Sejarah Tari Piring, Daerah Asal, Makna dan Pola Gerakan

Deskripsi: Pengertian Tari Piring, asal daerah, sejarah, makna dan pola gerakan.


Tari Piring adalah warisan budaya Minangkabau yang terus dilestarikan hingga sekarang.

Pada awalnya, tarian yang telah jadi identitas Suku Minang ini hanya ditampilkan saat ritual adat atau menyambut tamu.

Namun, sekarang tarian ini sudah semakin sering dipentaskan di berbagai acara.

Seperti namanya, tarian piring memiliki ciri unik berupa penggunaan properti yang tidak biasa, yaitu dua buah piring yang dipegang pada masing-masing tangan.

Dalam pementasan, penari akan memperagakan gerakan cepat seperti silat dengan mengayunkan piring.

Tari Piring

tourdesumbar.wordpress.com

Daerah Asal Tari Piring

Tari Piring merupakan salah satu tradisi budaya etnis Minangkabau yang berasal dari Kota Solok, Sumatera Barat. Meskipun tarian ini dikategorikan sebagai seni tari klasik, namun telah dikenal oleh para seniman Internasional.

Hal tersebut tentu tidak terlepas dari keunikan tarian ini.

Seperti diketahui, tarian Piring mempunyai ciri khas berupa penari yang membawa dua buah piring, di mana tidak ada seni tari dari daerah atau negara lain yang memiliki karakteristik tersebut.

Selain itu, tarian klasik Minangkabau ini juga mengaplikasikan pola gerakan rumit dan mengagumkan.

Menurut riset yang dilakukan oleh ahli, setiap daerah mempunyai ciri khas tarian Piring tersendiri, tergantung pada letak geografis dari mana tari tersebut berasal.

Hanya saja, perbedaan biasanya terletak pada style pertunjukan dan struktur performance saja.

Di wilayah Luhak atau Darek yang merupakan bekas pusat Kerajaan Minangkabau misalnya, tarian cenderung mengaplikasikan gerakan volume lebar, dengan posisi tubuh agak membungkuk, dan pola kuda-kuda serta langkah yang lebar.

Jadi, gerakan tampak berat dan monoton.

Sementara di daerah rantau, tepatnya sisi barat Pulau Sumatera, tarian Piring mengaplikasikan pola gerakan bervolume sedang dan kecil, dengan ciri khas langkah pendek,

di mana posisi tubuh tegak dan kaki berada pada kuda-kuda cukup rendah, sehingga gerakan kelihatan lebih ringan.

Makna Tari Piring

Dilansir dari laman Kemendikbud, tarian Piring diperkirakan sudah ada sejak abad 12 M.

Saat itu, Suku Minangkabau masih menyembah para dewa, dan tarian ini diciptakan sebagai bentuk persembahan kepada dewa-dewa atas pemberian hasil panen berlimpah.

Namun, setelah Islam masuk ke Sumatera Barat, pertunjukan tarian Piring mengalami pergeseran fungsi dan makna.

Dari yang awalnya sebagai bentuk persembahan, bertransformasi menjadi hiburan dan kesenian yang dipentaskan di berbagai acara adat dan perhelatan besar.

penari tarian piring

tempo.co

Sejarah Tari Piring

Tari Piring merupakan tarian klasik yang berasal dari Provinsi Sumatera Barat, tepatnya Kabupaten Solok.

Menurut legenda yang dituturkan turun-temurun, disebutkan bahwa tarian ini pada awalnya adalah ritual sebagai ucapan rasa syukur penduduk Minangkabau kepada dewa-dewa.

Terutama setelah mendapatkan panen yang melimpah. Umumnya, ritual dilakukan dengan cara melangkah dinamis sembari membawa sesaji berupa makanan yang diletakkan di atas piring.

Namun, setelah masuknya Islam ke kawasan Minangkabau, tradisi ritual tersebut mulai dihentikan.

Di kemudian hari, tarian ini digunakan sebagai media hiburan bagi penduduk, khususnya saat menyelenggarakan acara budaya.

Tarian Piring semakin populer setelah dipentaskan oleh koreografer profesional Indonesia, yaitu Huriah Adam, yang telah memodifikasi tarian ini.

Menariknya, setiap daerah memiliki varian tarian yang berbeda.

Misalnya saja di wilayah Luhak Minangkabau, Sumatera Barat, tarian Piring terdiri atas beberapa jenis, seperti tarian Piring Rantak Rapi, Lawang, Padang Magek, Saniang Baka, dan Koto Anau.

Sedangkan di wilayah rantau, tarian yang paling populer antara lain adalah, tarian Piring Lumpo, Pariaman, Pauh, Painan, Bayang, dan Indro Puro.

Tarian klasik dari kedua kawasan tersebutlah yang akhirnya melahirkan tari kreasi baru, seperti tarian kreasi versi Sanggar Tari Indojati.

Pola Lantai Tari Piring

Sebagaimana kesenian tari lain, tari Piring mengaplikasikan beberapa pola lantai dasar (pola garis lintasan menari). Tarian ini memiliki sekitar enam pola lantai, seperti spiral, vertikal, horizontal, berbaris, lingkaran kecil, dan lingkaran besar.

Desain spiral merupakan satu garis lingkaran searah yang memberikan kesan elegan, kemudian masing-masing penari membentuk lingkaran besar lalu mengecil. Penari juga akan bergerak maju dan mundur mengikuti pola lantai vertikal dan horizontal.

Gerakan Tari Piring

Gerakan dasar tarian bisa dilihat saat penari mulai meletakkan dua buah piring pada kedua telapak tangan. Kemudian piring-piring tersebut diayunkan dalam gerakan cepat.

Sedangkan pada akhir tarian, penari akan melemparkan piring ke lantai hingga pecah, dan penari menari di atasnya.

Beberapa gerakan tarian Piring terdiri atas:

  • Gerak Pasambahan
  • Gerak Mencangkul
  • Gerak Singanjuo
  • Gerak Menyiang
  • Gerak Memagar
  • Gerak Membuang Sampah
  • Gerak Menyemai
  • Gerak Bertanam
  • Gerak Mencabut Benih
  • Gerak Melepas Lelah

Selain itu, ada pula gerakan lain yang menjadi ciri khas tarian ini, seperti gerak mengambil padi, mengantar juadah, menggampo padi, menyambit padi, mengikir padi, menganginkan padi, menumbuk padi, membawa padi, gotong royong, menginjak pecahan kaca, dan menampi padi.

properti tari piring

gapuranews.com

Properti Tari Piring

Meskipun piring merupakan properti utama saat membawakan tarian khas Suku Minangkabau.

Namun, dalam pementasan tari Piring terdapat beberapa properti lain, seperti busana menari, aksesoris, dan lainnya untuk mendukung penampilan penari supaya tampil maksimal.

Berikut di bawah ini adalah properti dalam tarian Piring:

1. Piring

Seperti diketahui, bahwa piring adalah properti wajib dan selalu menjadi objek utama saat menari. Umumnya, piring yang digunakan terbuat dari material porselen atau keramik berwarna putih, dan diletakkan pada masing-masing tangan penari.

2. Baju Kurung

Pakaian yang dikenakan oleh penari adalah baju kurung dari bahan satin atau beludru.

Sementara di bagian permukaan terlihat corak bunga-bunga yang dijahit menggunakan benang berwarna emas. Sedangkan warna baju menyesuaikan dengan kebutuhan acara.

3. Kodek

Baju kurung dipakai berpasangan dengan kodek atau kain sarung. Biasanya, terdapat hiasan seperti motif khusus yang dibuat dengan benang keemasan pada kodek.

Warna emas diyakini sebagai lambang kebijaksanaan oleh masyarakat Minangkabau.

4. Sisamping

Songket ini dipakai di sisi bawah tubuh penari pria maupun, tepatnya dalam posisi di atas celana panjang dan menutupi pinggang sampai lutut.

Namun, hanya penari pria yang memakai celana panjang saja yang diperbolehkan mengenakan Sisamping.

5. Cawek

Penari Piring juga memakai cawek atau ikat pinggang, yang berfungsi mengencangkan busana bagian bawah.

Cawek terbuat dari kain songket dengan bagian ujung berumbai. Warna cawek biasanya menyesuaikan dengan warna busana penari.

6. Aksesoris

Perhiasan yang digunakan oleh penari tarian Piring cukup kompleks. Aksesoris penari terdiri atas beberapa bagian, seperti:

  • Tengkuluk Tanduk (Topi tradisional dari kain Balapak dengan bentuk seperti tanduk).
  • Kalung Gadang/Kalung Rumbai (Kalung model etnik).
  • Subang (Anting berumbai berbentuk mencolok).
  • Cincin (Saat pementasan biasanya cincin menghasilkan suara seperti ting-ting).
  • Deta/Destar (Ikat kepala dari songket yang dipakai pria).

7. Instrumen Musik

Di  era awal, pementasan tarian piring biasanya diiringi grup musik khusus dengan instrumen, seperti Serunai, Saluang, dan Bansi.

Namun, di zaman modern sekarang, umumnya tarian hanya menggunakan rekaman lagu tertentu sebagai musik pengiring.

Tari Piring merupakan tarian adat Minangkabau yang diperkirakan sudah eksis sejak ratusan tahun lalu.

Di masa tersebut, upacara adat akan diwakili perempuan muda yang membawa sesaji makanan di atas piring, lalu piring dibawa mengikuti gerakan sesuai irama musik pengiring.

Terimakasih sudah berkunjung dan membaca artikel ini.

Klik star berikut untuk memberikan dukungan pada kami 😀

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

By continuing to use the site, you agree to the use of cookies. more information

The cookie settings on this website are set to "allow cookies" to give you the best browsing experience possible. If you continue to use this website without changing your cookie settings or you click "Accept" below then you are consenting to this.

Close