Deskripsi: Sejarah dan asal daerah Suku Tengger, tradisi dan kebudayaan, bahasa dan kehidupan sosial.
Suku Tengger yang berasal dari Jawa Timur ini menjadi salah satu etnis suku terkenal dengan budayanya.
Penduduk suku ini masih memiliki budaya yang kental disertai dengan tradisi dan adat istiadat yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu.
Banyak sekali masyarakat baik lokal maupun turis mancanegara yang datang berkunjung untuk melihat penduduk suku menjalankan adat istiadatnya.
Simak penjelasan lainnya tentang masyarakat Tengger di bawah ini yuk!
Asal Usul Suku Tengger
Pada dasarnya asal usul nama suku ini tidak hanya berasal dari satu sumber saja, namun terdapat beberapa sumber yang dapat menjawabnya.
Berdasarkan pengertian, terdapat 3 teori yang dapat memberikan jawaban tentang asal mula nama suku ini.
1. Tengger Bermakna Pegunungan
Suku ini tinggal di daerah dataran tinggi yaitu pegunungan. Makna pegunungan disesuaikan dengan tempat tinggal masyarakat Tengger yang menetap di Gunung Bromo.
2. Tengger Bermakna Berdiam Diri
Tengger artinya berdiri tegak atau berdiam diri tanpa bergerak. Tengger ini memiliki sifat berbudi pekerti luhur. Hal ini terbukti dari kehidupan yang dijalani sehari-hari yang berlangsung secara sederhana dan murni.
3. Tengger Bermakna Gabungan Nama Leluhur Suku
Tengger juga berasal dari gabungan nama para leluhur suku, yaitu Rara Anteng dan Jaka Seger. Keduanya merupakan tokoh yang terkenal di zaman kerajaan sehingga dibentuklah nama suku yaitu Tengger, yang berasal dari kata Teng dan Ger.
Sejarah Suku Tengger
Pada abad ke-16, Raden Patah melakukan serangan ke Kerajaan Majapahit. Peperangan ini disebabkan karena adanya perseteruan saudara.
Peperangan ini menyebabkan keruntuhan Majapahit waktu itu dan pemerintahan di lanjutkan oleh Demak Bintoro.
Kepercayaan lama yaitu agama Buddha Hindu di tanah Jawa, mulai tergeser karena banyaknya masyarakat yang memeluk agama Islam.
Karena pada masa tersebut masyarakat hidup secara berkelompok dan sangat menjunjung tinggi solidaritas sehingga tetap terjaga.
Hal ini menyebabkan penduduk Majapahit yang masih menganut kepercayaan lama (Hindhu Budha) yang taat akhirnya pindah ke arah pegunungan Bromo dan pergi ke Pulau Bali.
Keduanya menjadi suku yang berbeda, yaitu Suku Tengger dan Suku Bali.
Masyarakat Majapahit yang berpindah ke daerah dataran tinggi sangat menutup diri dari dunia luar. Hal ini bertujuan agar hidup mereka bisa menjaga kepercayaan mereka tanpa pengaruh agama Islam.
Setelah menetap di Bromo, muncul 2 leluhur suku ini yang bernama Rara Anteng dan Jaka Seger. Rara Anteng adalah anak dari Raja Majapahit yang tergolong kasta ksatria.
Sedangkan Jaka Seger adalah anak dari tokoh agama yang tergolong kasta Brahmana dalam strata Bali.
Keduanya menikah dan mengungsi ke daerah pegunungan Jawa Timur dan menjadi pemimpin untuk masyarakat Tengger.
Keturunannya kemudian berkembang dan menjadi penduduk Tengger hingga saat ini. Dahulu masyarakat ini tidak mengenal dunia luar dan tetap tertutup.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat Tengger mulai membuka diri dan mengizinkan orang luar masuk dan melihat adat istiadat mereka.
Meski begitu, penduduk Tengger tetap memelihara warisan nenek moyang sekaligus menjalankan adat istiadat yang telah ada sejak dahulu.
Kepercayaan Suku Tengger
Berdasarkan agama pertama yang mereka kenal, Suku Tengger sebagian besar menjalankan ajaran Hindu.
Hal ini semakin memperkuat penjelasan bahwa penduduk suku ini berasal dari Kerajaan Majapahit yang dulunya merupakan Kerajaan dengan genre Hindu.
Agama Hindu-India memiliki sistem kasta dalam kehidupan sosial.
Namun berdasarkan sistem pemerintahan yang Rara Anteng dan Jaka Seger lakukan, kehidupan sosial antar masyarakat sangat menjunjung jiwa persaudaraan sehingga semua sama, tanpa dibatasi kasta.
Selain mempercayai agama Hindu, masyarakat Tengger juga percaya bahwa Gunung Bromo adalah tempat sakral.
Mereka memiliki adat setiap 1 tahun sekali yang terdiri dari upacara adat tepat di bawah kaki Gunung Bromo sebagai ritual.
Kebudayaan Suku Tengger
Penduduk Tengger melestarikan adat dan istiadat warisan nenek moyang dengan baik. Penduduk tetap menjalankan tradisi yang telah dilakukan secara turun menurun.
Berikut merupakan kebudayaan Suku Tengger yang wajib Anda ketahui.
1. Perayaan Hari Karo
Karo adalah hari raya terbesar bagi penduduk Tengger. Hari raya ini diselenggarakan secara bersama-sama dengan hari raya nyepi.
Keduanya merupakan hari yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat Tengger.
Saat perayaan Karo berlangsung, masyarakat Tengger akan melakukan pawai dengan membawa hasil panen.
Selain itu, mereka menggelar kesenian adat seperti tarian dan melakukan silaturahmi antar saudara.
Ritual hari raya ini dipimpin oleh seorang ratu yaitu pemimpin doa dalam setiap aktivitas.
Berbeda dengan sebutannya, jenis kelamin ratu ini adalah laki-laki. Biasanya masyarakat Tengger menyebutnya ratu atau dukun.
2. Yadnya Kasada
Yadnya Kasada adalah upacara adat yang dilakukan satu tahun sekali dan telah menjadi tradisi yang dinanti oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Wisatawan dapat melihat prosesi secara langsung namun tidak boleh bersuara.
Upacara Yadnya Kasada ini lebih dikenal dengan upacara kasodo. Upacara ini dilakukan setiap tanggal 14 setiap bulan ke sepuluh atau kasada.
Upacara ini hanya dilakukan oleh masyarakat Tengger yang menganut agama Hindu.
3. Ritual Ojung
Tradisi terakhir yang dilakukan oleh masyarakat Tengger adalah Ritual Ojung. Di dalamnya terdapat ritual yang berisi perkelahian satu lawan satu dengan senjata.
Berbeda dengan senjata pada umumnya, senjata Ritual Ojung menggunakan rotan.
Ojung adalah kesenian asli Suku Tengger yang wajib dilakukan oleh setiap laki-laki.
Aktivitas yang dilakukan dalam ritual ini adalah perkelahian yang dilakukan dengan mencambuk satu sama lain dengan senjata rotan.
Tidak semua pria, kandidat yang dapat mengikuti ritual ini dilakukan oleh laki-laki usia 17 sampai 50 tahun.
Selain itu, ritual ini digunakan untuk meminta turunnya hujan kepada Sang Pencipta.
Biasanya sebelum aktivitas ini dilakukan, hadirin dimanjakan dengan tarian daerah.
Bahasa Tengger
Bahasa Tengger memiliki dialek yang sangat unik dengan rumpun bahasa Jawa dan rumpun bahasa Austronesia.
Keduanya merupakan turunan bahasa Kawi yang tetap menggunakan kalimat Jawa Kuno dan tetap digunakan hingga saat ini.
Dalam berkomunikasi sehari-hari, Suku Tengger menggunakan bahasa Jawa kuno. Bahasa ini dipercaya sebagai dialek Kerajaan Majapahit.
Bahasa ini juga digunakan untuk menulis beberapa mantra untuk upacara adat tertentu.
Mata Pencaharian Masyarakat Tengger
Sebagian besar masyarakat Tengger bekerja sebagai petani. Hal ini karena sumber daya alam yang ada di sekitar dataran tinggi tersebut dapat dimanfaatkan sumber daya alamnya.
Sebagian besar mereka bertani kentang, jagung, tembakau, kubis dan wortel.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat Tengger yang awalnya tertutup untuk dunia luar kini mulai membuka hubungan dengan masyarakat di luar suku ini.
Seiring bertambahnya wisatawan pula, profesi yang diterima juga bervariasi, contohnya sebagai guide pada rombongan tertentu.
Penjelasan lengkap tentang Suku Tengger di atas dapat menjadi sarana bagi Anda, untuk melanggengkan kebudayaan serta mempertahankan tradisi yang telah diwariskan nenek moyang.