Deskripsi: Sejarah dan asal usul Suku Mante, karakteristik dan kebudayaannya.
Indonesia terkenal dengan keanekaragaman budaya serta suku yang tersebar di berbagai wilayah, mulai dari Sabang sampai Merauke.
Kekayaan melimpah tidak hanya dari sumber daya alam, namun juga suku adat istiadat yang melingkupinya. Salah satu hal yang menarik adalah Suku Mante.
Suku ini terletak di Aceh dan terkenal dengan manusia kerdil dan misterius.
Keberadannya hingga ini masih menjadi misteri karena ada pula pendapat yang beranggapan bahwa suku Mante saat ini sudah punah.
Simak ulasannya di bawah ini yuk!
Bagaimana Sejarahnya?
Suku Mante terletak di pedalaman aceh dan tidak terjamah arus globalisasi. Tidak hanya wilayahnya, semua masyarakatnya juga masih primitif dan dianggap sebagai nenek moyang dari masyarakat Aceh saat ini.
Asal Kata
Mante berasal dari kata Mantir yang memiliki pelafalan yang berbeda.
Suku yang berasal dari pedalaman ini setara dengan suku lainnya, seperti Lanun, Sakai, Senoi, Jakun, dan Semang. Suku-suku tersebut merupakan keturunan dari Melayu Proto.
Masyarakat suku ini telah ada sejak zaman kerajaan di Aceh dan merupakan garis keturunan Melayu pula.
Namun masyarakatnya menjalani kehidupan di pelosok, sehingga tidak muncul di wilayah tempat penduduk lain tinggal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Snouck Hurgronje menghasilkan kesimpulan bahwa masyarakat suku ini tinggal di wilayah perbukitan.
Beliau menjelaskan secara rinci kehidupan tentang masyarakat purba ini melalui bukunya yang berjudul The Atjehers.
Kata “Mante” sendiri berasal dari Dr. Snouck dan dipopulerkannya melalui buku tersebut. Hal ini dikemukakan oleh ahli sejarah bernama Teuku Abdullah.
Masyarakat Aceh sendiri tidak mengetahui karena terlalu banyak suku-suku yang tinggal pada masa lampau.
Persebaran
Seorang sejarawan Aceh bernama Husaini Ibrahim mengatakan bahwa pada tahun 3000 SM Suku Mante menelusuri Thailand kemudian datang ke Aceh.
Menurut cerita, seorang pasangan suku ini ditangkap oleh Sultan Aceh, karena menolak makan, keduanya meninggal kelaparan.
Hal ini membuktikan bahwa sejak dahulu, suku ini hidup hanya dengan sesamanya saja. Masyarakatnya sangat dekat dengan alam dan tidak berinteraksi dengan masyarakat lain.
Sehingga terkesan lebih tertutup dan tidak diketahui keberadaan sesungguhnya.
Namun Husain Ibrahim mengatakan bahwa suku ini tinggal di kawasan Aceh besar, yaitu di Tangse yang terletak di Kabupaten Pidie.
Karena letaknya berdekatan dengan kawasan Aceh Besar, atau Rumoh Duobelah maka dianggap masih berhubungan dengan suku tersebut.
Di sisi lain, berdasarkan laporan Dinas Sosial Provinsi Aceh, Suku Mante tersebar 14 lokasi di Aceh.
Di antaranya hutan kopi kayu, Samarkilang bener meriah, kaki gumun halimuen pidie, hutan pamue Aceh, dan lain sebagainya.
Mengenal Kebudayaan Suku Mante Lebih Dekat
Berbeda dengan suku pada umumnya, Mante sangat sulit untuk diteliti. Sehingga pengetahuan tentang suku ini terbatas hanya dengan pengetahuan yang didapatkan secara jauh.
Penduduk suku ini sering melakukan aktivitas sendiri dan jarang ditemukan.
Kebudayaan Suku Mante adalah bahasa yang bukan berupa pelafalan huruf, melainkan menggunakan bahasa isyarat.
Untuk sesama penduduk, mereka menggunakan bahasa sendiri yang hanya diketahui secara lokal. Sedangkan untuk masyarakat lain, mereka menggunakan bahasa isyarat.
Bahasa isyarat ini digunakan dengan menunjukkan sesuatu atau menulis isyarat di kayu atau pohon menggunakan kuku.
Tentunya hal ini tidak dilakukan oleh masyarakat pada umumnya karena menyebabkan rasa sakit di bagian jari.
Karakteristik Suku Mante
Setiap suku di Indonesia memiliki karakteristik berbeda, hal ini melihat dari lingkungan tempat tinggal serta kepercayaan yang dianut.
Dalam setiap suku pasti memiliki adat istiadat, bahasa, budaya, bahkan perbedaan yang dapat dilihat secara fisik. Berikut merupakan ciri khas Suku Mante:
1. Menghindar dari Manusia
Meskipun bentuk tubuhnya sama seperti manusia pada umumnya, namun mereka selalu menghindar jika bertemu dengan orang lain di luar suku tersebut.
Penduduk Mante akan merasa terancam jika bertemu dengan orang lain.
Meski begitu, ternyata suku ini juga sering mengintai kehidupan masyarakat suku lain. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki kehidupan sehari-hari agar lebih efisien.
Meski begitu, penduduk suku ini sangat berhati-hati dengan orang lain agar tidak merusak sifat aslinya.
2. Terlihat di Waktu Subuh
Biasanya subuh adalah waktu masyarakat Mante untuk keluar dan beraktivitas. Mulai dari mengambil air di sungai, hingga mencari makanan.
Namun saat petang, mereka kembali ke gua untuk istirahat. Sehingga masyarakat ini sangat sulit ditemukan.
3. Memiliki Kebiasaan Unik
Jika masyarakat pada umumnya tidak menyukai tanah yang becek, penduduk suku ini justru menyukainya.
Selain itu, masyarakat ini juga sangat takut terhadap api. Padahal api sangat berfungsi dalam kehidupan sehari-hari baik untuk memasak dan lain sebagainya.
4. Omnivora
Kehidupan yang sangat primitif membuat penduduk suku ini pemakan segala.
Hewan dan tumbuhan menjadi makanan sehari-hari mereka, bahkan terkadang mereka juga mengkonsumsi lumut untuk makanan.
5. Suku Terasing
Sebagian besar masyarakat di Aceh berprofesi sebagai nelayan dan beraktivitas di laut. Namun suku ini memilih tinggal di pedalaman hutan maupun gunung.
Hal ini membuat mereka semakin jauh dengan masyarakat sekitar.
Masyarakat Suku Mante sangat tertutup sehingga aktivitas dan pengetahuan tentangnya juga tidak diketahui.
Oleh karena itu suku ini disebut suku terasing karena tidak berinteraksi dengan masyarakat Aceh lainnya.
6. Fisik Berbeda dengan Manusia Umumnya
Penduduk suku ini lebih cepat diidentifikasi karena memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan suku lain di Aceh.
Ukuran tubuhnya lebih kecil dan terlihat membungkuk, namun sangat lincah dan dapat berlari dengan cepat.
Rata-rata tinggi penduduk suku ini sekitar 60 cm hingga 1 meter. Warna kulitnya tampak sawo matang disertai rambut lurus khas Suku Melayu.
Bentuk wajahnya bulat dan memiliki telinga runcing ke atas. Bagian ujung jari tangannya tampak lebih lebar dan berotot.
Perbedaan paling unik yang terdapat pada Suku Mante terletak pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Seorang perempuan memiliki bulu halus di sekujur tubuhnya, sedangkan laki-laki tidak.
Hal ini merupakan kebalikan dari manusia yang berada di luar suku tersebut, bukan?
7. Hidup Nomaden
Jika manusia zaman purba melakukan nomaden karena masih belum memiliki tempat tinggal, hal ini juga dilakukan oleh penduduk Suku Mante untuk mencari sumber makanan terdekat.
Pola hidup seperti ini juga dilakukan oleh penduduk Mante yang memiliki karakter primitif.
Fakta Penduduk Mante
Berdasarkan kesaksian seorang warga Aceh bernama Fauzan Adhim yang pernah bertemu dengan salah satu penduduk Mante, beliau mengetahui beberapa fakta tentang suku ini.
Berikut list fakta tentang suku tersebut:
- Memiliki fisik sama dengan manusia, namun memiliki ciri-ciri fisik berbeda sehingga mudah diidentifikasi sebagai penduduk Mante.
- Mudah terjebak dengan perangkap hewan karena sering ditemukan meninggal karena jebakan badak dan hewan lain.
Suku Mante memang jarang disebut, bahkan tidak dikenal secara umum di kalangan masyarakat seperti Suku Jawa, Sunda, dan lain sebagainya.
Namun suku ini memiliki ciri khas yang tentunya menambah keberagaman budaya Indonesia. Sehingga layak untuk dilestarikan dan dikaji lebih dalam.
Baca juga: Kerajaan Samudra Pasai