Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan dengan corak Hindu Buddha tertua di Jawa yang berkuasa sejak abad ke 5 M – 7 M.
Hal tersebut dibuktikan dengan penemuan peninggalan berupa catatan sejarah, dan artefak di area sekitar kerajaan, tepatnya di barat Pulau Jawa.
Selain meninggalkan jejak arkeologis, Tarumanegara juga disebutkan secara intens di beberapa berita Cina.
Sehingga mempermudah para peneliti dalam memperkirakan gambaran kehidupan masyarakat serta luas pengaruh kerajaan ini di berbagai wilayah Nusantara.
Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Meskipun Tarumanegara telah runtuh beratus-ratus tahun yang lalu, namun beberapa peninggalan-peninggalannya masih tetap eksis hingga saat ini.
Peninggalan tersebut menjadi bukti bahwa salah satu kerajaan terbesar di Pulau Jawa tersebut pernah berdiri kokoh dan disegani oleh kerajaan lainnya.
Di bawah ini adalah beberapa peninggalan Tarumanegara yang telah ditemukan:
1. Prasasti Ciaruteun
Pada prasasti ini terdapat telapak kaki dari Raja Purnawarman, berikut dengan pernyataan kekuasaanya akan kawasan tersebut.
Termasuk sungai Ciaruteun, dan Cisadane. Saat awal ditemukan, Ciaruteun terbagi atas 2 bagian, yaitu Ciaruteun A, dan Ciaruteun B.
2. Prasasti Telapak Gajah atau Prasasti Kebon Kopi
Terdapat jejak kaki gajah perang yang dikendarai oleh Raja Purnawarman. Gajah tersebut diberi nama Airawata, dimana namanya sama persis dengan gajah perang milik Dewa Indra.
Prasasti ini ditemukan di Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor.
3. Prasasti Jambu
Di Prasasti Jambu terdapat pujian-pujian kepada Purnawarman yang ditulis dalam bahasa Sansekerta, menggunakan huruf Pallawa.
Pada prasasti juga terdapat ukiran berbentuk sepasang telapak kaki. Prasasti Jambu ditemukan Jonathan Rigg, pada tahun 1854.
4. Prasasti Tugu
Terletak di Kampung Batu Tumbuh, Tugu, Koja, Jakarta Utara, prasasti yang ditemukan di abad ke-10 M ini mengisahkan tentang penggalian Sungai Gomati, dan Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru pada masa kekuasan Raja Purnawarman.
5. Prasasti Muara Cianten
Muara Cianten ditemukan oleh N.W. Hoepermans di Desa Ciaruteun pada tahun 1864. Prasasti berukuran 2.7 m x 1.4 m x 1.4 m ini dibuat dari batu andesit. Sedangkan isi tulisannya belum bisa diterjemahkan, karena memakai huruf sangkha.
6. Situs Batujaya
Situs ini merupakan kompleks percandian yang terletak di tepian muara Sungai Citarum, Kota Karawang. Terdapat sekitar 13 artefak di Candi Batujaya, khususnya artefak Segaran 1-5, serta Talagajaya 1-7.
7. Situs Cibuaya
Pada situs Cibuaya juga ditemukan 2 buah artefak candi yang diperkirakan adalah peninggalan Tarumanegara. Keduanya adalah Lmah Duwur Lanang, dan Lmah Duwur Wadon yang berlokasi di sisi pantai utara Jawa.
8. Arca
Penemuan arca yang berkaitan dengan Tarumanegara sudah tidak terhitung jumlahnya, khususnya di area tertentu yang berdekatan dengan tempat ditemukannya kompleks candi, dan prasasti. Di dekat Cibuaya contohnya, terdapat arca Wisnu, Siwa, dan Durga.
Sedangkan di Gunung Cibodas ditemukan arca Brahma, Dwarapala, dan singa. Sementara di Ciampea ada arca gajah, yang merupakan atribut upacara keagamaan penganut Hindu dan Buddha.
Sejarah Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara adalah kerajaan bercorak Hindu aliran Wisnu. Secara etimologi, Tarumanegara diambil dari dua suku kata “Taruma” dan “Nagara”.
Taruma berasal dari “Tarum” yang berarti “Citarum” atau nama sungai yang membelah Jawa Barat, dan Nagara adalah kerajaan.
Di kawasan Citarum ditemukan sebuah kompleks percandian luas, yakni Candi Cibuaya, dan Candi Batujaya, di mana keduanya merupakan peninggalan dari peradaban Tarumanegara.
Di sisi lain, belum diketahui dengan jelas mengenai struktur genealogis para raja di kerajaan tersebut.
Berikut adalah rangkuman lengkap mengenai sejarah Tarumanegara:
Pendiri Tarumanegara
Pada Prasasti Ciaruteun disebutkan, bahwa Raja Purnawarman merupakan raja pertama yang sekaligus menjadi pendiri pusat kerajaan, yakni Sundapura. Namun di naskah Wangsakerta tertulis, jika Purnawarman adalah raja ke-3.
Dalam Wangsakerta juga dituliskan, bahwa Tarumanegara didirikan tahun 358 M dengan Rajadirajaguru Jayasingawarman sebagai pendirinya. Sayangnya, keabsahan naskah tersebut kebenarannya masih banyak dipertanyakan oleh ahli.
Zaman Keemasan
Berdasarkan prasasti yang ditemukan, dituliskan bahwa Tarumanegara berhasil meraih masa kejayaan saat berada di bawah kepemimpinan Raja Purnawarman.
Di Prasasti Tugu juga tertulis mengenai penggalian kali yang membuat kehidupan rakyat semakin makmur.
Sementara itu, situasi sosial di masa kekuasaan Purnawarman terus meningkat pesat karena kaum Brahmana semakin diperhatikan sebagai cara menghormati dewa.
Prasasti Tugu juga dijelaskan, jika Raja Purnawarman juga membuat terusan sebagai sarana perdagangan.
Keruntuhan Tarumanegara
Setelah berdiri selama kurang lebih tiga abad, kerajaan yang pernah menguasai sisi barat Pulau Jawa ini mengalami keruntuhan di pertengahan abad 7 M.
Menurut catatan, terdapat dua faktor utama penyebab runtuhnya Tarumanegara, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Perpecahan Kerajaan
Meskipun kebenarannya masih banyak diragukan, namun dalam naskah Wangsakerta disebutkan cukup jelas bagaimana akhir dari kerajaan ini. Tarumanegara terpecah menjadi dua kerajaan baru, yaitu Sunda, dan Galuh.
Disebutkan, pada masa kepemimpinan Linggawarman di tahun 666 M ia mendelegasikan kekuasaan pada raja-raja kecil yang ada di daerah. Sehingga perpecahan wilayah tidak dapat terhindarkan.
- Serangan Kerajaan Sriwijaya
Pada Prasasti Kota Kapur bertahun 686 M, disebutkan bahwa Raja Dapunta Hyang Sri Janayasa hendak melancarkan serangan kepada kerajaan-kerajaan di Jawa yang tidak ingin tunduk di bawah pemerintahan Sriwijaya.
Serangan tersebut diperkirakan terjadi pada waktu yang sama dengan keruntuhan Kerajaan Tarumanegara, dan Kerajaan Holing yang terjadi di akhir abad 7 M.
Hal tersebut memiliki keterkaitan erat, tepatnya karena di awal abad 8 M, di mana Sriwijaya menjalin hubungan yang sangat erat dengan sebuah kerajaan di Jawa Tengah, yang tidak lain adalah Wangsa Sailendra.
Letak Kerajaan Tarumanegara
Wilayah Tarumanegara berada di bagian barat Jawa, tepatnya di area sungai Citarum.
Pada Prasasti tugu dinyatakan, jika kekuasaan kerajaan ini membentang dari kawasan Cirebon, Banten, Bogor, Karawang, dan Jakarta, tepatnya pada masa pemerintahan Raja Purnawarman.
Sementara itu, pusat kekuasaan terletak di antara beberapa sungai, di antaranya adalah Citarum, Candrabaga, Cisadane, dan Ciliwung, yang merupakan lokasi utama di mana peradaban Tarumanegara tumbuh dan berkembang.
Mirip seperti Majapahit yang didirikan di Sungai Brantas.
Raja-Raja Kerajaan Tarumanegara
Meskipun semua prasasti peninggalan Tarumanegara yang ditemukan hanya menyebutkan Purnawarman sebagai raja, tapi hal tersebut sangat mustahil mengingat eksistensi kerajaan ini diperkirakan berlangsung sejak tahun 400 M – 600 M, atau kurang lebih dua abad.
Sudah pasti Tarumanegara memiliki lebih dari satu raja. Hanya saja, Purnawarman merupakan penguasa terbesar dengan luas kekuasaan yang meliputi utara Jawa Barat.
Dalam naskah Wangsakerta tertulis ada beberapa raja yang pernah memerintah Tarumanegara, sebagai berikut:
Nama Raja | Era Pemerintahan |
Rajadirajaguru Jayasingawarman | 358 M – 382 M |
Dharmayawarman | 382 M – 395 M |
Purnawarman | 395 M – 434 M |
Wisnuwarman | 434 M – 455 M |
Indrawarman | 455 M – 515 M |
Candrawarman | 515 M – 535 M |
Suryawarman | 535 M – 561 M |
Kertawarman | 561 M – 628 M |
Sudhawarman | 628 M – 639 M |
Hariwangsawarman | 639 M – 640 M |
Nagajayawarman | 640 M – 666 M |
Linggawarman | 666 M – 669 M |
Dari segi sosial, sebenarnya masyarakat di era Kerajaan Tarumanegara dibagi atas 3 agama, yakni agama asli, Hindu, dan Buddha.
Penganut Hindu umumnya terbatas di kalangan keluarga keraton, sedangkan masyarakat awam masih menganut agama asli warisan nenek moyang.
Baca juga: Kerajaan Sriwijaya