Kerajaan Kediri atau Panjalu, merupakan kerajaan Hindu yang terletak di Jawa Timur dan berdiri sekitar tahun 1042 M – 1222 M atau abad 11 M.
Pada masa kejayaannya, Panjalu berpusat di Daha (Dahanapura) yang berarti Kota Api. Saat ini Daha masuk dalam bagian Kota Kediri.
Kediri berdiri ketika Dharmawangsa Airlangga, yang merupakan pemimpin terakhir Kerajaan Mataram Kuno memutuskan membagi kekuasaan untuk kedua putranya.
Sri Samarawijaya diberi wilayah barat, yaitu Panjalu. Sedangkan Mapanji Garasakan mendapat bagian timur bernama Jenggala.
Peninggalan Kerajaan Kediri
1. Candi Penataran
Berlokasi di bagian barat daya lereng Gunung Kelud, Candi Penataran dibangun di atas ketinggian 450 mdpl, dan merupakan candi terindah dan terbesar di kawasan Jawa Timur.
Candi ini diperkirakan telah ada sejak abad 12 M, di masa kepemimpinan Raja Srengga.
2. Candi Mirigambar
Ditemukan di Desa Mirigambar, Tulungagung. Candi ini diperkirakan telah dibangun tahun 1214 M – 1310 M dengan material bata merah, sebagaimana candi lain di Jawa Timur.
3. Prasasti Kamulan
Nama prasasti ini sama persis dengan tempat ditemukannya, yakni Desa Kamulan, Trenggalek.
Ahli beranggapan jika Prasasti Kamulan dibuat sekitar tahun 1194 M, dan berisi mengenai pendirian Kabupaten Trenggalek pada Agustus 1194.
4. Kitab Kakawin Bharatayudha
Kakawin Bharatayudha ditulis Mpu Panuluh dan Mpu Sedah. Isinya adalah mengenai perjuangan Raja Jenggala dan Jayabaya untuk menaklukkan Kerajaan Panjalu.
Perjuangan Jayabaya dianalogikan dalam bentuk cerita peperangan Pandawa dan Kurawa.
5. Candi Tondowongso
Salah satu peninggalan Kerajaan Kediri ini terletak di Gayam, Kediri. Penemuannya juga belum begitu lama, yaitu di tahun 2007.
Arca dan arsitektur pada bangunan candi mengusung pola dari abad 9 M, di mana pusat politik di Jawa Tengah dialihkan ke Jawa Timur.
Sejarah Kerajaan Kediri
Sebenarnya tidak begitu banyak sumber yang menjelaskan eksistensi Kerajaan Kediri dengan gamblang.
Namun, penemuan arkeologis di kawasan tersebut membuatnya kerap dikaitkan Pandjalu. Kediri sendiri mengalami beragam konflik dengan wilayah sekitarnya hingga ditaklukan.
Berikut ini adalah struktur sejarah Kediri berdasarkan penemuan para ahli:
Pendirian Kediri
Di akhir November 1042 M, Raja Airlangga terpaksa membagi wilayah kerajaannya sebab kedua putranya saling menyerang untuk berebut takhta.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, yang mendapat kerajaan barat, Panjalu atau Kediri adalah Sri Samarawijaya.
Panjalu memiliki pusat di Kota Baru, Daha. Menurut Kitab Nagarakertagama, sebelum dibelah jadi dua kerajaan pimpinan Airlanggana telah diberi nama Panjalu.
Di kemudian hari, Kerajaan Jenggala muncul sebagai wilayah baru yang merupakan pecahan Panjalu.
Pada awalnya, nama Panjalu memang lebih sering digunakan dibandingkan Kediri. Ini dapat ditemukan pada prasasti yang dibuat raja-raja Kediri.
Dalam kronik Tiongkok dengan judul Ling wai tai ta yang ditulis pada tahun 1178 M, Panjalu juga disebut Pu-chia-lung.
Nama Kediri diambil dari bahasa Sansekerta, yaitu “Khadri” yang artinya “pace” atau mengkudu yang merupakan buah berkhasiat, terutama untuk penyembuhan.
Perkembangan dan Masa Kejayaan Kediri
Masa awal sejak didirikannya Kerajaan Kediri belum begitu jelas sampai sekarang.
Namun, pada Prasasti Turun Hyang II bertahun 1044 M dari Jenggala tertulis mengenai peristiwa perang saudara, antara Panjalu dan Jenggala setelah Raja Airlangga wafat.
Sejarah Panjalu mulai dapat diurutkan setelah penemuan Prasasti Sirah Keting 1104 M bertuliskan nama Sri Jayawarsa.
Kediri mengalami masa kejayaan di bawah kekuasaan Sri Jayabhaya. Salah satu bukti keberhasilannya adalah berhasil mengalahkan Jenggala.
Wilayah Panjalu melingkupi seluruh tanah Jawa, serta kepulauan lain di Nusantara, termasuk pengaruh Sriwijaya di Sumatra.
Sri Jayabhaya sangat terkenal dengan semboyannya yang tertulis di Prasasti Ngantang 1135 M, yang isinya “Panjalu Jayati” atau “Panjalu Menang”.
Keruntuhan Kediri
Menurut Kitab Negarakertama, Kerajaan Panjalu atau Kediri mengalami keruntuhan pada masa kepemimpinan Kertajaya di tahun 1222 M.
Sedangkan dalam Kitab Pararaton dikisahkan, jika Tumapel menyerang Kediri atas permintaan dari bhujangga penganut Hindu Siwa yang melarikan diri dari Panjalu karena menolak menyembah raja Kediri, dan setuju apabila Ken Arok menjadi Raja Tumapel.
Peperangan antara Kerajaan Panjalu dan Tumapel berlokasi di sekitar Desa Ganter. Pada akhirnya, pasukan Ken Arok dapat menghancurkan orang-orang dari Kertajaya.
Hal tersebut pula yang menandai keruntuhan Kediri, dan membuatnya menjadi bawahan Tumapel.
Note: Kitab Pararaton (tentang Babad Kediri), itu sejarah karangan penjajah untuk pecah belah bangsa. Leluhur Nusantara adalah leluhur yang Agung dan mulia. Kisah ken Arok tidak pernah ada dalam kenyataan nusantara dimasa lalu.
Jelasnya, lihat video ini.
Letak Kerajaan Kediri
Sebagaimana disebutkan sebelumnya, bahwa Kerajaan Kediri beribukota di Daha, yang merupakan kawasan pemukiman di area selatan Jawa Timur.
Tidak begitu jauh dengan Kota Kediri. Setelah berakhirnya pemerintahan Kediri, Daha menjadi wilayah penting bagi Majapahit dan Singasari.
Raja-Raja Kediri
Selama masa kekuasaan Kerajaan Panjalu yang tidak lebih dari satu abad, terdapat beberapa orang raja yang memerintah dan membawa perubahan signifikan bagi masyarakat di bawah wilayah kepemimpinannya.
Di bawah ini adalah daftar raja-raja Kediri.
1. Sri Samarawijaya
Samarawijaya merupakan salah satu anak Raja Airlangga yang sekaligus adalah calon putra mahkota dari Kerajaan Mataram Kuno, selain Mapanji Garasakan.
Disebutkan Sriwijaya mendapatkan kekuasaan di wilayah timur, yang tidak lain adalah Kerajaan Panjalu.
Meskipun sepeninggal Airlangga, kedua putranya tetap berperang. Masa kekuasaan Samarawijaya juga disebut dengan zaman kegelapan dikarenakan tidak meninggalkan jejak yang dapat dijadikan bukti keberadaan negara tersebut oleh para ahli.
2. Sri Jayawarsa
Di Prasasti Sirah Keting disebutkan, bahwa ia merupakan raja yang menguasai Kediri sekitar 1104 M. Peneliti L.C Damais mengatakan, jika nama Jayawarsa berada di zaman yang sama saat masa pemerintahan Kertajaya, serta Mapanji Kamesywara.
3. Sri Bameswara
Pemerintahannya berlangsung sekitar tahun 1117 M – 1130 M, dan nama Sri Bameswara muncul pada Prasasti Padlegan. Di masa kepemimpinannya, dijelaskan bahwa daerah Panumbangan dan Padlegan ditetapkan sebagai kawasan bebas pajak.
4. Jayabhaya
Raja Jayabhaya merupakan nama pemimpin Kediri yang paling terkenal. Di Prasasti Ngantang dituliskan, bahwa Jayabhaya berkuasa sekitar 1157 M, dan dianggap sebagai raja terbesar dari Panjalu. Ia bahkan sukses menyatukan Panjalu dan Jenggala.
5. Sri Sarweswara
Nama Sri Sarweswara juga ditemukan pada Prasasti Padlegan II bertahun 1159 M, serta Prasasti Kahyunan bertahun 1161 M.
6. Sri Aryeswara
Di Prasasti Angin yang bertahun 1171 M tertulis tentang Sri Aryeswara, berikut lambang Kerajaan Panjalu di masa kekuasaan Ganesha.
7. Sri Gandra
Raja Sri Gandra dituliskan di Prasasti Jaring tahun 1181 M. Isinya adalah mengenai permohonan dari masyarakat Desa Jaring untuk mendapatkan anugerah raja.
8. Mapanji Kamesywara
Nama Mapanji Kamesywara terungkap melalui penemuan Prasasti Semanding bertahun 1182 M.
Di kakawin Smaradhana juga diungkapkan tentang ikatan Kediri dan Jenggala menjadi semakin kuat saat Mapanji mempersunti Sri Kirana, yang merupakan putri Jenggala.
9. Kertajaya
Prabu Kertajaya adalah raja terakhir Panjalu yang disebutkan pada Kitab Negarakertagama dan beberapa prasasti. Negarakertagama mengisahkan bahwa Kertajaya ingin disembah oleh para petinggi agama, tapi ditolak.
Kerajaan Kediri pernah menjadi salah satu penguasa besar di Nusantara pada masanya. Sementara waktu terus berlalu, sisa kejayaannya masih terus bertahan dan dinikmati hingga saat ini.
Bahkan, cerita mengenai kebesaran raja-raja yang pernah memimpin juga tidak lekang ditelan zaman.