Deskripsi: Pengertian dan sejarah Tari Gandrung, asal daerah, gerakan, kostum, dan iringannya.
Keberagaman budaya di Indonesia memang sudah menjadi rahasia publik, bahkan di mata dunia sekalipun.
Ada banyak kesenian tari yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, salah satunya adalah tari Gandrung yang berasal dari daerah Jawa Timur, tepatnya kota Banyuwangi.
Tarian tradisional ini bahkan berhasil menjadi maskot pariwisata Banyuwangi. Maka tidak mengherankan jika Banyuwangi mendapat julukan sebagai Kota Gandrung.
Untuk mengenal lebih jauh tentang sejarah dan gerak tarian Gandrung, Anda bisa menyimak ulasan berikut ini.
Sejarah Tari Gandrung
Istilah nama Gandrung memiliki arti ‘terpikat’, karena tarian ini menjadi bentuk atau wujud terpesonanya masyarakat Blambangan terhadap sosok Dewi Sri.
Dewi Sri atau Dewi Padi merupakan sosok yang diyakini masyarakat setempat sebagai dewi pembawa kesejahteraan dan kemakmuran.
Berdasarkan catatan sejarah, tarian Gandrung pertama kali dilakukan oleh para lelaki yang berdandan layaknya perempuan dan diiringi alat musik gendang.
Namun, sekitar tahun 1890 terjadi perubahan akibat adanya ajaran Islam yang melarang laki-laki berdandan seperti wanita.
Pada awalnya, tarian ini ini digelar untuk menghibur para pembabat hutan Hutan Tirta Gondo (Tirtaarum) dan upacara memohon keselamatan berkaitan dengan pembabatan hutan yang angker.
Tarian ini juga untuk mengajak masyarakat yang tercerai-berai agar kembali lagi ke kampung halaman.
Keunikan dari tarian Gandrung ini sendiri terletak pada interaksi penari dengan pemaju atau paju. Pemaju atau paju merupakan sebutan untuk para tamu laki-laki yang diajak menari bersama oleh para penari.
Secara sekilas, tarian ini memang hampir mirip seperti tari Jaipong dari Jawa Barat.
Seperti yang sudah dijelaskan, pada awalnya tarian Gandrung dianggap sebagai tarian sakral yang sarat makna filosofis dan biasa digelar pada acara adat seperti pesta panen atau sedekah bumi sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.
Namun seiring perkembangan zaman, tarian ini dipentaskan untuk kepentingan hiburan semata.
Tarian ini biasa digelar untuk menyemarakkan hari kemerdekaan Indonesia, pethik laut, pesta pernikahan, khitanan, dan lain sebagainya.
Gerak Tarian Gandrung
Gerakan pada tarian Gandrung dibagi menjadi 3 bagian yaitu jejer, maju/ngibing, dan seblang subuh.
Berikut ini penjelasan gerakan-gerakan yang ada pada tarian Gandrung.
1. Jejer
Jejer merupakan gerakan awal atau bagian pertama dalam tarian Gandrung.
Gerakan ini menjadi pembuka penampilan Gandrung di mana para penari akan menyanyikan beberapa lagu sambil menari secara solo (sendiri).
2. Maju atau Ngibing
Gerakan maju atau ngibing dilakukan setelah bagian pertama (jejer) selesai ditarikan. Pada bagian ini, para penari akan melenggak-lenggokkan badan sambil memainkan selendang.
Gerakan pada bagian ini seperti berjalan pelan ke depan sambil menggerakkan selendang dan kepala digeleng-gelengkan.
3. Seblang Subuh
Gerakan tarian Gandrung yang terakhir yaitu seblang subuh.
Gerakan ini menjadi bagian penutup dari rangkaian pementasan tari Gandrung di mana para penari akan bergerak secara perlahan dengan penuh penghayatan sambil memainkan kipas.
Kostum dan Properti Penari Gandrung
Dalam mementaskan tarian Gandrung, para penari akan mengenakan kostum khusus yang menjadi ciri khas untuk memberi kesan unik pada tarian.
Kostum penari Gandrung menjadi semakin unik karena adanya perpaduan yang kental antara gaya Jawa dan gaya Bali.
1. Kain Batik
Untuk bawahan yang digunakan oleh penari Gandrung yaitu kain batik yang dililitkan seperti rok.
Kain batik yang digunakan juga tidak sembarangan yaitu menggunakan kain batik khas Banyuwangi yang biasanya bercorak gajah oling atau tumbuh-tumbuhan dengan belalai gajah.
Untuk warna dasar yang digunakan sebagai kostum bawahan penari Gandrung biasanya berwarna putih.
Namun, beberapa tarian Gandrung kreasi yang menggunakan kain batik dengan warna dasar lain dan corak-corak yang bervariasi.
2. Kemben
Kemben merupakan busana yang terbuat dari kain beludru berwarna hitam yang berfungsi untuk menutup bagian dada.
Untuk mempercantik tampilan, kemben dihias dengan ornamen berwarna emas dan manik-manik mengkilap.
Bentuk kemben tari Gandrung menggunakan model leher botol yang diikatkan di leher untuk menutupi bagian dada hingga perut penari.
Pada bagian tengah kemben (bagian dada) diberi ilat-ilatan yang bertujuan untuk memberi hiasan di bagian atas dan menutup bagian tengah dada.
Sementara itu, untuk bagian bahunya, kemben diberi tambahan kelat bahu, sembong, dan ikat pinggang untuk mengikat bagian pinggang sehingga tampilan busan penari menjadi lebih menarik.
3. Selendang
Salah satu properti yang digunakan untuk menunjang penampilan para penari saat mementaskan tari Gandrung yaitu selendang.
Tidak ada aturan khusus terkait ukuran selendang yang harus digunakan, sehingga sama saja seperti selendang yang digunakan pada tari-tari lainnya.
Selendang yang diletakkan di bagian bahu penari Gandrung juga tidak hanya sebagai hiasan semata, namun juga berfungsi sebagai alat untuk menarik dan mengajak penonton pria menari.
4. Omprok
Omprok merupakan mahkota yang digunakan penari Gandrung untuk mempercantik penampilan, khususnya bagian kepala.
Bahan yang digunakan untuk membuat omprok yaitu kulit kerbau, kemudian diberi hiasan berupa ornamen berwarna emas dan merah.
Mahkota ini diberi hiasan berupa ornamen antasena yang berguna untuk menutup rambut penari, mulai dari bagian depan sampai belakang.
Untuk ornamen antasena di bagian omprok tidak ditempel secara keseluruhan dan hanya dipasang setengah terlepas seperti sayap burung.
Selain dihias menggunakan ornament antasena, omprok juga dihias dengan beberapa ornament seperti cundhuk menthol dan hio.
Cundhuk menthol yaitu hiasan berbentuk bunga berukuran kecil dan cantik, sedangkan ornamen hio digunakan untuk memberikan kesan magis para penari Gandrung.
5. Kipas
Kipas merupakan properti pendukung yang digunakan untuk menunjang penampilan dan gerakan tarian Gandrung.
Kipas digunakan untuk mendukung gerakan penutup yaitu seblang subuh. Penari juga menggunakan riasan agar terlihat cantik, menarik, dan mencolok saat berada di atas panggung.
Iringan atau Alat Musik Tari Gandrung
Tarian Gandrung pada mulanya hanya menggunakan iringan alat musik berupa rebana dan gendang yang diletakkan di sebuah gerobak.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, tarian ini pada mulanya ditarikan oleh pria yang berdandan seperti wanita, lalu berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya.
Namun seiring masuknya pengaruh agama Islam yang melarang pria berdandan seperti wanita, tarian Gandrung hanya dilakukan oleh penari wanita.
Dalam perkembangannya, tarian ini juga mulai dikreasikan dan ditarikan oleh pria dan wanita.
Alat musik yang digunakan untuk iringan tarian Gandrung juga semakin bervariasi antara lain gendang, rebana, gong, biola, kethuk, dan kluncing (triangle).
Selain itu, untuk iringan tari Gandrung kreasi juga menggunakan alat musik tambahan khas Bali seperti angklung, electone, dan saron Bali.
Irama musik yang mengalun dengan indah dan apik inilah yang membuat tarian Gandrung semakin menarik dan unik.
Tarian tradisional khas Banyuwangi ini disajikan dalam jumlah ganjil yang ditarikan oleh penari pria dan wanita secara berpasangan.
Tidak ada batasan jumlah penari yang diperbolehkan untuk menarikan tarian ini alias bebas, asalkan berjumlah ganjil.
Bahkan di awal kemunculannya, penonton pria diperbolehkan untuk menari di atas panggung bersama penari wanita seperti tari Jaipong.
Penjelasan mengenai tari Gandrung di atas dapat dijadikan sebagai referensi dan memperluas wawasan Anda untuk mengenal lebih dalam budaya Indonesia.
Baca juga: Tempat wisata di Banyuwangi dan Suku Osing Banyuwangi
Sebagai maskot kota Banyuwangi, Gandrung menjadi tari kebanggaan masyarakat setempat sekaligus masyarakat Indonesia.