar oleh masyarakat sekitar Buleleng.
2. Benteng Jagaraga
Meskipun wujudnya sudah tidak utuh, namun lokasi benteng Jagaraga menjadi saksi kejayaan dan perjuangan rakyat Buleleng dalam mempertahankan wilayahnya.
Jika Anda hendak berkunjung, benteng ini berada di kawasan Pura Dalem Jagaraga, Buleleng, Bali.
3. Pura Tirta Empul
Jika berkunjung ke Pulau Bali, Anda pasti menemukan banyak pura atau tempat ibadahnya orang Hindu. Bangunan pura-pura ini merupakan diantara peninggalan Kerajaan Bali di masa lalu.
Untuk peninggalan Kerajaan Buleleng sendiri memberikan warisan Pura Tirta Empul.
Pura Tirta Empul diperkirakan dibangun pada 967 M atau 889 tahun saka. Raja yang membangunnya adalah Sri Candrabhaya Warmadewa.
Beliau menggunakan pura ini sebagai tempat bersuci, hidup sederhana dan, bertapa dan meninggalkan kehidupan duniawi.
Nama dari Pura Tirta Empul ini diyakini berasal dari mata air yang mengalir di dalam pura. Tirta Empul sendiri berarti sebuah mata air yang suci dan menyembur ke tanah.
Masyarakat percaya jika air Tirta Empul mampu menghilangkan racun dari Mayadenawa (roh jahat).
4. Prasasti Blanjong
Peninggalan dari Kerajaan Buleleng salah satunya adalah prasasti Blanjong. Prasasti ini berisi tulisan sejarah mengenai Pulau Bali. Tulisan prasasti Blanjong memuat kata Walidwipa yang artinya nama lain dari Pulau Bali.
Prasasti Blanjong dikeluarkan oleh raja Sri Kesari Warmadewa pada 913 M atau 835 saka. Anda bisa melihat prasasti ini di Banjar Blanjor, Sanur Kauh, Denpasar, Bali. Wujudnya berupa pilar batu dengan tinggi 177 cm dengan garis tengah 62 cm.
Bahasa yang digunakan dalam prasasti Blanjong yakni bahasa Sansekerta dan tulisannya berupa huruf Kawi dan Pra-Nagari.
Selain itu, ada juga prasasti lain dari peninggalan Kerajaan Buleleng seperti prasasti Panempahan dan Melatgede.
Pengaruh Kerajaan Buleleng di masa lalu membawa dampak positif terhadap kehidupan masyarakat Bali di zaman sekarang.
Masyarakat lokal lebih memiliki rasa persaudaraan yang tinggi untuk berusaha menjaga warisan leluhur sebaik mungkin. Apakah Anda sudah pernah berlibur ke Bali?