Deskripsi: Pakaian Adat Sulawesi Tenggara, Ciri khas dan Jenis-Jenisnya.
Indonesia di anugerahkan oleh Tuhan sebagai negeri yang begitu kaya dan beragam, baik hasil bumi maupun lainnya.
Berbagai pulau milik Indonesia pun kaya akan keberagaman budayanya, baik lagu daerah, rumah adat, dan lainnya. Contoh lain misalnya adalah pakaian adat Sulawesi Tenggara atau Provinsi Sultra.
Masyarakat pada provinsi ini heterogen sehingga tidak hanya didiami oleh satu suku saja, melainkan ada Suku Tolaki, suku Muna, Buton, Wawonii, serta Morena.
Bahkan masyarakatnya juga sangat ramah dan pluralistik. Selain itu mereka pun menyebarkan kedamaian, kerukunan dan kasih sayang.
Pakaian Adat Sulawesi Tenggara
Perlu Anda ketahui, Suku Wawonii jumlahnya sekitar 9% dari jumlah keseluruhan penduduk di wilayah Sulawesi. Informasi tersebut berasal dari pendataan pemerintahan setempat.
Selain itu, pakaian adat Sulawesi Tenggara juga turut andil dalam memberikan keberagaman warna baju adat. Pakaian adat tersebut bisa Anda simak uraiannya di bawah ini:
1. Baju Adat Buton
Pakaian adat Sulawesi Tenggara Buton hanya berupa ikat kepala bernuansa warna biru serta sarung saja.
Suku Buton sendiri biasanya hanya mengenakan kain-kain biasa, karena mereka tidak mengenakan baju seperti kebanyakan orang.
Biru-biru atau sebutan untuk ikat kepala digunakan dengan tumpukan dari beberapa lipatan. Hal itu pun menjadi ciri khas yang ada pada Suku Buton.
Ciri khas lainnya yang dimiliki Suku Buton yakni kabokena tanga (rumbai-rumbai di ikat pinggang).
Pakaian adat perempuan di Suku Buton bernama konbowa. Pakaian tersebut terdiri atas bia-bia itanu, yang merupakan sebutan untuk baju adat berupa baju berlengan pendek tanpa ada kancing, serta memiliki motif kotak-kotak berukuran kecil.
Pakaian adat Buton dilengkapi juga dengan aksesoris lainnya, misalnya seperti perhiasan (gelang, cincin, sera anting-anting dari bahan emas mulia).
Selain memakai baju adat untuk keseharian, masyarakat dari Suku Buton pun mempunyai pakaian adat yang lain. Pakaian itu digunakan ketika upacara atau acara adat lainnya.
Salah satu contoh acara adat yang dimiliki yaitu acara sunatan.
Selain acara sunatan, ada acara lainnya seperti posuo. Posuo berasal dari bahasa Sulawesi yang artinya sebuah acara untuk memingit gadis.
Ketika acara posuo berlangsung, pakaian gadis yang hendak dipingit adalah baju adat kalambe.
Pakaian adat tersebut merupakan baju kambowa, dengan bawahan berupa sarung berlapis-lapis sebanyak dua buah, ada juga ikat pinggang dan perhiasan berupa emas.
2. Baju Adat Tolaki
Kepulauan sulawesi Tenggara mayoritas penduduk yang mendiaminya adalah Suku Tolaki.
Orang-orang yang memiliki kedudukan dan para bangsawan hanyalah orang-orang yang diperbolehkan untuk mengenakan baju adat Sulawesi Tenggara Tolaki.
Namun hal itu tidak berlaku lagi pada saat ini, pakaian adat tersebut dapat dikenakan oleh siapa saja, tidak terkecuali para rakyat biasa yang tidak memiliki gelar.
Pakaian adat di Sulawesi Tenggara sendiri terdiri atas 2 jenis pakaian, yaitu babu nggawi langgai serta babu nggawi.
Kedua pakaian adat ini pun adalah pakaian yang telah didaulatkan sebagai baju adat secara nasional untuk Provinsi Sultra (Sulawesi Tenggara).
Kedua baju tersebut diperuntukkan masing-masing untuk laki-laki serta perempuan.
a. Baju Adat Tolaki untuk Laki-Laki
Babu nggawi langgai merupakan pakaian adat Sulawesi Tenggara yang dikenakan oleh seorang laki-laki. Baju itu pun dikhususkan bagi mempelai pengantin laki-laki yang terdiri atas:
- Kandiu atau atasan berupa baju lengan panjang tanpa ada kancing serta mempunyai belahan di bagian tengah dada. Manik-manik berwarna emas pun yang menghiasi pada bagian leher, lengan dan bagian belahan baju.
- Saluaro ala adalah bawahan untuk penyebutan celana panjang.
- Terdapat tambahan aksesoris atau kelengkapan lainnya. Contohnya yaitu salupi dan salepe untuk penyebutan ikat pinggang yang terbuat dari bahan logam. Ikat pinggang tersebut berwarna emas dan dihiasi dengan manik-manik berwarna senada seperti celana serta bajunya.
- Penutup kepala berbentuk runcing yang telah dihiasi dengan manik-manik serta benang emas. Penutup kepala yang terbuat dari kain ini disebut dengan pabele oleh masyarakat Suku Tolaki. Penutup kepala biasa digunakan pengantin pria sebagai pelengkap pakaian adat.
- Sapu ndobo mungai atau sapu tangan sebagai hiasan para pengantin laki-laki. Biasanya berwarna senada dengan baju adat yang dikenakan.
- Leko adalah penyebutan untuk keris oleh masyarakat di daerah Sulawesi. Leko sendiri adalah suatu senjata tradisional, biasanya digunakan sebagai alat untuk perlindungan dirinya.
b. Pakaian Adat Tolaki untuk Perempuan
Perempuan Suku Tolaki mengenakan pakaian adat berupa babu nggawai.
Baju adat tersebut terdiri dari atasan berupa lipa hinoru (atasan berbentuk blus dengan bagian bahu terbuka), rok sebagai bawahannya, serta tidak lupa dilengkapi dengan perhiasan dari emas.
Rok menda adalah rok sepanjang mata kaki berwarna senada dengan blus yang dikenakan, serta dihiasi manik-manik berwarna emas pada bagian depannya.
Motif pineburi mblaku, pinetobo, serta pinesewu adalah motif-motif untuk rok panjang. Pengantin perempuan biasanya memakai baju adat dilengkapi dengan berbagai aksesoris atau perhiasan lainnya.
Contohnya seperti kalung pendek dan panjang, gelang kecil dan besar, gelang permata, dan ikat pinggang. Mereka percaya ketika berdandan harus berurutan.
3. Pakaian Adat Muna
Suku Muna sendiri adalah salah satu suku yang mendiami Sulawesi dengan populasi sebanyak 19% dari seluruh penduduk Pulau Sulawesi. Suku ini pun banyak menempati wilayah di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara.
Pakaian adat Sulawesi Tenggara Muna juga terdiri atas pakaian wanita dan pria, sama seperti pakaian adat dari daerah lain. pakaian adat tersebut di antaranya sebagai berikut:
a. Pakaian Adat Muna untuk Pria
Para pria akan mengenakan pakaian adat Muna di antaranya seperti:
- Bhatu atau baju
- Bheta (sarung)
- Sala (celana)
- Songkok (kopiah)
- Kampurui (ikat kepala) sebagai pengganti songko
Serangkaian pakaian itu pun biasanya digunakan para pria Suku Muna sebagai pakaian adat Sulawesi Tenggara di dalam keseharian.
Baju pada umumnya yang dikenakan adalah baju dengan lengan pendek warna putih. Tidak lupa menggunakan ikat kepala bermotifkan batik sebagai pelengkapnya.
Sarung berwarna merah sendiri dijadikan sebagai bawahan dengan corak geometris yang horizontal, serta ditambahkan ikat pinggang dari logam berwarna kuning.
Ikat pinggang tersebut berfungsi sebagai tempat untuk menyelipkan atau menempatkan senjata.
b. Pakaian Adat Muna bagi Wanita
Para wanita Suku Muna pada umumnya memakai simpulan kagogo dan bhadu bheta. Satin adalah bahan pilihan sebagai bahan dasar pakaian. Untuk warnanya didominasi merah atau biru.
Wanita muda biasanya memakai pakaian adat Sulawesi Tenggara berupa sarung bermotif geometris warna biru, merah, hitam, coklat, atau warna gelap lainnya, serta baju lengan pendek.
Sedangkan aksesorisnya menggunakan gelang logam maupun emas putih/kuning di kaki. Gelang pun menjadi aksesoris wajib bagi wanita Suku Muna saat mengenakan pakaian adat.
Pakaian adat seperti yang disebutkan di atas harus dijaga kelestariannya oleh seluruh masyarakat, agar masih tetap dikenal oleh anak cucu di masa mendatang.
Pakaian adat Sulawesi Tenggara pun juga masih dikenakan dan dipakai oleh masyarakat masing-masing suku di Provinsi Sulawesi Utara. Hal itu sebagai cara terbaik dalam mempertahankan warisan budaya yang dimiliki.
Baca juga: Kebudayaan Suku Bugis