Kerajaan Pajang merupakan kekuasaan kesultanan di Jawa Tengah yang menjadi generasi pengganti setelah runtuhnya Kesultanan Demak.
Hingga saat ini, puing kompleks keraton dari era keemasan Pajang masih dapat dilihat di perbatasan Pajang, Surakarta dan Makamhaji, Sukoharjo.
Pajang pernah dipimpin oleh seorang raja yang namanya sangat dikenal di seantero Nusantara, yaitu Sultan Hadiwijaya, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Jaka Tingkir.
Hal tersebut dikarenakan diangkatnya drama kolosal yang mengisahkan tentang kehebatan Hadiwijaya.
Peninggalan Kerajaan Pajang
Meskipun usia Pajang tidak begitu lama, namun kerajaan yang pernah menjadi penerus Demak sekaligus cikal bakal Mataram Islam.
Berikut di bawah ini adalah peninggalan dari kerajaan yang dipimpin oleh Jaka Tingkir:
1. Masjid Laweyan Solo
Para ahli meyakini, bahwa masjid yang terletak di Dusun Belukan, Kelurahan Pajang, Surakarta ini didirikan sekitar tahun 1546 M oleh Hadiwijaya.
Tepatnya saat ia masih menjadi bupati Pajang di bawah kekuasan Demak.
2. Makam Kerabat Kesultanan Pajang
Di kompleks masjid tersebut juga ditemukan beberapa makam keluarga dari Kesultanan Pajang. Salah satunya adalah, makam Ki Ageng Henis (penasehat spiritual di Pajang).
3. Bandar Kabanaran
Pada masa kekuasaan Pajang, bandar yang terletak di tepi kali Jenes ini berkembang sangat pesat. Terutama karena dijadikan sebagai jalur utama transportasi dan perdagangan yang langsung menghubungkan dengan sungai Bengawan Solo.
4. Kampung Batik Laweyan
Terletak di Kelurahan Laweyan, Surakarta. Kampung Batik ini diperkirakan sudah eksis sejak era pemerintahan Pajang di tahun 1546 M.
Kampung ini mengusung konsep terintegrasi, yakni berdiri di atas tanah seluas 24 hektar, dengan 3 blok.
5. Makam Jaka Tingkir
Berbeda dengan situs sebelumnya, makam Sultan Hadiwijaya berada di pelosok kampung, tepatnya di Desa Butuh, Kabupaten Sragen.
Kompleks pemakaman Jaka Tingkir dikenal dengan nama Makam Butuh dan ditandai dengan simbol bangunan masjid bernama Butuh.
Masa Awal Berdirinya Pajang
Pada awalnya, Pajang merupakan sebuah daerah kadipaten yang berada di bawah kekuasaan Kesultanan Demak.
Pada akhirnya, Demak mengalami kehancuran akibat pemberontakan yang didalangi Ratu Kalinyamat dan Hadiwijaya. Raja Demak yaitu Arya Penangsang pun berhasil dibunuh.
Setelah keruntuhan Demak, Hadiwijaya kemudian naik tahta. Namun ia memutuskan untuk memindahkan pusat kekuasaan dari Demak ke Pajang.
Hal tersebutlah yang menjadi tonggak sejarah lahirnya kerajaan pertama di pedalaman Jawa, yang tidak lain adalah Kesultanan Pajang.
Menurut naskah Babad, salah seorang anggota Wali Songo, yaitu Sunan Prapen bahkan mengambil peran sebagai pelantik Jaka Tingkir sebagai Raja Pajang.
Sunan Prapen juga yang menjadi mediator saat pertemuan antara Hadiwijaya dengan para adipati dari Jawa Timur pada tahun 1568 M.
Masa Kejayaan Pajang
Kerajaan Pajang berhasil mencapai puncak kegemilangan saat dipimpin oleh Hadiwijaya, yang tidak lain adalah raja pertama Pajang.
Sekitar tahun 1568 M, Hadiwijaya berhasil membuat raja-raja lain di yang bermukim di wilayah timur pulau Jawa mengakui kedaulatan Pajang.
Sebagai tanda persekutuan, Hadiwijaya menikahkan salah seorang puterinya dengan pemimpin persekutuan para adipat Jawa Timur, Panji Wirakrama.
Selain kerajaan di Jawa Timur, Pajang juga berhasil menundukkan Madura dan penguasanya, yakni Raden Pratanu diambil sebagai menantu.
Selain memperluas wilayah kekuasaan, Pajang juga memiliki lumbung padi sangat besar karena saluran irigasi dibangun dengan sangat baik. Sementara dari aspek ekonomi, sosial, dan budaya, Pajang mengalami perkembangan cukup pesat.
Keruntuhan Pajang
Setelah wafatnya Raja Hadiwijaya, terjadi persaingan perebutan kekuasan antara putranya Pangeran Benawa dan menantunya Arya Panggiri.
Karena mendapatkan dukungan penuh dari Panembahan Kudus, akhirnya Arya Pangiri berhasil merebut tahta Pajan di tahun 1583 M.
Hanya saja, selama masa pemerintahannya, Arya Pangiri terlalu disibukkan dengan upaya balas dendam kepada Kerajaan Mataram. Hal tersebut tentu saja berimbas pada kehidupan rakyat Pajang yang mulai terabaikan, sehingga membuat Pangeran Benawa merasa sangat prihatin.
Motif tersebut pula yang kemudian membuat Pangeran Benawa bekerja sama dengan Mataram di tahun 1586 M untuk menyerbu Pajang. Meskipun dalam situasi perang dan pernah dibuang oleh saudara iparnya, namun Pangeran Benawa tetap menganggap Arya Pangiri sebagai saudara tua.
Perang antara Mataram dan Jipang melawan Pajang berakhir dengan kekalahan Pajang. Arya Pangiri kemudian dikembalikan ke negeri asalnya, yakni Demak. Sedangkan Pangeran Benawa menggantikannya menjadi raja ke-3 di Kerajaan Pajang.
Pangeran Benawa berkuasa di Pajang hanya setahun saja sebelum akhirnya wafat. Karena tidak ada putra mahkota yang akan menggantikan kedudukannya sebagai raja Pajang, akhirnya negeri tersebut diserahkan kepada Raja Sutawijaya untuk dijadikan sebagai kadipaten di bawah Mataram.
Letak Pajang
Berdasarkan penemuan arkeologis yang diperkirakan menjadi tempat berdirinya Pajang, maka titik awal keberadaan Pajang berada di Pajangan, Surakarta, Jawa Tengah.
Hal ini diperkuat dengan penemuan sisa batas pondasi keraton dari masa kekuasaan Pajang di daerah tersebut.
Raja-Raja Pemimpin Pajang
Meskipun usia Kerajaan Pajang terbilang sangat singkat, yaitu hanya 29 tahun saja, terhitung sejak dinobatkannya Jaka Tingkir menjadi raja di tahun 1568 M, hingga kematian Pangeran Benawa pada 1587 M.
Namun, Pajang berhasil menjadi salah satu kerajaan yang cukup disegani pada masanya.
Berikut ini adalah daftar pemimpin Pajang:
1. Hadiwijaya
Raja pertama Pajang ini juga mendapat julukan sebagai Jaka Tingkir dan Raden Mas Krebet (nama masa kecilnya).
Ketika dewasa, ia diambil menantu oleh sultan dari Kerajaan Demak, yaitu Sultan Trenggana, kemudian diberikan jabatan sebagai bupati Pajang.
Sepeninggal Sultan Trenggana, terjadi kerusuhan besar-besaran di Demak yang didasari oleh motif ingin berkuasa.
Saat masa kepemimpinan Arya Penangsang, Hadiwijaya melakukan pemberontakan dengan didukung bupati Jepara, yaitu Ratu Kalinyamat.
Setelah memenangkan peperangan melawan Arya Penangsang, Hadiwijaya mendirikan sebuah kerajaan baru di Pajang.
Lahirnya Pajang sekaligus menjadi simbol akan keruntuhan Kesultanan Demak Bintoro.
2. Arya Pangiri
Raja ke-2 Pajang yang menggantikan Hadiwijaya, adalah menantunya Arya Penggiri. Ia berkuasa selama 3 tahun, sejak 1583 M – 1586 M.
Namun ia dianggap kurang bijaksana karena tidak bisa membedakan antara kepentingan rakyat dan kepentingan pribadi.
Hal tersebut kemudian memicu pemberontakan dari Pangeran Benawa, yang merupakan anak kandung Hadiwijaya.
Di tahun 1588 M, Pangeran Benawa bersama sekutunya Sutawijaya, yang tidak lain adalah anak angkat Hadiwijaya dan calon penguasa Mataram.
3. Pangeran Benawa
Setelah Arya Pangiri dikembalikan ke Demak, Pangeran Benawa akhirnya berhasil menduduki tahta yang merupakan haknya.
Sejak awal, sebenarnya Pangeran Benawa sudah menyerahkan kepada Sutawijaya. Namun, Sutawijaya lebih suka berada di Mataram.
Masa kepemimpinan Pangeran Benawa sendiri tidak begitu lama, karena setelah setahun menjadi Raja Pajang ia wafat.
Beberapa sumber menyebutkan, bahwa ia sebenarnya tidak meninggal, namun meninggalkan Pajang demi membaktikan diri sepenuhnya pada agama.
Setelah meninggalnya Prabuwijaya atau Pangeran Benawa, Kerajaan Pajang dijadikan negeri kadipaten di bawah pemerintahan Kerajaan Mataram.
Yang pemimpinnya tidak lain adalah Sutawijaya atau Panembahan Senopati, yang merupakan orang terdekat dari Prabuwijaya.