Kerajaan Islam di Indonesia tersebar di seluruh wilayah dari Pulau Sumatera hingga Papua.
Salah satu yang memberikan pengaruh besar terhadap munculnya agama Islam di negeri ini adalah Kerajaan Perlak.
Kerajaan ini juga dinobatkan sebagai kerajaan Islam paling awal di Nusantara dan Asia Tenggara.
Sejarah Kerajaan Perlak
Kerajaan atau Kesultanan Perlak memiliki jangkauan kekuasaan di wilayah Aceh, Pulau Sumatera.
Nama Perlak diambil dari nama sebuah pohon yang seringkali digunakan rakyat untuk bahan baku perahu.
Orang-orang Aceh biasa menyebut pohon ini dengan nama Bak Peureulak.
1. Asal Muasal
Pendapat yang menyatakan jika Kesultanan Perlak ini merupakan kerajaan Islam pertama di Nusantara yakni sastrawan bernama Moehammad Ali Hasjim.
Pendapat ini berdasarkan naskah klasik Abu Ishak Al Makarani dengan judul Risalah Idhar Al Haq.
Selain itu, naskah karangan Syeikh Syamsul Bahri Abdullah Al Asyi berjudul Tazkirat Tabaqar Jumu’ Sultan al Salatin juga memperkuat silisah pemimpin Perlak dan Pasai.
Catatan sejarah itulah yang dijadikan patokan untuk menjelaskan berdirinya Kerajaan Perlak pada 1 Muharram 840 M.
Sultan yang memimpin kesultanan Perlak pertama adalah Sultan Alaudin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah.
Kerajaan ini baru berakhir di tahun 1292 M setelah penyatuannya dengan Kerajaan Pasai di wilayah Aceh Utara, tepatnya Samudera Gedong.
2. Masa Kejayaan
Selama Kerajaan Perlak berdiri, semua raja dan rakyatnya mengalami banyak hal demi mewujudkan kerajaan yang berjaya dan makmur.
Hingga pada akhirnya, kerajaan ini mampu mencapai puncak kejayaan di masa pemerintahan Muhammad Amin Syah Johan Berdaulat II.
Raja Amin Syah mampu mengembangkan dunia pendidikan Islam secara luas dan membuka ruang dakwah Islamiah hingga ke seluruh penjuru negeri, bahkan hingga mencapai luar kerajaan.
Selain itu, pada masa ini juga terjadi perkawinan antar dua kerajaan.
Sang raja Amin Syah menikahkan putrinya dengan pangeran Kerajaan Pasai. Tidak hanya 1 putri kerajaan saja, tetapi dua sekaligus yakni putri Ratna Kumala dan Ganggang Sari.
Semenjak perkawinan ini, kesejahteraan dua kerajaan/kesultanan semakin mudah dicapai.
Kerajaan/Kesultanan Perlak juga sangat populer di kalangan pedagang baik para pedagang asli Arab maupun bukan.
Bagi kalangan non Arab, khususnya Bandar Khalifah, kawasan kesultanan Perlak adalah pelabuhan penting untuk jalannya perdagangan.
Para Bandar Khalifah ini juga menjadikan kawasan Kesultanan Perlak sebagai tempat singgah ketika melakukan perjalanan menuju Asia Barat atau China.
Rakyat Perlak pun juga menerima pada saudagar yang masuk dengan ramah tamah.
3. Masa Keruntuhan
Kesultanan Perlak mulai mengalami keruntuhan ketika beberapa anggota kerajaan mulai memperebutkan kekuasaan. Mereka saling menggunakan berbagai cara untuk mendapatkan simpati rakyat dan menguasai Perlak secara utuh.
Akibat dari gejolak perebutan ini, kondisi ekonomi hingga politik Kesultanan Perlak tidak stabil hingga mempengaruhi aktivitas perdagangan.
Para pedagang yang datang dari luar memutuskan tidak berkunjung ke Perlak lagi dan beralih ke Kerajaan Pasai.
Kondisi kerajaan yang terus memburuk akhirnya membuat Kerajaan Perlak runtuh dan kekuasaannya diambil alih oleh Kerajaan Pasai.
Kejadian inilah yang membuat wilayah kekuasaan Kerajaan Pasai menjadi lebih besar dan luas.
4. Bersatunya Kerajaan Perlak dan Pasai
Kekuasaan Kerajaan Pasai terhadap Perlak bukan karena pertikaian atau permusuhan.
Kondisi ini terjadi karena adanya perkawinan di antara 2 putri kesultanan Perlak dan 2 putra kesultanan Pasai. Perkawinan ini terjadi antara tahun 1230 hingga 1267.
Putri Ratna Kamala menikah dengan pangeran Sultan Muhammad Syah atau Prameswara.
Sedangkan putri Ganggang Sari menikah dengan pangeran Al Malk Al Saleh. Sultan Prameswara menjadi raja di Kerajaan Malaka.
Pangeran Al Malik Al Saleh mengambil alih kerajaan Samudera Pasar.
Namun, setelah keruntuhan Kerajaan Perlak dan dilebur menjadi satu dengan kerajaan Pasai, kepemimpinannya diambil alih oleh Sultan Muhammad Malik Al Zahir (Putra Raja Al Malik dan Permaisuri Ganggang Sari).
Daftar Raja-Raja Penguasa Kesultanan Perlak
Kerajaan Perlak dikenal memiliki2 dinasti yang disebut dengan Dinasti Johan Berdaulat dan Syed Maulana Abdul Azis Syah.
Kedua dinasti ini memiliki penguasa-penguasa antara lain:
- Tahun 1810 M/1225 H dipimpin oleh Sultan Marhum Alaudin Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah Zillullah fil Alam.
- Tahun 1833M/1249 H dipimpin oleh Sultan Alaudin Sayyid Maulana Abdurrahim Syah Zillullah fil Alam.
- Tahun 1868 M/1285 H dipimpin oleh Marhum Alaudin Sayyid Maulana Abbas Syah Zillullah fil Alam.
- Tahun 1885 M/1302 H dipimpin oleh Marhum Alaudin Sayyid Ali Mughayat Syah Zillullah fil Alam.
- Tahun 1887 M/1305 H dipimpin oleh Marhum Alaudin Abdul QadirSyah Johan Berdaulat Zillullah fil Alam.
- Tahun 1892 M/1309 H dipimpin oleh Marhum Alaudin Muhammad Amin Syah Zillullah fil Alam.
- Tahun 1909 M/1327 H dipimpin oleh Marhum Alaudin Abdul Malik Syah Zillullah fil Alam.
- Tahun 1930 M/1349 H dipimpin oleh Sultan Marhum Alaudin Sayyid Mahmud Syah Zillullah fil Alam.
Peninggalan Kesultanan Perlak
Kesultanan Perlak tidak melebur begitu saja tanpa meninggalkan jejak. Kerajaan ini memiliki beberapa peninggalan yang bisa Anda lihat hingga sekarang, seperti:
1. Makan Benoa
Jika Anda sedang berkunjung ke Aceh dan ingin mengetahui jejak peninggalan Kerajaan Perlak, cobalah untuk mengunjungi makam raja Benoa.
Makam ini sebagai bukti peninggalan adanya kesultanan Perlak karena batu nisannya bertuliskan huruf Arab.
Makam raja Benoa terletak di pinggir sungai Trenggulon. Akses menuju tempat ini masih bisa dijangkau oleh kendaraan, sehingga Anda tidak perlu khawatir.
2. Mata Uang
- Dirham
Banyaknya aktivitas perdagangan yang dilakukan pedagang Arab membuat alat tukar yang digunakan juga berasal dari tanah Arab. Mereka biasanya menggunakan uang dirham atau emas sebagai alat tukar jual beli.
Adanya mata uang dirham atau emas ini menjadi salah satu warisan dari Kesultanan Perlak. Mata uang dirham terdiri dari 2 sisi yakni sisi pertama bertuliskan Al A’la, sedangkan sisi kedua bertuliskan Sultan.
- Kupang
Selain mata uang dirham, rakyat Kerajaan Perlak juga menggunakan mata uang Kupang. Hampir sama dengan dirham, mata uang ini memiliki 2 sisi.
Sisi pertama bertuliskan Dhuribat Mursyid Am, sedangkan sisi kedua memiliki tulisan Syah Alam Barisyah.
- Kuningan
Ada pula mata uang peninggalan Perlak berupa kuningan. Mata uang ini dibuat dari tembaga yang diukir dengan tulisan arab, tetapi hingga sekarang masih belum diketahui jelas isi tulisannya.
Adanya mata uang kuningan sudah menandakan jika Kesultanan Perlak telah mengalami perkembangan cukup pesat di bidang ekonomi, sosial hingga teknologi.
3. Stempel
Jika Anda ingin mengesahkan sebuah dokumen, tentu membutuhkan tanda tangan hingga cap stempel bukan?
Ternyata, sejak zaman pemerintahan Kesultanan Perlak, stempel ini menjadi bagian dari benda-benda peninggalannya.
Stempel Kesultanan Perlak juga memiliki fungsi yang sama yakni mengesahkan dokumen apa saja terkait kebijakan raja.
Namun, tulisan di bawah stempel peninggalan Perlak berupa tulisan Arab ‘ Al Watsiq Bilah Kerajaan Negeri Bendahara Sanah 512’.
Kerajaan Perlak merupakan salah satu kerajaan Islam tertua yang mengawali berkembangnya agama Islam di Indonesia.
Kerajaan ini juga memiliki hubungan erat dengan Kerajaan Samudera Pasai karena adanya perkawinan di antara putri Kesultanan Perlak dengan pangeran Kesultanan Samudera Pasai.