Deskripsi: Sejarah tari kuda lumping beragam versi, serta penjelasan fungsi dan maknanya.
Untuk Anda yang mencintai seni tradisional Indonesia, Anda pasti sudah mengetahui tentang tari Kuda Lumping yang memang merupakan salah satu seni tari tradisional yang terkenal.
Tari ini berasal dari Suku Jawa (Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta).
Biasanya di daerah asalnya tarian ini disebut dengan Jathilan. Ditampilkan oleh sekelompok penari yang menggunakan properti berbentuk kuda.
Dalam tulisan kali ini, akan dibahas lengkap mengenai tari Kuda Lumping. Simak penjelasannya sampai selesai, ya!
Sejarah Tari Kuda Lumping
Pada awalnya, tari yang disebut sebagai Jaranan Buto di Banyuwangi, Jaran Kepang di Surabaya, Jaranan Trunggo Yakso di Trenggalek dan Sang Hyang di Bali ini berasal dari Yogyakarta.
Kemudian tarian ini menyebar ke daerah sekitarnya baik di Pulau Jawa hingga ke Bali.
Ada beberapa versi cerita mengenai awal mula atau sejarah munculnya tarian Kuda Lumping ini yang sampai saat ini masih simpang siur.
Berikut rangkuman 5 versi cerita sejarah atau asal usul tari Kuda Lumping mengenai hal tersebut:
1. Versi Pertama
Pada cerita versi pertama ini, tarian Kuda Lumping sudah ada dan sudah sering ditampilkan dari zaman primitif dan ditampilkan juga pada upacara adat serta pada ritual yang erat kaitannya dengan magis.
2. Versi Kedua
Beberapa orang menyampaikan bahwa tarian ini dibuat dan kemudian tercipta dari perjuangan Raden Patah.
Perjuangan Raden Patah yang ditemani oleh Sunan Kalijaga saat mengusir penjajah dan memperjuangkan kemerdekaan dituangkan dalam gambaran tarian Kuda Lumping ini.
3. Versi Ketiga
Selain versi kedua yang menyatakan bahwa tarian ini dihasilkan sebagai gambaran saat melawan penjajah, versi ketiga pun kurang lebih sama.
Karena pada versi ini tari Kuda Lumping dibuat oleh masyarakat sebagai bentuk apresiasi kepada perjuangan Pangeran Diponegoro.
Pangeran Diponegoro yang saat itu melawan penjajah ditemani oleh pasukan berkuda yang sangat didukung dan dicintai oleh masyarakat, sehingga kemudian diciptakanlah tarian ini sebagai bentuk dukungan dan juga apresiasi.
4. Versi Keempat
Pada versi lainnya, tarian Kuda Lumping ini diciptakan sebagai gambaran dari proses latihan para pasukan perang Kerajaan Mataram.
Di bawah komando dari Sultan Hamengkubuwono I untuk dapat menghadapi dan melawan penjajah, pasukan ini melakukan latihan perang yang sangat berat.
5. Versi Kelima
Versi terakhir dari sejarah atau asal usul lahirnya tarian Kuda Lumping ini merupakan versi yang paling lengkap, di mana versi ini menceritakan mengenai seorang raja di tanah Jawa yang sakti dan memiliki prajurit yang sangat kuat dan tangguh.
Pasukan yang kuat tersebut didapatkan Raja dari sebuah sayembara di mana Raja mencari siapapun yang memiliki pengetahuan mengenai bagaimana pasukan berkuda yang seharusnya dan bagaimana cara mendapatkan pasukan berkuda yang kuat tersebut.
Sang raja juga melakukan tapa sehingga mendapatkan wangsit bahwa hanya orang Jawa yang dapat menjadi tentara maupun kuda.
Sang raja juga diharuskan membuat kuda dari bahan ijuk dan juga gedek bambu agar kemudian ditunggangi oleh prajurit yang akan menjadi kuda.
Setelah membuat kuda dari gedek bambu dan membacakan mantra agar kuda mau untuk makan rumput dan juga beling (kaca) jika terjadi paceklik, sang raja menari dengan senang karena impiannya memiliki prajurit berkuda yang kuat sudah tercapai.
Terlepas dari versi manapun yang Anda percayai meskipun memang tidak ada cerita yang teruji kebenarannya, tari Kuda Lumping ini tetap merupakan kebudayaan tradisional asli dari Indonesia sebagai bukti dari kekayaan budaya bangsa.
Fungsi dari Tari Kuda Lumping
Sama halnya dengan jenis tarian lainnya, baik yang merupakan tarian tradisional maupun modern, tarian Kuda Lumping ini juga memiliki beberapa fungsi.
Adapun beberapa hal yang menjadi fungsi dari tarian Kuda Lumping ini di antaranya adalah:
1. Fungsi Hiburan
Dengan adanya pertunjukan tarian Kuda Lumping ini masyarakat akan berkumpul dan juga terhibur saat menontonnya.
Para penonton pertunjukan Kuda Lumping biasanya sangat antusias dan juga menikmati pertunjukan, bahkan tidak jarang penonton pun ikut menarikan tarian ini bersama dengan para penari.
2. Fungsi Pendidikan
Selain sebagai hiburan, tarian Kuda Lumping ini sebenarnya memiliki fungsi pendidikan. Tarian ini menggambarkan mengenai watak baik dan buruk dari seorang manusia.
Ada banyak sekali norma dan juga nilai yang disampaikan melalui tarian Kuda Lumping ini.
3. Fungsi Sosial
Dalam pertunjukan Kuda Lumping, para penari bersama dengan sang pawang dan juga pengiring musik memainkan peranan yang sama-sama penting untuk dapat menampilkan pertunjukan yang menghibur.
Agar dapat berjalan dengan baik, semua elemen dari pertunjukan harus dapat bekerja sama dan melakukan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab masing–masing.
4. Fungsi Kepercayaan
Melalui tarian yang erat kaitannya dengan hal magis dan gaib ini, ada fungsi kepercayaan yang tertuang di dalamnya.
Ciri khas dari tarian Kuda Lumping ini juga dapat langsung Anda lihat dari suasana dan juga pertunjukannya.
Makna dari Tari Kuda Lumping
Tarian yang sangat erat kaitannya dengan hal mistis ini menyuguhkan berbagai macam atraksi yang sebenarnya tidak mungkin untuk dilakukan dengan kemampuan manusia secara sadar pada umumnya.
Atraksi yang dimaksud seperti memakan bara api atau kaca, atau berjalan di atas pecahan kaca.
Tarian ini sering ditampilkan pada acara yang penting. Biasanya acara yang menampilkan pertunjukan tarian Kuda Lumping adalah penyambutan tokoh penting, syukuran, pernikahan, perayaan hari besar, khitanan, dan lainnya.
Meskipun mungkin terkesan seperti berbahaya karena berbagai atraksi yang dilakukan dan ditampilkan oleh para penari, tari Kuda Lumping ini memiliki berbagai makna yang ingin disampaikan, di antaranya yaitu:
1. Mempercayai Adanya Alam Gaib
Kepercayaan akan alam gaib yang disalurkan dalam berbagai atraksi yang ditampilkan pada tarian ini merupakan gabungan antara alam nyata dengan alam gaib.
Melalui tarian ini, penari akan membuktikan bahwa alam gaib ada dan memang benar.
Atraksi yang dilakukan oleh para penari dilakukan dalam keadaan tidak sadar di mana para penari tersebut mengalami kesurupan.
Keadaan tersebut menyebabkan penari memiliki keberanian dan juga kemampuan untuk melakukan atraksi–atraksi tersebut.
2. Menggambarkan Watak Manusia
Selain hal magis, tarian ini juga menggambarkan mengenai watak, sifat dan juga sikap yang dimiliki oleh manusia.
Anda dapat melihat bahwa sebelum roh gaib merasuki sang penari, penari masih menampilkan tarian dengan lembut dan anggun.
Namun semuanya berubah ketika roh gaib sudah masuk di mana penari akan menjadi sulit untuk dikendalikan dan juga liar.
Hal tersebut dapat menjadi gambaran bahwa sifat atau watak manusia ada yang baik, namun ada juga yang memang buruk.
Setelah mengetahui sejarah, fungsi dan juga makna yang disampaikan melalui tari Kuda Lumping, diharapkan Anda dapat membantu melestarikan tarian ini sebagai salah satu budaya Indonesia.
Tidak hanya berfokus terhadap sisi magis, tarian ini juga merupakan pertunjukan seni yang indah dan menghibur.