Deskripsi: Pengertian dan sejarah tari Gending Sriwijaya, asal usul, makna filosofis dan gerakannya.
Tahukah Anda bahwa Palembang merupakan kota tertua yang ada di Indonesia? Karena usianya itu, Palembang memiliki sejarah kebudayaan yang tua dan menghasilkan berbagai macam kesenian.
Salah satu kesenian yang berasal dari Palembang adalah tari Gending Sriwijaya.
Tarian Gending Sriwijaya ini diiringi oleh lantunan lagu yang juga dinamakan Gending Sriwijaya yang menggambarkan keagungan, kejayaan kemaharajaan dan juga keluhuran budaya Kerajaan Sriwijaya yang menempatkan Palembang sebagai salah satu pusat kerajaannya.
Sejarah Lahirnya Tari Gending Sriwijaya
Dahulu kala terdapat tarian Tanggai yang bersifat sakral dan juga suci sebagai sebuah persembahan dan juga penyambutan di era Kerajaan Sriwijaya.
Namun pada masa Indonesia dijajah oleh Kolonial Belanda, keluar peraturan bahwa perempuan dilarang menari.
Tari Tanggai yang ditampilkan oleh perempuan kemudian berubah menjadi ditampilkan oleh laki – laki.
Perubahan tarian ini kemudian terjadi lagi pada saat penjajahan oleh Bangsa Jepang, di mana tari Tanggai sama sekali tidak boleh ditampilkan.
Setelah larangan ditampilkannya tari Tanggai, masyarakat Palembang tidak lagi memiliki tarian penyambutan.
Hal tersebut kemudian menyebabkan munculnya permintaan Jepang untuk membuat tarian beserta dengan lagu yang dapat digunakan sebagai tari penyambutan di Palembang.
Pada tahun 1943, Tina Haji Gong beserta dengan Sukainah A. Rozak kemudian mulai menciptakan tari Gending Sriwijaya ini.
Konsep dari tarian ini diambil dari gabungan atau unsur tari adat yang sudah ada dan merakyat di Palembang.
Ragam gerak yang digunakan pada tarian ini menggunakan unsur gerak Buddhisme dan digabungkan dengan gerak tapa Buddha (agama yang dianut oleh Kerajaan Sriwijaya pada masanya) dan juga unsur adat dari Batanghari Sembilan (Sembilan sungai yang ada di Sumatera Selatan).
Batanghari Sembilan juga diaplikasikan dengan jumlah penari dari tari Gending Sriwijaya yang berjumlah sembilan orang.
Dari sisi seni musik atau iringan lagu, A. Dahlan Muhibat berperan sebagai penata musik dan dibantu Nungcik AR yang menciptakan syair lagu.
Tari dan lagu yang diselesaikan pada tahun 1944 ini kemudian pertama kali ditampilkan pada acara penyambutan kedatangan pejabat di halaman Masjid Agung Palembang, 2 Agustus 1945.
Makna dan Filosofi Tari Gending Sriwijaya
Tarian yang ditampilkan sebagai tarian penyambutan dan dipenuhi dengan keramahan, keceriaan dan juga penghormatan ini, memiliki makna dan juga filosofi di dalam setiap gerakan yang dilakukan oleh para penarinya.
Terkait dengan makna dan filosofi tersebut, berikut beberapa penjelasannya:
1. Gerakan Sembah Berdiri
Gerakan yang dilakukan oleh para penari ini merupakan simbol dari ketaatan masyarakat Sumatera Selatan khususnya Palembang kepada Tuhan. Sikap toleransi akan sesama juga digambarkan oleh gerakan ini.
2. Jentikan Ibu Jari dan Jari Tengah
Pada saat menarikan tari Gending Sriwijaya, penari menjentikan ibu jari dengan jari tengah, kemudian melakukan gerakan saling melepas yang sesuai dengan irama.
Gerakan ini melambangkan kedisiplinan dan kerja keras masyarakat Palembang (Sumatera Selatan).
3. Sekapur Sirih
Dalam tarian ini, sirih digunakan sebagai properti dan juga simbol akan kerendahan hati.
Dilihat dari cara hidup tanaman sirih, tanaman ini tidak merugikan pihak lain. Sifat inilah yang ingin ditampilkan dari penggunaan sirih.
Budi pekerti dan juga loyalitas yang tinggi digambarkan melalui penggunaan pinang berbatang lurus.
Sedangkan kesabaran dan sikap pantang menyerah demi mencapai kesuksesan digambarkan oleh komponen gambir, yang sebelumnya diproses dahulu sebelum kemudian digunakan menginang bersama sirih.
Secara garis besar, tari Gending Sriwijaya mengandung makna bahwa masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan memiliki sifat tawakal, rendah hati, peduli, saling bekerja sama dan rukun, mandiri, setia serta kuat.
Formasi Tari Gending Sriwijaya
Talent yang menampilkan tarian ini berjumlah 13 orang, di mana terdapat 9 orang penari perempuan yang menggambarkan Batanghari Sembilan sebagai penari inti, 3 orang penari laki–laki dan juga satu orang yang melantunkan lagu Gending Sriwijaya.
Selain untuk menggambarkan Batanghari Sembilan, formasi penari yang berjumlah ganjil ini menjadi simbol akan kesatuan yang dipimpin oleh seorang pemimpin.
Hal tersebut merupakan pengejawantahan bahwa manusia dikendalikan oleh satu kekuatan yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Adapun formasi dari 9 orang penari perempuan dan 3 orang penari laki–laki tersebut masing–masing adalah sebagai berikut:
- Satu penari utama memegang properti tepak dan berada pada urutan paling depan.
- Dua orang penari di belakang penari utama memegang peridon.
- Tiga orang penari di sisi kanan belakang penari pemegang peridon, begitu pula pada sisi kiri.
- Satu penari laki–laki membawa payung.
- Dua penari laki–laki membawa tombak.
Ragam Gerak pada Tari Gending Sriwijaya
Dalam tarian Gending Sriwijaya ini terdapat 3 tahap ragam gerak yang ditampilkan, di mana masing–masing tahap menampilkan beberapa ragam gerak yaitu:
1. Gerakan Awal
- Sembah
Terdapat dua jenis gerakan sembah yaitu sembah dan juga sembah berdiri.
Sembah berdiri dilakukan penari dengan tangan yang menangkup, kedua kaki berjinjit, kemudian posisi badan merendah dilengkapi dengan menunduknya dagu (sedikit).
- Jalan Keset
Penari menggeser kaki kanan (ngeset) ke depan dengan sedikit menyerong ke arah kanan sedangkan kaki kiri berjinjit.
- Kecubung
Tangan penari disilangkan kemudian diayunkan sehingga membentuk lingkaran. Gerakan ini terbagi menjadi kecubung atas, kanan dan juga kiri di mana perubahan ditandai dengan jentikan jari.
- Elang Terbang
Gerakan ini dilakukan dengan posisi kedua tangan yang membentang kemudian diayun ke atas dan ke bawah dengan dua kali pengulangan.
2. Gerakan Pokok
- Tutur Sabda
Tangan penari yang menyilang kemudian dikebarkan ke arah kanan diikuti oleh gerakan ukel dan selanjutnya tangan ditarik ke arah depan badan.
- Tabur Bunga
Awalnya tangan penari dalam posisi menyilang, kemudian berubah menjadi tangan kiri tetap di depan dada, sedangkan tangan kanan bergerak seperti sedang menaburkan bunga.
- Borobudur
Tangan penari yang pada awalnya menyilang dikebarkan ke belakang diikuti gerakan ukel ke depan dan diposisikan saling tumpeng taling.
- Tafakur
Jari–jari penari membentuk lambang Tri Murti.
- Siguntang Mahameru
Tangan penari disilang kemudian diarahkan ke samping badan. Tangan kanan digerakkan ke atas kepala dengan tangan kiri di depan dada.
- Ulur Benang
Gerakan ini dilakukan dengan menyilangkan tangan kemudian diayunkan mencontoh gerakan tangan saat mengulur benang.
3. Gerakan Akhir
- Tolak Bala
Gerakan simbol penolakan terhadap bala (kesusahan dan kesialan).
- Mendengar
Tangan kanan ngiting di atas telinga kanan sedangkan tangan kiri di depan dada dengan badan yang dicondongkan ke arah depan dengan kepala agak menunduk.
- Sembah Penutup
Tangan penari menyilang, melakukan gerakan ulur benang (posisi duduk). Tangan kanan bergerak kebar, ukel dan kemudian diikuti gerakan sembah.
Tari Gending Sriwijaya dengan segala keindahan dan juga makna yang dikandungnya merupakan kebudayaan tradisional yang harus selalu dijaga kelestariannya.
Bagi Anda yang berasal dari Palembang, akan lebih baik lagi jika Anda mempelajari tari yang penuh makna ini.