Suku Osing dan Kebudayaannya

Deskripsi: Sejarah suku Osing, ciri khas, pakaian dan rumah adat dan kebudayaan.


Suku Osing merupakan masyarakat asli Banyuwangi yang disebut juga dengan Wong Blambangan. Etnis ini adalah penduduk mayoritas di beberapa kecamatan sisi timur Banyuwangi.

Bahkan di beberapa kawasan, masyarakat Osing masih menerapkan gaya hidup tradisional yang khas.

Sebagian besar masyarakat Osing berprofesi sebagai petani, dan yang lainnya menggeluti pekerjaan lain, mulai seperti berdagang.

Dalam tatanan kehidupan etnis Osing tidak mengenal stratifikasi sosial atau kasta seperti Suku Bali, meskipun etnis Osing merupakan keturunan Jawa dan Bali.

Asal Usul Suku Osing

Suku yang menghuni kawasan paling timur Pulau Jawa ini terbentuk dari subkultur etnis Jawa. Namun, dengan adat, budaya, dan bahasa berbeda.

Secara umum, komponen yang membentuk etnis Osing adalah Jawa dan Bali. Tidak mengherankan kalau terdapat persamaan budaya.

Eksistensi etnis Osing tidak terlepas dari Kerajaan Blambangan, yang tidak lain adalah leluhur Wong Osing.

Disebutkan bahwa sekitar abad 16 M, ketika Blambangan menjadi bawahan Kerajaan Mengwi dari Bali, terjadi sebuah peristiwa penting dalam catatan sejarah dan tradisi Blambangan.

Perkawinan campuran antara keturunan Blambangan dan Bali menjadi sejarah lahirnya Suku Osing yang merupakan peranakan Jawa-Bali.

Di kemudian hari, tradisi kawin campur ini diikuti oleh masyarakat biasa, sehingga etnis Osing semakin berkembangbiak.

Etnis Osing menempati beberapa wilayah administratif di Banyuwangi, khususnya bagian tengah dan timur.

Mayoritas Wong Asing bisa ditemukan di kecamatan, seperti Rogojampi, Songgon, Singojuruh, Blimbingsari, Glagah, Kabat, Giri, Licin, Kalipuro, Sempu, Srono, hingga Genteng.

Ciri Khas Etnis Osing

Etnis Osing mempunyai ciri khas sangat menonjol dalam berbagai bidang. Terutama dalam segi tradisi yang dilaksanakan.

Meskipun zaman sudah semakin modern, namun cara-cara hidup dan adat istiadat Osing tetap dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.

Ini dapat dilihat dari penggunaan bahasa Osing dalam percakapan sehari-hari, dan kepercayaan saat hendak membangun rumah dengan arah tertentu, hingga tradisi turun temurun yang tetap dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu.

Di desa adat Kemiren misalnya, selain menyajikan bangunan rumah adat Osing asli.

Pengunjung juga akan dimanjakan dengan suasana desa khas Osing yang penuh kesederhanaan dan keasrian. Ditambah lagi dengan karakter masyarakatnya yang terkenal ramah.

Pakaian Adat Suku Osing

pakaian adat suku osing

brilio.net

Suku Osing mempunyai beberapa jenis pakaian adat yang penggunaannya umumnya disesuaikan dengan penyelenggaraan momen tertentu.

Sementara dalam kehidupan sehari-hari, kaum perempuan Osing mengenakan atasan kebaya semi brokat berwarna hitam dan bawahan kain jarik.

Berikut ini adalah pakaian adat dari etnis Osing yang masih dilestarikan hingga sekarang:

1. Jebeng Thulik

Pakaian jebeng dan thulik merupakan salah satu ikon pakaian adat masyarakat Osing Banyuwangi.

Jebeng thulik umumnya dipakai oleh pasangan pengantin, maupun untuk menghadiri berbagai acara resmi. Keduanya karakteristik sama, yakni udheng tongkosan.

Jebeng adalah baju wanita, berupa kebaya polos atau berhias bordir tanpa kutu baru.

Atasan ini mengaplikasikan lengan panjang, dan dipasangkan dengan bawahan berupa kain panjang bercorak  khas Banyuwangi, seperti kangkung, gajah oling, gringsing, atau setingkeh.

Sedangkan thulik merupakan pakaian pria berupa atasan lengan panjang bermotif polos khas Jawa Timur.

Thulik dipasangkan dengan celana sepanjang mata kaki, dengan perlengkapan ikat kepala bentuk tongkosan, serta kain panjang bermotif sama seperti udeng.

2. Busana Pengantin

Pakaian adat Osing lainnya dapat dilihat pada busana pengantin yang dipakai pada prosesi perkawinan masyarakat etnis ini.

Busana pengantin Osing sekilas tampak seperti pengantin Bali, namun corak perhiasan Osing biasanya mengaplikasikan motif kembang goyang, dsb.

Baca juga: Tempat wisata di Banyuwangi

Rumah Adat Suku Osing

rumah adat suku osing Banyuwangi

travelwisataindonesia.com

Seperti nama suku tersebut, rumah adat masyarakat ini juga diberi nama Rumah Osing.

Saat ini, Rumah Osing dapat dilihat di Desa Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, dan kawasan tersebut telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya oleh pemerintah daerah.

Terdapat beberapa tradisi yang wajib dipatuhi saat membangun Rumah Osing.

Salah satunya adalah, bahwa bangunan harus menghadap ke arah jalan, tidak boleh ke gunung (Arah rumah ditentukan dari hari meninggalnya orang tua). Setelah rumah dibangun, maka akan digelar selamatan.

Ciri khas dari Rumah Osing lainnya adalah bangunan tidak mempunyai jendela, sehingga bagian dalam rumah cenderung gelap.

Selain itu, Rumah Osing mengaplikasikan konsep tata ruang sejajar, yang mana ruangan terdiri atas, rumah, bale, dan pawon.

Di masyarakat Osing, atap rumah dibagi atas baresan, tikel balung, dan crocogan yang menjadi lambang kasta.

Apabila sebuah rumah menggunakan tikel, maka artinya penghuni rumah adalah kalangan atas, baresan untuk masyarakat menengah, dan crocogan untuk pasangan baru menikah.

Rumah Osing biasanya disusun tanpa menggunakan paku, namun pasak pipih.

Sementara kayu bahan bangunan umumnya jenis bendo, risip, dan cempaka, di mana kayu tersebut diambil langsung dari hutan yang tidak jauh dari Desa Kemiren.

Bahasa Suku Osing

Masyarakat Osing menggunakan bahasa tradisional, yaitu bahasa Osing, yang notabene memiliki persamaan kosakata dengan bahasa Bali dan Jawa Kuno.

Di kalangan masyarakat Osing, terdapat dua dialek bahasa yang apabila diperhatikan sama sekali tidak ada kaitannya.

Pertama adalah Cara Osing, dan kedua Cara Besiki. Sementara itu bahasa Osing juga terbagi atas beberapa tingkatan berbeda, tergantung pada siapa yang mengucapkannya.

Selain itu, setiap wilayah memiliki ciri khas logat dan dialeknya sendiri.

Budaya Masyarakat Osing

tradisi gedhongan suku osing

universetravel.co.id

Beda suku sudah pasti beda tradisi. Begitu pula dengan Suku Osing, etnis ini memiliki kebudayaan sendiri yang merupakan warisan dari leluhur, dan terus dilestarikan sampai sekarang.

Contohnya saja seni permainan tradisional yang masih terus dilakukan oleh anak-anak masyarakat Osing.

Di bawah ini adalah beberapa tradisi masyarakat Osing:

1. Tumpeng Sewu

Tradisi makan besar atau Tumpeng Sewu diselenggarakan pada bulan Haji. Penduduk Osing percaya, bahwa Tumpeng Sewu akan menjauhkan mereka dari malapetaka.

Dalam upacara ini, biasanya akan disajikan makanan khas, seperti pecel pitik dengan parutan kelapa.

2. Koloan

Budaya Koloan dilaksanakan saat seorang anak dari masyarakat Osing melakukan sunatan.

Koloan memiliki makna filosofis sebagai upaya penggemblengan anak agar mempunyai mental kuat, dengan cara meneteskan darah ayam pada kepala anak yang akan di khitan.

3. Nginang

Selanjutnya ada tradisi mengunyah pinang atau Nginang. Bahan yang digunakan terdiri atas pinang, kapur sirih, dan gambir yang digulung menjadi satu di daun sirih.

Budaya ini terus dilestarikan, dan bahkan sering diadakan lomba Nginang di kalangan masyarakat Osing.

4. Mepe Kasur

Orang Osing juga memiliki tradisi Mepe Kasur atau jemur kasur yang dilakukan secara serentak oleh masyarakat desa.

Mepe Kasur biasanya dilakukan di bulan Dzulhijjah bersamaan dengan penyelenggaraan selamatan desa.

5. Kesenian

Penduduk Osing mempunyai beragam kesenian unik, diantaranya adalah tari-tarian. Salah satunya adalah tari Gandrung dan tari Barong yang menjadi ikon dari Kota Banyuwangi.

Tarian tradisional biasanya dipentaskan pada acara adat maupun saat menyambut tamu.

Tari Gandrung Banyuwangi

liputan6.com

Meskipun merupakan peranakan Suku Jawa dan Bali, tapi Suku Osing berbeda dari kedua etnis tersebut, baik itu dari segi karakter, bahasa, tradisi, busana, adat, rumah adat, makanan, hingga gaya hidup yang berbeda.

Hal tersebutlah yang lantas menjadi ikon atau ciri khas dari etnis Osing.

Terimakasih sudah berkunjung dan membaca artikel ini.

Klik star berikut untuk memberikan dukungan pada kami 😀

Average rating 5 / 5. Vote count: 5

By continuing to use the site, you agree to the use of cookies. more information

The cookie settings on this website are set to "allow cookies" to give you the best browsing experience possible. If you continue to use this website without changing your cookie settings or you click "Accept" below then you are consenting to this.

Close