Deskripsi: Sejarah suku Banjar, ciri khas, pakaian, rumah adat, bahasa dan kebudayaannya.
Suku Banjar merupakan etnis masyarakat yang sebagian besar penduduknya bermukim di Kalimantan Selatan, dan menyebut dirinya sebagai “Urang Banjar”.
Etnis ini adalah salah satu komunitas masyarakat yang pernah mengalami masa transisi keyakinan, adat, hingga budaya.
Transisi tersebut terjadi pada saat perpindahan agama massal dari Hindu ke Islam pada sekitar abad ke-17.
Meskipun begitu, tradisi lama tetap dipertahankan, hanya saja lebih menyesuaikan dengan keyakinan yang baru.
Tidak mengherankan kalau etnis Banjar sangat kaya akan budaya.
Asal Usul Etnis Banjar
Suku Banjar atau Urang Banjar adalah kelompok etnis yang menghuni kawasan Pulau Kalimantan, khususnya bagian Tengah, Timur, dan Selatan.
Namun, populasi masyarakat Banjar juga bisa ditemukan di wilayah lain, seperti Semenanjung Malaysia, Sumatera Utara, Jambi, dan Riau.
Etnis Banjar berasal dari daerah bernama Banjar yang berada di daerah aliran sungai.
Berdasarkan catatan sejarah, Urang Banjar telah eksis sejak berabad-abad lalu, sebelum akhirnya bermigrasi ke daerah lain di Nusantara dan mancanegara, seperti Madagaskar.
Para peneliti meyakini, bahwa etnis Banjar merupakan kombinasi beberapa suku, antara lain Melayu, Maanyan, dan masyarakat Borneo asli.
Sedangkan secara genetik, ras Banjar Purba telah eksis sejak ribuan tahun lalu, dan merupakan pembauran antara Melayu Purba dan Dayak Maanyan.
Ciri Khas dan Karakteristik Suku Banjar
Selain penggunaan bahasa yang berbeda dengan suku lain.
Ciri khas dari etnis Banjar lainnya dapat dilihat dari sistem kekerabatan yang diaplikasikan, di mana orang Banjar memakai istilah-istilah tradisional tertentu sebagai panggilan keluarga, dan masih digunakan hingga sekarang.
Berdasarkan pada filsafat hidup serta nilai budaya yang dianut etnis Banjar, di bawah ini adalah beberapa karakteristik dari masyarakat Banjar:
1. Baiman
Hal ini erat kaitannya dengan kepercayaan masyarakat Banjar, yaitu Islam. Dalam etnis Banjar, setiap individu harus mengetahui dan mengamalkan rukun iman dan Islam.
2. Bauntung
Orang Banjar harus mempunyai keterampilan. Oleh sebab itu, sejak usia dini masyarakat Banjar sudah diajari berbagai skill kejuruan di bidang tertentu yang biasanya disesuaikan dengan daerahnya.
Misalnya orang Amuntai, terkenal sebagai ahli membuat furniture.
3. Cangkal
Masyarakat Banjar juga terkenal ulet dan rajin bekerja sehingga bisa mencapai cita-cita. Hal tersebut pula yang mendorong kebiasaan merantau pada etnis Banjar.
4. Memiliki Karakter Kuat
Orang Banjar terkenal menjunjung tinggi ucapan pepatah “Di Mana Langit Dipijak, Di Situ Bumi Dijunjung”.
Ini dapat dilihat dari cara para orang tua di Tanah Banjar yang mengajari anak-anaknya supaya memiliki karakter dan tingkah laku berbudi pekerti sejak kecil.
Baca juga: Kesultanan Banjar
Bahasa Masyarakat Banjar
Etnis Banjar memiliki bahasa tradisional yang dikenal dengan nama bahasa Banjar.
Penggunaan bahasa Banjar sudah mulai dikembangkan sejak zaman kekuasaan Kerajaan Dipa dan Daha yang mempunyai corak Hindu-Budha, tepat sebelum kedatangan agama Islam di daratan Banjar.
Dalam bahasa Banjar terdapat cukup banyak kosakata yang mirip bahasa Melayu, bahasa Dayak, dan bahasa Jawa.
Tidak mengherankan, sebab pada dasarnya bahasa Banjar memang termasuk dalam kategori rumpun Melayik Dayak, seperti Dayak Kanayatn, Dayak Iban, dsb.
Namun, sejak maraknya kosakata serapan dari bahasa Melayu dan Jawa, terjadi perubahan pada beberapa kosakata.
Saat ini, bahasa Banjar asli hanya digunakan ketika menyelenggarakan ritual adat, seperti Kaharingan Dayak Meratus, yang dilakukan oleh Balian Kaharingan.
Pakaian Adat Suku Banjar
Suku Banjar di Kalimantan memiliki 4 macam busana pengantin adat yang masih dilestarikan.
Selain mengusung model desain unik, keempat pakaian adat tersebut juga dikenakan lengkap dengan aksesoris tradisional, beserta roncean bunga mawar atau melati yang menjadi ciri khasnya.
Jenis-jenis busana adat etnis Banjar:
1. Bagajah Gamuling Baular Lulut
Pakaian pengantin klasik yang telah berkembang sejak era Kerajaan Hindu di Kalimantan Selatan.
Para wanita biasanya mengenakan kain yang membalut tubuh sehingga tampak seperti gaun, sedangkan bawahannya adalah kain panjang bercorak halilipan.
Sedangkan pengantin pria mengenakan baju atasan tanpa kerah dan celana panjang. Umumnya, pria juga memakai kain sasirangan yang dipakai dengan cara dililitkan.
Pakaian pengantin wanita dan pria juga dilengkapi dengan aksesoris tradisional.
2. Baamar Galung Pancar Matahari
Busana pengantin ini mulai dikembangkan setelah masuknya Islam ke Kalimantan Selatan.
Hingga saat ini, baamar galung pancar matahari termasuk salah satu pakaian pengantin paling populer dan seolah wajib dikenakan oleh pasangan orang Banjar.
Pengantin wanita akan memakai baju koko berlengan pendek dengan hiasan manik-manik, dan tambahan aksesoris serta kida-kida.
Sedangkan pengantin pria memakai kemeja lengan panjang yang dipadukan jas tanpa kancing, serta dipasangkan celana panjang.
3. Babaju Kun Galung Pacinan
Pakaian pengantin adat Banjar yang memiliki model mirip busana pengantin Betawi dan Semarang ini adalah perpaduan budaya Banjar dengan Tiongkok.
Babaju galung pacinan mulai dikenal luas sejak masuknya pedang China dan Gujarat ke Kalimantan Selatan.
4. Babaju Kubaya Panjang
Berbeda dengan ketiga busana pengantin tradisional Banjar sebelumnya, babaju kubaya panjang mengusung bentuk kebaya yang lebih simpel.
Pakaian ini adalah hasil modifikasi semua busana adat pengantin yang ada di daerah Kalimantan Selatan.
Rumah Adat Banjar
Rumah tradisional Suku Banjar dikenal dengan Rumah Banjar.
Ciri khas dari Rumah Banjar dapat dilihat dari bentuk arsitektur tradisional yang unik dan dibangun dengan makna tertentu, memiliki penekanan di bagian atap serta menerapkan dekoratif, ornamental, dan simetris.
Rumah Banjar memiliki pola dan ukiran yang telah mulai dikembangkan sebelum tahun 1871. Model yang diusung pada bangunan Rumah Banjar juga beragam.
Namun, yang paling terkenal adalah tipe rumah Bubungan Tinggi, yang sudah seperti menjadi identitas dari rumah adat etnis Banjar.
Kebudayaan Masyarakat Banjar
Umumnya, adat dan budaya Suku Banjar berasal dari adat-istiadat kebudayaan Dayak Kaharingan yang telah disesuaikan dengan agama Islam.
Contohnya adalah tradisi Baayun Anak, yang mana pada zaman dahulu merupakan ritual memberkati anak Kaharingan menggunakan mantra.
Berikut ini adalah beberapa kebudayaan Banjar yang masih dilestarikan hingga sekarang:
1. Budaya Lisan
Tradisi Lisan di kalangan etnis Banjar banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Melayu, Cina, dan Arab.
Budaya Lisan Banjar yang dikembangkan menjadi kesenian ini salah satunya adalah Lamut (bercerita nilai keagamaan, budaya, dan sosial), serta Madihin (Puisi rakyat).
2. Tarian
Kesenian tari Banjar dikelompokkan atas dua bagian, yaitu tari yang dikembangkan rakyat dan tari di lingkungan istana.
Tradisi tarian telah diselenggarakan sejak ratusan tahun lalu. Hanya saja, busana dan gerakannya sudah disesuaikan dengan kondisi masyarakat saat ini.
3. Musik
Memainkan musik tradisional adalah salah satu kesenian etnis Banjar yang masih dilaksanakan hingga sekarang.
Salah satu seni musik yang paling populer adalah musik Panting, yang dimainkan dengan alat musik bernama panting (sejenis gambus bersenar).
4. Skill Mengolah Lahan Sistem Pasang Surut
Karena kehidupan Urang Banjar erat kaitannya dengan budaya sungai, wajar jika masyarakat Banjar tetap mempertahankan kemampuan mengolah lahan secara pasang surut.
Keterampilan tersebut seolah sudah menjadi tradisi yang terus dikembangkan etnis Banjar.
Kebudayaan yang berkembang di Kalimantan Selatan didominasi oleh tradisi Suku Banjar, yang merupakan etnis mayoritas di provinsi tersebut.
Ini dapat dilihat di berbagai sudut kota di Kalimantan yang masih mengaplikasikan bangunan tradisional sebagai lambang kebesaran etnis Banjar.