Deskripsi: Sejarah dan daerah asal Suku Dani, karakteristik, bahasa dan kebudayaan.
Suku Dani merupakan suku terbesar yang mendiami kawasan Lembah Baliem, Pegunungan Tengah, Papua, yang namanya sudah dikenal hingga berbagai penjuru dunia.
Keberadaan masyarakat Dani mulai diketahui setelah dilakukannya berbagai penelitian oleh ahli dari Barat.
Dani adalah suku asli Papua yang menggantungkan hidup dengan cara-cara tradisional, seperti beternak dan bercocok tanam.
Meskipun kehidupannya jauh dari kata modern, namun masyarakat Dani tidak pernah merasa kekurangan.
Karena alam telah memberi segala yang mereka butuhkan.
Daerah Asal Suku Dani
Suku Dani bermukim di area Pegunungan Tengah, Pulau Papua, Indonesia. Suku ini mendiami seluruh Kabupaten Jayawijaya dan sebagian Kabupaten Puncak Jaya, tepatnya di Lembah Baliem.
Pemukiman masyarakat Dani didirikan di antara Bukit Grasberg dan Bukit Ersberg.
Kedua bukit tersebut kaya akan kandungan emas, perak, dan tembaga. Orang-orang Dani terkenal sebagai petani yang terampil dan sudah mulai menggunakan perkakas, seperti kapak batu sejak ratusan tahun lalu. Kegiatan utama suku ini adalah bercocok tanam.
Perkampungan pertama Bangsa Dani pertama kali ditemukan di wilayah Lembah Baliem, dan diperkirakan telah ada sejak ratusan tahun lalu.
Ekspedisi yang dilakukan Richard Archold di tahun 1935 menjadi tim pertama yang pernah mengadakan kontak langsung dengan penduduk asli.
Bahasa Suku Dani
Secara umum, bahasa suku ini terdiri atas 3 sub keluarga bahasa, di antaranya adalah:
- Sub keluarga Dani Pusat, meliputi logat Dani lembah Besar Dugawa dan logat Dani Barat.
- Sub keluarga Wano di Bokondini.
- Sub keluarga Dash dan
Ciri Khas
Berbeda dengan suku lainnya, Dani memiliki beberapa ciri khas yang tidak dapat dijumpai pada suku manapun, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Dani tidak mengenal konsep keluarga batih (ibu, bapak, serta anak tinggal serumah), karena menerapkan sistem komunial (komunitas).
- Menerapkan tradisi pernikahan bersifat poligami.
- Memiliki kepercayaan menghormati arwah nenek moyang.
- Mata pencaharian masyarakat Dani adalah bercocok tanam serta beternak babi.
- Rumah dibedakan berdasarkan pada jenis kelamin penghuninya.
- Masih mengenakan pakaian tradisional yang terbuat dari bahan alami, seperti anyaman bambu, akar, ilalang, atau kulit kayu.
- Menggunakan bahasa asli Dani saat berkomunikasi (meskipun sebagian besar masyarakat Dani dapat berbahasa Indonesia).
Nama Rumah Adat
Rumah adat Suku Dani disebut Honai, dengan karakteristik rumah berukuran mungil berbentuk bundar. Honai dibangun dari dinding kayu dan atap jerami.
Meskipun begitu, ada sebagian rumah yang mempunyai bentuk persegi panjang, dan biasanya disebut Ebeai atau Honai Perempuan.
Honai dan Ebeai memiliki perbedaan berdasarkan pada jenis kelamin penghuni rumah. Honai umumnya dihuni laki-laki, sementara Ebeai didiami kaum perempuan. Rumah-rumah tersebut tersebar nyari di semua sudut Lembah Baliem yang memiliki luas sekitar 1.200 km2.
Karena ukurannya yang sangat mini, mustahil bagi seseorang dapat berdiri di dalamnya. Biasanya, jarak dari lantai ke langit-langit rumah tingginya tidak sampai 1 meter.
Karakteristik bagian dalamnya adalah berupa sebuah perapian yang terletak di tengah rumah, tanpa perabotan apapun.
Selain difungsikan sebagai tempat tinggal, ada juga Honai yang digunakan khusus sebagai tempat penyimpanan hasil pertanian, dan ada pula yang dipakai untuk melakukan pengasapan mumi (fungsi ini dapat ditemukan di Desa Aikima dan Desa Keluru).
Pakaian Adat Suku Dani
Pakaian adat Suku Dani terbuat dari material alami. Umumnya bahan dasar pakaian penutup adalah daun sagu yang dirajut rapi.
Sementara penutup kepalanya terbuat dari bulu burung kasuari. Sebagaimana suku di Papua lainnya, Dani juga tidak mengenakan pakaian atasan.
Sebagai gantinya, bagian atas tubuh dilukis dengan motif akar pohon atau daun dengan penerapan warna putih dari kulit kerang yang telah dihaluskan, dan merah berasal dari pasta tanah liat.
Berikut adalah penjelasan lebih lengkap mengenai pakaian adat laki-laki dan perempuan, beserta aksesoris masyarakat Dani:
1. Pakaian Adat Laki-laki
Para laki-laki Dani mengenakan holim/horem (koteka), yang merupakan penutup bagian kemaluan pria.
Bentuknya seperti selongsong dengan kerucut di bagian depan. Koteka dipakai dengan cara diikat di pinggang hingga ke arah atas.
Koteka terbuat dari labu air tua yang dikeringkan karena memiliki sifat cenderung keras dan tidak mudah membusuk.
Bentuk dan ukuran koteka dibuat sesuai kebutuhan, bukan berdasarkan pada kedudukan adat.
Sebagai contoh, koteka dengan bentuk kecil dan pendek umumnya dipakai saat bekerja sehari-hari di ladang, maupun berburu hewan liar.
Sedangkan kotek berukuran panjang dengan hiasan bulu dan gambar dipakai saat upacara adat.
2. Pakaian Adat Perempuan
Terdapat dua jenis pakaian adat untuk perempuan Dani, yakni sali dan yokal. Sali dikenakan oleh gadis Papua yang belum menikah.
Umumnya sali hanya mempunyai satu warna, yaitu coklat. Bentuknya seperti rok wanita, namun terbuat dari daun sagu kering atau kulit kayu.
Bagian dalam sali dibuat lebih panjang dibandingkan luarnya. Sedangkan cara menggunakannya adalah dililitkan di pinggang lalu diikat simpul.
Sedangkan yokal adalah pakaian berbentuk anyaman yang dibuat dari kulit pohon, dan hanya dipakai kaum perempuan yang sudah menikah.
Warna yokal juga lebih mencolok, seperti bata dan kemerahan. Cara pakainya adalah dililit melingkar pinggang hingga bagian paha.
3. Aksesoris
Cara berpakaian orang-orang Dani tidak bisa dilepaskan dari aksesoris yang dikenakan. Berikut adalah beberapa aksesoris yang biasanya dipakai masyarakat Dani:
- Noken
Tas anyaman khas Papua, dengan bentuk seperti jaring, dan dibuat dari anyaman akar atau kulit kayu yang banyak ditemukan di hutan.
- Perhiasan Kepala
Terbuat dari bulu-bulu hewan yang dirangkai seperti mahkota. Biasanya dibuat dari bulu kasuari, atau ilalang.
- Taring atau Gigi Hewan Liar
Taring hewan seperti babi umumnya dipakai di hidung pria Dani sebagai tanda bahwa laki-laki tersebut adalah prajurit perang.
Jika taring menghadap ke arah bawah, artinya perajut tersebut sedang marah.
Kebudayaan dan Tradisi Sosial
Salah satu budaya yang berkembang di Suku Dani bisa dilihat dari cara tinggal dan membangun hunian, di mana sebuah keluarga biasanya tinggal dalam sebuah silimo yang terdiri atas beberapa bangunan rumah, baik itu Honai, Ebeai, serta Wamai.
Tradisi unik masyarakat Dani lainnya:
- Tradisi Pernikahan Poligami
Masyarakat Dani menerapkan tradisi pernikahan yang bersifat poligami. Sebuah keluarga yang disebut batih nantinya akan tinggal di sebuah tempat tinggal (slimo). Umumnya sebuah desa terdiri atas 4 slimo yang dihuni oleh 10 keluarga.
- Tradisi Potong Jari
Hal ini dilakukan sebagai cara menunjukkan rasa duka cita karena salah satu anggota keluarga dekat meninggal dunia. Masyarakat Dani meyakini bahwa memotong jari merupakan simbol kesedihan akibat kehilangan, serta upaya mencegah malapetaka.
- Menghormati Nenek Moyang
Untuk memberikan penghormatan kepada leluhur, masyarakat Dani membuat Kaneka (lambang nenek moyang). Di samping itu juga diadakan Kaneka Hagasir, yakni upacara keagamaan yang bertujuan mensejahterakan masyarakat.
Cara hidup yang diterapkan oleh Suku Dani memang terkesan kuno dan berbanding terbalik dengan kehidupan masyarakat modern saat ini.
Namun, keunikan tersebutlah yang justru mengundang minat para peneliti dari berbagai negara untuk menyambangi dan belajar mengenai cara hidup suku ini.
Baca juga : Tempat Wisata di Papua Terbaik