Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu paling tua di Nusantara. Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan-penemuan arkeologis yang menjadi bukti eksistensi Kutai di Pulau Kalimantan, seperti prasasti Yupa.
Meskipun hal tersebut tidak didukung sumber berita maupun catatan dari negeri Cina.
Sebenarnya tidak aneh kalau Kutai tidak dibahas oleh media Cina, mengingat Kalimantan mungkin saja tidak menggunakan jalur perdagangan utama India dan Cina.
Namun, ada yang janggal di sini, karena di area Kalimantan Timur ditemukan arca Buddha yang terbuat dari perunggu dan batu.
Peninggalan Kerajaan Kutai
Penemuan jejak-jejak peninggalan dari Kutai Martapura atau Mulawarman telah menjadi bukti tidak terbantahkan akan eksistensi dari perusahaan Hindu Buddha tertua tersebut.
Meskipun nama Kutai bisa jadi bukan nama sebenarnya, namun keberadaan kerajaan tersebut merupakan sesuatu real.
Di bawah ini adalah beberapa warisan peninggalan Kutai:
1. Prasasti Mulawarman (Yupa)
Ada setidaknya tujuh prasasti Yupa peninggalan Kutai Martapura yang merupakan sebuah kesatuan, namun masing-masing dipahat di sebuah monolit (tiang batu andesit), dan disebut Yupa.
Prasasti tersebut ditulis dalam aksara Pallawa Awal menggunakan bahasa Sansekerta.
Prasasti Mulawarman merupakan tugu atau tugu batu berukuran sekitar 1 meter dan ditanam di tanah.
Di tiang batu terpahat prasasti Kutai Martapura dan dianggap sumber dari tulisan paling tua di Nusantara. Yupa ditemukan di area hulu sungai Mahakam.
Secara umum, prasasti dibuat untuk menjelaskan mengenai kebesaran Mulawarman beserta semua garis keturunannya, dan kebaikan raja kepada Brahmana.
Contohnya adalah dengan menyumbang emas, 20.000 ekor sapi, dan segunung minyak dalam acara selamatan.
Pada Prasasti Yupa I, terdapat tulisan aksara di sisi depan menggunakan bahasa Sansekerta, dengan 12 baris tulisan dari aksara Pallawa.
Tulisan tersebut diawali silsilah Raja Mulawarman yang menyebut jika Maharaja Kudungga mempunyai 3 orang anak.
Sebagian besar tulisan dalam prasasti membahas tentang kemuliaan hati Sri Maharaja Mulawarman.
Hal ini ditegaskan dalam prasasti Yupa VII, yang menyebutkan bahwa Mulawarman berhasil mengalahkan raja-raja lain.
2. Arca Siwa dan Arca Nandiswara
Ditemukan Arca Dewa Siwa, dan Nandiswara di kawasan Gunung Kombeng, Provinsi Kalimantan Timur.
Hal tersebut menjelaskan mengenai budaya India, serta agama Siwa yang telah dianut oleh masyarakat sekitar, khususnya di lingkungan Kutai Mulawarman.
3. Sungai Jelai
Di area tepian Langsat, di sungai Jelai, Kutai Timur juga ditemukan berbagai lukisan cap tangan yang terdapat di dinding gua.
Disinyalir, gua tersebut adalah salah satu tempat untuk bernaung masyarakat lokal, khususnya sebelum masa pemerintahan Raja Mulawarman.
4. Peninggalan Lain
Sebenarnya banyak bukti peninggalan Kutai yang lainnya, seperti kalung ciwa, ketopong sultan, keris bukit kang, kalung uncal, dan sebagainya.
Namun para ahli berpendapat bahwa warisan tersebut merupakan peninggalan Kutai Kartanegara, bukan Martapura.
Sejarah Kutai Mulawarman
Kerajaan Kutai Mulawarman merupakan kerajaan Hindu Buddha pertama di Nusantara.
Para ahli berpendapat, bahwa kerajaan ini sudah ada sejak abad ke-5 M, atau sekitar 400 M. Berdasarkan catatan sejarah, Kutai tidak berada di jalur perdangan internasional pada masanya.
Namun, beberapa bukti arkeolog mengungkapkan, bahwa Kutai Mulawarman telah menjalin hubungan dengan ditemukannya prasasti batu Yupa berbahasa Sansekerta beraksara Pallawa, yang digunakan di daratan Hindu sejak tahun 400 M silam.
Nama Kutai sendiri diberikan oleh ahli dengan mengambil dari tempat prasasti ditemukan.
Sementara itu, nama Martapura diperoleh dari kitab bernama Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara yang mengisahkan tentang tentara Kutai Kertanagera yang menyerang ibu kota Kutai Mulawarman.
Berikut ini adalah catatan sejarah Kutai Mulawarman:
Pendiri Kerjaan Kutai
Kutai Mulawarman didirikan oleh salah satu pembesar dari Kerajaan Campa bernama Kudungga, yang juga merupakan kakek dari Raja Mulawarman.
Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan prasasti Yupa yang menyebut Kudungga sebagai raja pertama.
Masa Kejayaan
Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan ketika dipimpin oleh Raja Mulawarman.
Di bawah kekuasaannya, pasukan Kutai bahkan berhasil menaklukkan kerajaan lain di sekitar wilayah tersebut, dan kehidupan ekonomi juga semakin berkembang dengan pesat.
Pada salah satu prasasti dupa, dikatakan bahwa Mulawarman rutin memberikan persembahan pada dewa sebagai hadiah ke Brahmana, serta sedekah kepada masyarakat awam. Selain itu, Mulawarman memerintahkan pembuatan prasasti Yupa.
Bukan hanya itu, kerajaan ini diperkirakan sudah menjalin hubungan dagang dengan saudagar yang lewat di jalur perdagangan internasional, khususnya dari Selat Makassar, hingga Filipina, sehingga membuat Kutai Mulawarman menjadi semakin makmur.
Keruntuhan Kutai
Catatan mengenai runtuhnya Kutai Mulawarman sebenarnya masih belum begitu jelas.
Namun sebuah sumber menyebutkan, bahwa Kerajaan Kutai mengalami keruntuhan saat rajanya gugur ketika berperang melawan calon raja dari Kutai Kartanegara ke-13.
Harus digaris bawahi, bahwa Kutai Kartanegara merupakan kerajaan berbeda dengan Kutai Mulawarman.
Sedangkan sumber lain mengatakan, jika yang mengalahkan Kutai Martapura adalah Sultan Aji Muhammad Idris, dan selanjutnya Kutai berubah jadi Kerajaan Islam.
Letak Kutai Mulawarman
Pusat Kerajaan Kutai Mulawarman berada di Muara Kaman, di mana sekarang ini termasuk dalam cakupan wilayah kecamatan di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Para ahli berpendapat, bahwa lokasi persis berdirinya kerajaan tersebut adalah di tepian sungai Mahakam.
Hal tersebut dibuktikan berdasarkan temuan arkeologis di sekitar tempat itu, yang menjadi tanda bahwa di sana pernah ada kehidupan di masa lalu.
Sementara itu, Kutai sendiri merupakan nama pemberian ahli, sebab dalam temuan tidak disebutkan nama kerajaan.
Silsilah Raja-Raja Kutai Mulawarman
Menurut 7 Prasasti Yupa di Muara Kaman, ada beberapa pemimpin Kutai yang berkuasa selama dua puluh satu generasi.
Di bawah ini adalah silsilah Raja Kutai dari yang pertama hingga terakhir.
1. Maharaja Kudungga (Anumerta Dewawarman)
Kudungga dianggap sebagai pendiri Kutai Mulawarman. Namanya disepakati ahli sebagai nama asli Indonesia dan belum terpengaruh budaya asing, khususnya Hindu, India.
2. Maharaja Aswawarman
Berbeda dengan ayahnya, Kudungga, nama Maharaja Aswawarman telah terpengaruh budaya Hindu. Tentu berdasarkan fakta, bahwa kata “Warman” diambil dari Sansekerta.
3. Maharaja Mulawarman
Mulawarman merupakan raja paling terkenal dari Kutai Martapura. Terutama karena pada masa pemerintahannya, Kutai berhasil meraih kejayaannya.
Hal tersebut dicatat dengan rapi pada prasasti Yupa. Nama Mulawarman bahkan disandingkan dengan Raja Yudistira.
4. Maharaja Marawijaya Warman
Marawijaya Warman merupakan generasi penerus Mulawarman setelah wafat.
5. Maharaja Gajayana Warman
Setelah Marawijaya Warman meninggal, tampuk kepemimpinan diambil alih oleh anaknya, yaitu Maharaja Gajayana Warman.
6. Maharaja Tungga Warman
Generasi selanjutnya yang memerintah Kutai Mulawarman adalah Maharaja Tungga Warman.
7. Maharaja Jayanaga Warman
Pada masa berikutnya, Kutai dipimpin oleh Raja Jayanaga Warman.
8. Maharaja Nalasinga Warman
Sepeninggal Jayanaga Warman, Nalasinga Warman naik tahta untuk menggantikannya.
9. Maharaja Gadingga Warman Dewa
Dalam catatan sejarah disebutkan, bahwa pengganti Nalasinga adalah Gadingga Warman Dewa.
10. Maharaja Indra Warman Dewa
Generasi ke-10 yang memerintah Kutai Martapura yang ke-10 bergelar Maharaja Indra Warman Dewa.
Kerajaan Kutai bisa merujuk pada dua kekuasaan raja berbeda, yaitu Kutai Mulawarman (Martapura) dengan pengaruh Hindu Buddha, dan Kutai Kartanegara yang berhasil menaklukan Kutai Mulawarman, yang kemudian akhirnya berubah menjadi Kerajaan Islam.
Baca juga: Kerajaan Bali Dwipa