Kerajaan Kalingga adalah sebuah negeri bercorak Hindu-Budha yang pernah berdiri di kawasan Jawa Tengah pada abad ke-6 M.
Munculnya Kalingga nyaris bersamaan dengan terpecahnya Kerajaan Tarumanegara yang di kemudian dibagi atas 2 bagian, yaitu Galuh, dan Sunda.
Tidak begitu banyak sumber arkeologis sisa kejayaan Kalingga yang ditemukan oleh para ahli.
Namun, sebagian diantara peneliti yakin jika Kerajaan Ho-Ling adalah pendahulu dari Wangsa Syailendra yang kelak menjadi penguasa di Mataram Kuno dan Sriwijaya.
Peninggalan Kerajaan Kalingga
1. Prasasti Tuk Mas
Bukti arkeologi peninggalan Kerajaan Ho-Ling ini ditemukan di lereng Gunung Merapi bagian barat, tepatnya Dusun Dakawu, Lebak, Magelang.
Pada prasasti tersebut tertera bahasa Sansekerta huruf Pallawa, yang berisi mengenai mata air jernih dan bersih.
2. Prasasti Sojomerto
Sojomerto ditemukan di desa bernama Sojomerto, Reban, Batang. Tulisan pada Prasasti ini menggunakan aksara Jawi, serta bahasa Melayu Kuno yang diperkirakan berasal dari abad ke-7 M, dimana prasasti mengisahkan tentang Dapunta Syailendra.
3. Situs Puncak Sanga Likur
Dibangun di atas Puncak Gunung Muria, Kecamatan Keling. Arca batu Batara Guru, Wisnu, Narada, dan Togog ini diduga dibangun pada masa kejayaan Kerajaan Ho-Ling.
4. Candi Bubrah & Candi Angin
Situs Candi Bubrah berada di Desa Tempur, Keling, Jepara, letaknya tidak jauh dari lokasi ditemukannya Candi Angin, karena keduanya didirikan secara berdekatan.
5. Berita Cina
Tidak sedikit sumber berita Cina yang menuliskan tentang Kerajaan Ho-Ling. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari posisi kerajaan tersebut yang mendukung aktivitas ekonomi, komoditas dagang, dan agama lebih cepat berkembang di kerajaan ini.
Contoh catatan Cina yang mengisahkan Kalingga:
- Catatan I-Tsing
- Catatan Dinasti Tang
- Catatan Dinasti Ming
- Naskah Wai Tai La
Sejarah Berdirinya Kerajaan Ho-Ling
Catatan sejarah mengenai awal mula berdirinya Kerajaan Kalingga memang masih blur. Sebagian peneliti memperkirakan, bahwa pendiri sekaligus raja pertama Ho-Ling adalah Prabhu Wasumurti.
Meskipun belum ada bukti akurat yang menyebutkan bahwa Wasumtri merupakan pendiri Kalingga.
Sedangkan dalam tulisan yang terdapat pada Prasasti Sojomerto dijelaskan, bahwa silsilah keluarga atau wangsa Kerajaan Ho-Ling dimulai dengan mengungkapkan jika Dapunta Syailendra (penguasa Kerajaan Mataram Kuno) merupakan pendiri dari Kalingga.
Hal ini seolah menjadi sebuah titik terang apabila penguasa Kalingga tidak lain adalah keturunan dari Dinasti Syailendra.
Sementara itu, ada sumber lain yang menyebutkan jika menantu Prabhu Wasumurti, yang tidak lain adalah Kirathasinga adalah pendiri Kalingga.
Kehidupan Ekonomi Kalingga
Aktivitas ekonomi di era kepemimpinan Kerajaan Kalingga disebutkan dalam beberapa berita tulisan Cina.
Dijelaskan, apabila masyarakat Ho-Ling menghasilkan beberapa kerajinan tangan, seperti gading gajah, cula badak, emas, perak, dan juga kulit penyu.
Kerajaan Ho-ling juga disebut-sebut sebagai sebuah negeri yang makmur. Hal ini dapat dilihat dari penemuan gua penghasil garam yang diperkirakan telah ada sejak era kepemimpinan Kalingga.
Di samping tu, penduduknya juga dikenal ahli dalam membuat minuman keras dari bahan bunga kelapa.
Kalingga diduga pernah membangun pusat perdagangan ke luar kawasan melalui Pelabuhan Pekalongan maupun pesisir kuno. Tepatnya di antara pusat utama Jawa dan Gunung Muria.
Kehidupan Sosial & Politik Kalingga
Kerajaan Ho-Ling diduga menerapkan sistem pemerintahan berupa menjunjung tinggi hukum serta aturan yang telah disusun.
Diperkirakan, rakyat Kalingga sudah melek terhadap hukum. Pemimpin paling terkenal dari Kalingga adalah seorang wanita, yang tidak lain adalah Ratu Shima.
Ia dikenal sebagai seorang ratu yang jujur, bijaksana, namun tegas. Hukum ditegakkan dengan sangat adil, bahkan terhadap anggota kerajaan sekalipun.
Ratu Shima tidak pernah membedakan hukuman yang harus diberikan kepada rakyat kecil maupun kalangan bangsawan.
Di masa pemerintahan Ratu Shima, Kerajaan Ho-Ling juga mulai bekerjasama dengan kerajaan lain, seperti Galuh, dan Tarumanegara. Hubungan tersebut dibangun dengan ikatan pernikahan antar anggota keluarga.
Dari segi sosial, berita Cina mengungkapkan, apabila masyarakat Kalingga sudah mulai menggunakan tikar dari bahan kulit bambu. Selain itu, ada budaya makan menggunakan tangan, tanpa perantara alat seperti sendok ataupun sumpit.
Masa Keruntuhan Kalingga
Kerajaan Kalingga mulai runtuh ketika Ratu Shima memutuskan untuk membagi kekuasaan jadi dua bagian untuk kedua anaknya, yakni Dewi Parwati, dan Prabhu Iswarakesawalingga. Sementara alasan jelas mengenai pembagian kerajaan masih belum jelas.
Kelak, kedua kerajaan tersebut akan dipersatukan kembali, tepatnya saat Rakai Panangkaran yang merupakan raja ke-2 dari Kerajaan Medang menikah dengan putri Satyadarmika dari Kerajaan Keling, dimana pada akhirnya membentuk Wangsa Syailendra.
Letak Kerajaan Ho-Ling
Hingga hari ini masih belum diketahui secara pasti tentang dimana lokasi pusat kekuasaan Kerajaan Ho-Ling. Namun, sebagian ahli berpendapat bahwa Kalingga berada di Provinsi Jawa Tengah, dengan Kerajaan Galuh berada di sisi baratnya.
Sedangkan pusat kekuasaan atau ibukota kerajaan disinyalir pernah berdiri di antara kabupaten Pekalongan, dan kabupaten Jepara, tepatnya di sisi pantai utara pulau Jawa.
Kalingga sendiri didirikan Prabu Wasumurti, yang sekaligus merupakan raja pertama di Ho-Ling.
Raja-raja Penguasa Kalingga
Meskipun Kerajaan Kalingga usianya tidak sampai 1 abad, namun telah meninggalkan bekas mendalam, apalagi Kalingga merupakan salah satu kerajaan bercorak Hindu-Budha terbesar di Jawa.
Selama masa tersebut, Ho-Ling pernah dipimpin beberapa raja, antara lain adalah sebagai berikut.
1. Prabhu Wasumurti
Raja pertama Kalingga ini memimpin kerajaan selama 11 tahun, tepatnya 594 M – 605 M. Prabhu Wasumurti mempunyai 2 orang anak, yakni Prabhu Wasugeni, serta Dewi Wasundari.
Periode kekuasaannya sezaman dengan Raja Tarumanegara ke-8.
2. Prabhu Wasugeni
Wasugeni menguasai Kalingga sejak tahun 605 M – 632 M, jadi kurang lebih 27 tahun.
Ia menikah dengan Dewi Paramita yang merupakan putri dari Dinasti Pallawa, dimana dari hasil pernikahan tersebut dikaruniai dua orang anak, yakni Prabhu Wasudewa, dan Ratu Shima.
3. Prabhu Wasudewa
Wasudewa menjadi penguasa di Kalingga selama sekitar 20 tahun, tepatnya pada masa periode 632 M – 652 M.
4. Prabhu Wasuki
Raja selanjutnya yang mengganti Prabhu Wasudewa adalah Wasukawi. Masa pemerintahannya sendiri masih kurang jelas, yaitu mulai tahun 652 M – waktu yang tidak diketahui.
5. Prabu Kirathasinga
Kirathasinga memimpin Kalingga di era 632 M – 648 M. Dari sini, dapat diambil kesimpulan jika masa pemerintahan Prabhu Wasukawi berakhir sekitar tahun 631 M / 632 M.
6. Prabhu Kartikeyasingha
Raja bergelar Sang Mokteng Mahamerwacala ini merupakan menantu dari Prabhu Wasugeni. Ia berkuasa di Kalingga di tahun 648 M – 674 M. Ia memimpin kerajaan selama 26 tahun bersama Ratu Shima.
7. Ratu Shima
Sri Maharani Mahisasuramardini Satyaputikeswara (Ratu Shima) adalah penguasa terakhir Ho-Ling yang menjadi pengganti suaminya, Prabhu Kartikeyasingha setelah wafat.
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Kalingga dan Galuh menjalin hubungan sangat dekat.
Kerajaan Kalingga mampu bertahan hingga abad ke-7 M, sebelum akhirnya terbagi atas dua bagian, yaitu Kerajaan Bhumi Mataram (Medang) yang dipimpin Prabhu Iswarakesawalingga, dan Bhumi Sambhara (Keling) yang diperintah oleh Dewi Parwati.
Keduanya merupakan anak Ratu Shima.