Deskripsi: Sejarah Lahirnya Pancasila, dan makna Lambang dari masing-masing sila.
Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memiliki hajat besar yakni merayakan hari lahir Pancasila. Pemilihan tanggal tersebut tidak terlepas dari sejarah lahirnya Pancasila dari zaman penjajahan Jepang.
Apakah Anda sudah mengetahui perjuangan para pendiri bangsa demi Pancasila?
Asal Usul Nama Pancasila
Menurut KBBI, Pancasila dimaknai sebagai dasar NKRI dan falsafah bangsa Indonesia yang terdiri dari sila berjumlah lima.
Apabila dilihat dari etimologinya, Pancasila terbentuk dari dua kata yaitu ‘panca’ dan ‘sila’. Dua kata tersebut diambil dari bahasa Sansekerta yang artinya ‘lima’ dan ‘dasar’.
Maka dari itu, para pendiri bangsa memilih ‘Pancasila’ karena dasar negara Indonesia terdiri dari 5 butir.
Sebenarnya, ‘Pancasila’ bukan istilah yang asing karena sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit. Adapun yang menjadi bukti tertulis adalah Kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca.
Beliau menggunakan istilah tersebut dalam kalimat “yatnanggegwani pancasyila kertasangkarabhisekakakakrama”.
Makna ‘kelima pantangan’ merujuk pada ‘pancasyila’ atau ‘Pancasila’. Selanjutnya, Mpu Tantular juga menjelaskan mengenai arti ‘Pancasila’ yang berbeda dari ‘pancasiila’.
Kata ‘Pancasila’ memiliki makna berbatu sendi yang lima sedangkan ‘pancasiila’ bermakna lima perbuatan yang utama.
Dengan demikian, amatlah pantas kata ‘Pancasila’ dijadikan nama dasar NKRI karena mengandung makna yang baik dan luhur.
Lima butir dalam Pancasila memang menjadi pedoman utama yang dapat menuntun rakyat Indonesia menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sejarah Lahirnya Pancasila
Terdapat beberapa momen yang menjadi bagian penting dari sejarah lahirnya Pancasila sebelum kemerdekaan Indonesia. Berawal dari tahun 1941 ketika Pearl Harbour dibom dan Jepang mulai mengambil alih Indonesia dari tangan Belanda.
Lalu, bagaimana selanjutnya? Berikut 4 peristiwa penting menuju terbentuknya Pancasila.
1. Kaiso Declaration
Setelah merasa menang dari Negara Sekutu, Jepang bergerak cepat untuk menguasai Indonesia pada tahun 1942 yang tadinya dimiliki oleh Belanda.
Namun kejayaan Jepang ternyata tidak bertahan lama karena Sekutu berhasil mengembalikan keadaan.
Jepang yang merasa terdesak akhirnya memelas perhatian kepada bangsa Indonesia. Sebagai bukti keseriusan, pada tanggal 7 September 1944, Perdana Menteri Kaiso mengumumkan pernyataan yang dikenal dengan Kaiso Declaration.
Inti dari deklarasi tersebut adalah Jepang berjanji memberikan kemerdekaan pada Indonesia. Hanya saja, realisasi dari janji tersebut seakan semu karena Jepang terlalu lama mengulur waktu.
Akhirnya, pada tanggal 29 April 1945, Jepang kembali memberikan janji kemerdekaan. Bedanya adalah kemerdekaan tersebut diberikan tanpa ada syarat apapun.
Momen itulah yang menjadi titik awal yang terang menuju perumusan dasar negara.
2. Terbentuknya BPUPKI
Hadiah kemerdekaan dari Kaisar Hirohito kemudian langsung ditindaklanjuti dengan membentuk organisasi untuk mempersiapkan Indonesia sebagai negara seutuhnya.
Organisasi tersebut disebut Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
BPUPKI diresmikan pada tanggal yang sama yaitu 29 April 1945. Tokoh yang menjadi ketua utama adalah Dr. KRT. Radjiman Wedyodiningrat sedangkan selaku ketua muda dijabat oleh Ichubangase dan RP. Soeroso.
Pada saat terbentuk, BPUPKI memiliki jumlah anggota sekitar 60 orang yang terdiri dari orang Jawa, Sulawesi, Sumatra, Maluku, peranakan China, peranakan Eropa dan peranakan Arab.
3. Sidang Pertama BPUPKI
Sidang perdana BPUPKI merupakan tonggak sejarah lahirnya Pancasila sebagai dasar negara. Penyelenggaraan sidang berlangsung selama 5 hari mulai tanggal 28 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945.
Agenda utama sidang BPUPKI I adalah membuat rumusan dasar negara. Adapun tokoh yang ditugaskan sebagai pembicara antara lain Mohammad Yamin, Soepomo, Drs. Mohammad Hatta, dan Ir. Soekarno.
Berikut ringkasan isi pidato tiap tokoh:
- Pidato Mohammad Yamin pada 29 Mei 1945 berisi 5 usulan dasar negara yang meliputi Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan dan Kesejahteraan Rakyat;
- Pidato Soepomo pada 31 Mei 1945 adalah 3 teori yang dapat dipakai sebagai dasar untuk membentuk suatu negara;
- Pidato Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945 berisi 5 butir dasar negara yang beliau sebut sebagai Pancasila, antara lain:
- Kebangsaan
- Kemanusiaan
- Musyawarah, mufakat dan perwakilan
- Kesejahteraan sosial
- Ketuhanan yang berkebudayaan
Menurut beliau, kelima butir sila tersebut dapat dipadatkan menjadi 3 dasar utama yang disebut Trisila, yaitu:
- Sosio-nasionalisme
- Sosio-demokrasi
- Ketuhanan
Berdasarkan 3 asas tersebut, Ir. Soekarno memadatkan lagi menjadi hanya satu asas yaitu “gotong royong” yang disebut dengan Ekasila.
4. Panitia Sembilan dan Piagam Jakarta
Ide Ir. Soekarno mendapat apresiasi yang tinggi sehingga dibentuk Panitia Sembilan untuk membahas lebih lanjut cikal bakal dasar negara tersebut. Sembilan tokoh yang ditunjuk antara lain:
- Soekarno sebagai ketua
- Mohammad Hatta
- Mohammad Yamin
- H. Wahid Hasyim
- H. Abdul Kahar Moezakir
- Soebardjo
- A. Maramis
- Agus Salim
- Abikusno Tjokrosujoso
Sidang pertama dari Panitia Sembilan diadakan pada tanggal 22 Juni 1945. Hasil yang didapat adalah 5 rumusan dasar negara yang draft asli dari Pancasila.
Rumusan tersebut dimuat dalam alinea ke-4 dalam mukadimah hukum dasar. Selanjutnya, Mohammad Yamin menyebutnya sebagai Piagam Jakarta.
Butir sila 2 hingga 5 masih sama dengan sila yang Anda kenal sampai sekarang. Hanya sila pertama yang berbeda karena memasukkan kata ‘syariat Islam’ di dalam rangkaian kalimatnya.
Oleh sebab itu, pada sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, sila pertama tersebut diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Berdasarkan sejarah tersebut, itulah mengapa tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai Hari Pancasila. Sebab pada saat itu, Ir. Soekarno berpidato mengenai cikal bakal Pancasila.
Makna Lambang Pancasila
Sejarah lahirnya Pancasila berlanjut di era kemerdekaan Indonesia yang berfokus pada penentuan lambang negara. Berdasarkan usulan Sultan Hamid II, lambang negara mengambil bentuk burung Garuda dengan membawa 5 benda yang menyimbolkan butir-butir Pancasila.
Lambang negara tersebut kemudian bernama Garuda Pancasila dan disahkan pada tanggal 11 Februari 1950. Adapun makna tiap lambangnya, antara lain:
1. Bintang Tunggal
Simbol ‘bintang tunggal’ diletakkan pada bagian tengah perisai. Bintang tersebut memiliki lima sudut dengan warna keemasan dan melambangkan sila pertama yaitu ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’.
Bentuk bintang dipilih karena menyimbolkan cahaya kerohanian yang Tuhan berikan untuk umat manusia sebagai penerang hidup.
2. Rantai Emas
Selanjutnya adalah rantai berwarna emas yang menjadi simbol untuk sila ke-2 “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”. Posisinya ada di bagian bawah sebelah kanan.
Rantai emas yang terjalin memiliki bentuk segi empat yang menyimbolkan laki-laki dan lingkaran yang menyimbolkan perempuan. Adapun maksudnya adalah setiap manusia saling membutuhkan satu sama lain sehingga harus menghormati dan bersatu agar kuat.
3. Pohon Beringin
Lambang untuk sila ke-3 “Persatuan Indonesia” adalah pohon beringin yang terletak di bagian atas sebelah kanan.
Pohon beringin dipilih karena memiliki bentuk yang lebar dan besar sehingga sering dipakai sebagai tempat bernaung. Pohon tersebut layaknya NKRI yang memberikan ‘naungan’ pada seluruh rakyat Indonesia sehingga dapat bersatu padu.
4. Kepala Banteng
Sila keempat yakni “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Perwakilan Sosial” dilambangkan dengan kepala banteng berwarna hitam dan berlatar merah.
Alasannya, banteng merupakan hewan yang dianggap gemar bersosialisasi dan tidak suka menyendiri. Sifat yang semacam itu diibaratkan dengan masyarakat Indonesia yang suka bermusyawarah untuk mengambil suatu keputusan.
5. Padi dan Kapas
Terakhir adalah padi dan kapas yang melambangkan sila ke-5 “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Maksud dari padi dan kapas adalah dua benda yang menjadi kebutuhan hidup manusia yaitu padi untuk pangan dan kapas untuk sandang.
Sejarah lahirnya Pancasila dari sidang BPUPKI hingga PPKI merupakan jalan panjang yang ditempuh sekuat tenaga oleh para pendiri bangsa Indonesia.
Mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan emas yang diberikan Jepang walaupun sebenarnya niat awal Jepang hanya untuk menarik simpati.
Dengan tekad dan semangat yang kuat, Pancasila akhirnya terbentuk dan proklamasi kemerdekaan diumumkan.