Deskripsi: Pengertian Zaman Paleolitikum, Ciri-ciri Periode, Kehidupan dan Kebudayaan, Peninggalan.
Zaman Paleolitikum (era batu tua) berlangsung pada periode Pleistosen awal, kurang lebih 60.000 tahun lalu. Setelah berakhirnya Paleolitikum, kemudian diikuti dengan Mesolitikum atau zaman batu tengah, Neolitikum atau zaman batu muda, dan Megalitikum atau zaman batu besar.
Pada era Paleolitikum, pola pikir dan tingkat kehidupan manusia mulai berkembang pesat. Hal tersebut dapat dilihat dari peralatan yang telah dibuat pada masa tersebut, dan manusia juga sudah mulai membangun hidup secara berkelompok, serta meracik makanan meskipun sangat sederhana.
Pengertian Era Paleolitikum
Istilah Paleolitikum atau zaman batu tua berasal dari bahasa Yunani, yaitu Palaios (Purba) dan Lithos (Batu). Zaman Paleolitikum mempunyai ciri khas berupa semakin berkembangkanya peralatan batu.
Paleolitikum meliputi sekitar 95% dari periode perkembangan teknologi prasejarah. Di awal Paleolitikum manusia mulai menggunakan alat batu pertama sekitar 3,3 juta tahun lampau hingga akhir periode Pleistosen pada 11.650 tahun lalu.
Setelah Paleolitikum berakhir kemudian digantikan dengan Mesolitikum, meskipun masa transisi periodenya berbeda di setiap kawasan.
Peninggalan kebudayaan dari era Paleolitikum ditemukan di daerah Pacitan, dan Ngandong. Berdasarkan penemuan tersebut, diketahui bahwa manusia pada zaman tersebut masih hidup secara nomaden dalam kelompok kecil untuk mencari bahan makanan.
Kaum perempuan dari era Paleolitikum melakukan aktivitas, seperti mengumpulkan umbi, dedaunan, dan buah-buahan, sedangkan kaum prianya berburu binatang liar menggunakan peralatan batu, seperti flakes untuk menguliti hewan, kapak genggam, dan alat lain yang terbuat dari tulang.
Proses membuat alat kapak batu juga sangat sederhana, yaitu dengan cara memukul batu menggunakan batu bertekstur lebih keras dan besar, kemudian dihaluskan pakai kapak tulang.
Sementara dalam proses pembuatannya, manusia purba melindungi tangan dengan kulit hewan.
Ciri-Ciri Periode Paleolitikum
Zaman batu tua atau Paleolitikum memiliki beberapa karakteristik atau ciri khas, di antaranya adalah sebagai berikut:
Hidup Nomaden
Manusia di era Paleolitikum belum memiliki tinggal tetap. Jadi, hidupnya terus berpindah-pindah tergantung di mana ada bahan makanan. Umumnya, masyarakat Paleolitikum mendiami goa, padang rumput, atau tempat yang dekat dengan sumber air.
Hidup dalam Kelompok Kecil
Meskipun sudah mulai mengenal interaksi sosial dan kerjasama, namun masyarakat Paleolitikum hanya berkumpul sebatas dalam kelompok kecil saja.
Hidup Bergantung pada Alam
Di masa Paleolitikum, manusia sangat ketergantungan pada alam sekitar. Dengan kata lain, hanya mencari makanan atau food gathering, seperti berburu, menangkap ikan, dsb, dan belum memiliki skill memproduksi makanan (food producing).
Menggunakan Peralatan Batu Sederhana
Dalam melakukan kegiatan mencari makanan sehari-hari, manusia Paleolitikum menggunakan alat-alat dari batu dalam bentuk masih sederhana, dan cenderung kasar, seperti kapak genggam untuk menggali, memotong, dan menguliti binatang.
Komunikasi Menggunakan Bahasa Sederhana
Di zaman Paleolitikum, masyarakat prasejarah mulai menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi antara satu sama lain. Hanya saja, bahasa yang dipakai masih sederhana.
Kebudayaan Era Paleolitikum
Berdasarkan dari kawasan penemuannya, peralatan kebudayaan Paleolitikum dikategorikan atas 2 kebudayaan, yaitu:
1. Kebudayaan Pacitan
Pada era 1935, von Koenigswald telah menemukan kapak genggam dan alat dari batu di Pacitan. Bentuknya seperti kapak namun tidak memiliki tangkai. Kapak ini dikerjakan dengan kasar, dan belum dihaluskan. Para pakar memberi nama sebagai kapak penetak.
Selain di Pacitan, peralatan tersebut juga ditemukan di daerah lain, seperti Gombong dan Progo – Jawa Tengah, Sukabumi – Jawa Barat, dan Lahat – Sumatera Selatan.
2. Kebudayaan Ngandong
Di Ngandong dan Sidoarjo, para ahli menemukan peralatan yang terbuat dari tulang, tanduk rusa, flakes, dan ujung tombak bergigi. Sementara di Sangiran, ditemukan sebuah alat kecil berbentuk indah dari batuan alam, dan diberi nama Serbih Pilah.
Alat dari batu kalsedon juga banyak ditemukan di kawasan Cabbenge – Sulawesi Selatan. Di Ngandong juga telah ditemukan lukisan seperti telapak tangan warna merah di dinding goa, dan lukisan babi hutan di Goa Leang Pattae – Sulawesi Selatan.
Alat-Alat dari Era Paleolitikum
Salah satu ciri khas dari peralatan yang dibuat pada masa Paleolitikum adalah masih memiliki tekstur kasar, dan belum dihaluskan. Di bawah ini adalah beberapa alat yang digunakan pada era tersebut:
Kapak Genggam
Alat ini banyak ditemukan di Pacitan. Kapak genggam juga lazim disebut sebagai chopper, yang berarti pemotong atau penetak. Bentuknya sama seperti kapak pada umumnya, namun tidak bertangkai. Jadi, cara pakainya adalah dengan digenggam.
Kapak Perimbas
Manusia Pithecanthropus zaman Paleolitikum menggunakan kapak perimbas untuk memahat tulang, memotong kayu, atau senjata. Kapak perimbas ditemukan di berbagai kawasan, seperti Gombong dan Pacitan – Jawa Tengah, Sukabumi – Jawa Barat, dsb.
Flakes (Batu Chalcedon)
Peralatan dari batu chalcedon berukuran kecil yang umumnya digunakan sebagai pengupas makanan. Flakes masuk dalam kategori budaya Ngandong, dan biasanya juga difungsikan saat berburu, mengumpulkan buah dan umbi, serta menangkap ikan.
Alat dari Bahan Tulang Binatang & Tanduk Rusa
Sebagian besar alat dari material tulang berupa belati, serta ujung tombak yang bergerigi. Fungsinya adalah untuk menggali keladi dan ubi di dalam tanah. Di samping itu, peralatan ini juga umum dipakai untuk menangkap ikan.
Peninggalan Paleolitikum
- Kapak genggam
- Kapak perimbas
- Alat-alat serpih
- Monofacial
- Chopper
- Kapak dua sisi
Manusia di Zaman Paleolitikum
Bukti keberadaan era Paleolitikum diketahui dari penemuan fosil-fosil manusia purba dan oleh para ahli diperkirakan telah berumur lebih dari 1 juta tahun. Berikut ini adalah jenis-jenis manusia pendukung pada zaman batu tua:
1. Homo Wajakensis
Fosil Homo Wajakensis ditemukan pertama kali pada 1888 oleh van Rietschoten di ceruk pegunungan Karst, Tulungagung – Jawa Timur. Ciri-ciri Homo Wajakensis perempuan antara lain memiliki wajah lebar dan datar, hidung lebar, dahi sedikit miring, dan mulut menonjol.
Sedangkan fosil laki-laki memiliki otot lebih menonjol, langit mulut dalam, dan bagian rahang bawah serta gigi berukuran besar. Secara umum, Homo Wajakensis lebih mirip tipe Papua dibandingkan Malay.
2. Meganthropus Palaeojavanicus
Ditemukan oleh von Koenigswald pada 1936 di Sangiran, Meganthropus Paleojavanicus memiliki arti sebagai manusia raksasa dari Jawa. Jenis ini memiliki ciri, berupa tubuh kekar, geraham dan rahang besar, serta tidak berdagu, jadi bentuknya mirip kera.
3. Homo Erectus
Dalam bahasa Latin, Homo Erectus berarti manusia yang berdiri tegak. Manusia purba dari jenis Homo ini dipercaya oleh beberapa ahli berasal dari daratan Afrika, dan bermigrasi ke Asia Tenggara di masa awal Pleistosen, sekitar 2,0 juta tahun silam.
4. Homo Soloensis
Fosil Homo Soloensis ditemukan di kawasan Sungai Bengawan Solo Purba dan disebut sebagai salah satu manusia pendukung pada masa Paleolitikum. Homo Soloensis memiliki ciri fisik berupa telah berdiri tegak dan dapat berjalan sempurna, dan tengkorak menonjol.
Pada zaman batu tua, cara hidup dan peralatan yang digunakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari memang sangat sederhana.
Namun, peninggalan dari zaman Paleolitikum masih eksis dan diabadikan sampai saat ini, beberapa di antaranya dapat dilihat di Museum Sangiran.