Kerajaan Pajajaran atau Pakuan Pajajaran adalah sebuah Kerajaan Hindu yang pernah berdiri sekitar tahun 1030 M – 1579 M di Tatar Pasundan, khususnya kawasan bagian barat pulau Jawa.
Menurut catatan sejarah, kerajaan ini didirikan oleh Sri Jayabhupati di tahun 923 M.
Berdirinya Pajajaran tidak dapat dipisahkan dengan eksistensi kerajaan pendahulunya, yaitu Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sunda.
Karena keduanya merupakan cikal bakal yang di kemudian hari dipersatukan menjadi sebuah kawasan berdaulat dengan nama Pajajaran.
Prasasti dan Situs Peninggalan Kerajaan Sunda
Kerajaan Pajajaran mempunyai sejumlah prasasti serta situs yang beberapa diantaranya telah ditemukan, baik itu dalam kondisi masih utuh, maupun sudah rusak.
Lokasi penemuannya sendiri tidak begitu jauh dari letak dimana pusat Kerajaan Sunda diperkirakan pernah berdiri.
Beberapa prasasti dan situs peninggalan dari Pajajaran:
1. Prasasti Cikapundung
Pada bulan Oktober 2010 lalu, warga menemukan sebuah batu prasasti dengan tulisan Sunda Kuno, serta gambar telapak kaki, telapak tangan, dan wajah di area sungai Cikapundung. Para arkeolog memperkirakan jika prasasti tersebut berasal dari abad 14.
2. Prasasti Huludayeuh
Keberadaan Prasasti Huludayeuh yang berlokasi di tengah areal persawahan Huludayeuh, Cikalahang, Sumber, Cirebon sebenarnya sudah diketahui sejak lama oleh warga lokal.
Namun, baru diketahui arkeolog pada tahun 1991, kemudian penemuan dipublikasikan.
3. Prasasti Pasir Datar
Pasir Datar ditemukan di area perkebunan kopi di daerah Pasir Datar, Cisande, Sukabumi, tepatnya pada tahun 1872 M.
Saat ini, Prasasti Pasir Datar disimpan di bangunan Museum Nasional Jakarta. Hanya saja belum ditranskripsi, jadi belum tahu apa isinya.
4. Prasasti Ulubelu
Ulubelu diperkirakan adalah peninggalan dari Kerajaan Sunda abad 15 M. Prasasti tersebut berada di Dukuh Ulubelu, Rebangpunggung, Lampung di tahun 1936 M.
Meskipun ditemukan di Lampung, namun sejarawan menganggap jika aksara yang dipakai adalah Sunda Kuno.
5. Prasasti Kebon Kopi II
Prasasti Pasir Muara atau Kebon Kopi II yang merupakan peninggalan dari era Sunda dan Galuh ketika ditemukan letaknya tidak begitu jauh dari Prasasti Kebon Kopi I (peninggalan Kerajaan Tarumanegara). Prasasti tersebut dituliskan dalam Melayu Kuno.
6. Prasasti Perjanjian Sunda & Portugis
Prasasti dengan bentuk tugu batu ini merupakan sebuah tanda terjadinya perjanjian antara Kerajaan Sunda & Kerajaan Portugis.
Tugu perjanjian tersebut dibuat oleh pihak utusan dagang Portugis yang ditempatkan di Malaka di bawah pimpinan Enrique Leme.
7. Situs Karangkamulyan
Situs ini berada di Desa Karangkamulyan, Jawa Barat. Karangkamulyan merupakan situs bercorak Hindu-Budha peninggalan zaman Kerajaan Galuh.
Isi dari situs tersebut adalah mengenai Ciung Wanara yang sangat erat kaitannya dengan Kerajaan Galuh.
Awal Mula Berdirinya Kerajaan Sunda
Seperti yang tertulis pada Prasasti Sanghyang Tapak bertahun 1030 M, Kerajaan Pajajaran didirikan oleh Sri Jayabhupati.
Namun sebelum Pajajaran berdiri, sebenarnya sudah ada beberapa kerajaan yang berkuasa di kawasan tersebut, seperti Kerajaan Sunda, Galuh, Tarumanegara, dan Kawali.
Dalam catatan sejarah disebutkan, bahwa di akhir 1400 M, kondisi Kerajaan Majapahit sudah semakin melemah akibat perebutan kekuasaan dan pemerontakan yang terjadi secara terus-menerus.
Setelah Raja Brawijaya V turun takhta, kerabat Majapahit mengungsi ke Kerajaan Galuh.
Saudara Brawijaya V, yaitu Raden Baribin sangat disambut oleh Raja Dewa Niskala, dan kemudian dinikahkan dengan salah satu putrinya yang bernama Ratna Ayu Kirana. Sementara itu, Raja juga menikahi salah satu pengungsi yang datang bersama Raden Barinbin.
Mendengar hal tersebut, Raja Susuktunggal dari Kerajaan Sunda murka, karena Dewa Niskala dianggapnya telah melanggar peraturan turun-menurun yang telah disepakati sejak Peristiwa Bubat.
Isinya adalah, orang-orang dari tanah Sunda dilarang keras menikah dengan keturunan Majapahit.
Meskipun konflik diantara keduanya semakin memanas, namun akhirnya berhasil didamaikan dengan keputusan akhir, apabila Susuktunggal dan Dewa Niskala harus turun takhta lalu menunjuk putera mahkota untuk menggantikan kepemimpinannya.
Dewa Niskala memilih puteranya, Jayadewata untuk meneruskan pemerintahan. Menariknya, Susuktunggal juga menjatuhkan pilihan kepada orang yang sama, yaitu Jayadewata, sehingga akhirnya kedua kerajaan tersebut dipersatukan.
Masa Kejayaan Pajajaran
Jayadewata mendapatkan gelar Sri Baduga Maharaja dan mulai memimpin kerajaan yang diberi nama baru sebagai Pajajaran pada tahun 1482 M.
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Pajajaran berhasil menikmati masa keemasan. Di kemudian hari, ia lebih dikenal dengan nama Prabu Siliwangi.
Salah satu karya besar Sri Baduga Maharaja adalah bangunan talaga Maharena Wijaya, dan jalan menuju Ibukota di Pakuan serta Wanagiri.
Selain itu, ia juga meningkatkan pertahanan di ibukota, dan mendukung penuh kegiatan beragama dengan memberikan Desa Perdikan kepada para pendeta.
Pada masa pemerintahannya tersebut pula Kabinhajian dibangun, angkatan perang diperkuat, dan hukum berdasarkan undang-undang mulai dikenalkan.
Pembangunan besar-besaran yang dilakukan Sri Baduga Maharaja dikisahkan pada Prasasti Batu Tulis dan Kebantenan.
Runtuhnya Pajajaran
Pakuan Pajajaran mengalami kehancuran di tahun 1579 M akibat serangan dari Kerajaan Banten.
Masa berakhirnya kekuasaan Pajajaran ditandai dengan perampasan Palangka Sriman Sriwacana yang menjadi budaya monarki di tanah Pasundan, oleh pasukan dari Maulana Yusuf.
Sementara itu, Maulana Yusuf menyatakan bahwa ia merupakan penerus dari kekuasaan Sunda dikarenakan buyut perempuannya merupakan anak dari Sri Baduga Maharaja, yang merupakan raja pertama Pajajaran.
Sehingga ia berhak untuk menduduki tahta Kerajaan Sunda.
Letak Kerajaan Pajajaran
Secara geografis, Kerajaan Pajajaran pernah berdiri di tanah Sunda dengan Pakuan (Bogor) sebagai ibukotanya.
Hal ini tersebut bisa dilihat pada peta yang dibuat oleh Portugis, yang menunjukkan bahwa letak Pajajaran di abad 15 M – 16 M berada di kawasan Bogor, Jawa Barat/
Raja-Raja Penguasa Pajajaran
Selama era kekuasaan Pajajaran, kerajaan tersebut pernah diperintah oleh enam orang penguasa, yang merupakan generasi penerus dari kerajaan sebelumnya, yaitu Sunda dan Galuh.
Berikut ini adalah daftar para raja-raja dari Tatar Pasundan yang namanya tercatat abadi dalam sejarah.
1. Sri Baduga Maharaja
Raja pertama dari Pajajaran adalah Sri Baduga Maharaja atau Prabu Siliwangi. Ia berkuasa dalam kurun waktu 39 tahun terhitung sejak 1482 M – 15521 M dengan ibukota Pakuan.
2. Surawisesa
Putera Sri Baduga ini juga meneruskan tahta di Pakuan selama periode tahun 1521 M – 1535 M.
3. Ratu Dewata
Pemimpin Pajajaran selanjutnya adalah Ratu Dewata, pada 1535 M – 1543 M, dan bertahta di Pakuan.
4. Ratu Sakti
Pengganti Ratu Dewata adalah Ratu Sakti yang memerintah pada tahun 1544 M – 1551 M.
5. Ratu Nilakendra
Pada masa pemerintahan Nilakendra, Pajajaran sudah mulai terguncang karena diserang Maulana Hasanuddin dan pasukannya.
Ia kemudian memutuskan mengungsi. Nilakendra berkuasa 16 tahun, tepatnya sejak 1551 M – 1567 M.
6. Prabu Surya Kencana
Raja terakhir Pajajaran sebelum mengalami kehancuran adalah Prabu Surya Kencana atau Raga Mula. Pada masa kekuasaannya, takhta sudah dipindahkan ke Pandegelang, dan ia memerintah pada tahun 1567 M – 1579 M.
Kerajaan Pajajaran pernah berdiri dengan megah dan ditakuti oleh kerajaan lain di sekitarnya pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi.
Tidak mengherankan apabila masyarakat Jawa Barat menganggap jika Sri Baduga Mahajara adalah raja yang akan selalu hidup abadi di hati mereka.