Taman Nasional Baluran merupakan salah satu taman nasional yang populer beberapa waktu belakangan ini dengan tagline Banyuwangi rasa Afrika. Memang tidak bisa dibohongi, destinasi wisata satu ini menyajikan panorama yang sangat indah khas Afrika.
Setiap tahunnya taman nasional satu ini senantiasa ramai dikunjungi oleh para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Tak mengherankan kalau kemudian popularitasnya semakin meningkat saja di mata dunia.
Banyak juga media asing yang meliput taman nasional satu ini.
Sejarah Taman Nasional Baluran
Taman Baluran pertama kali dieksploitasi oleh seorang pemburu asal Belanda bernama AH. Ledeboer. Ia memiliki konsesi perkebunan di daerah Gunung Mesigit dan Labuhan Merak.
Pada tahun 1928, ia pernah singgah di Baluran dan merasa kalau kawasan satu ini memiliki nilai yang sangat penting.
Tahun 1930, KW. Dammerman yang saat itu sedang menjabat sebagai Direktur Kebun Raya Bogor kemudian mengusulkan penunjukkan Baluran sebagai hutan lindung.
7 tahun kemudian, Gubernur Jenderal Hindia Belanda memutuskan Baluran sebagai suaka margasatwa dengan SKGB. No. 9 tanggal 25 September 1937 Stbl. 1937 No. 544.
Pasca kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia kemudian menetapkan Baluran sebagai taman nasional bersamaan dengan Hari Strategi Pelestarian se-Dunia. Hal ini bertepatan pada tanggal 6 Maret 1980.
Lokasi Taman Nasional Baluran
Taman baluran terletak di wilayah Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Nama taman nasional satu ini diambil dari nama salah satu gunung yang lokasinya berada di kawasan taman nasional itu sendiri yakni Gunung Baluran.
Jadi kalau Anda berkunjung ke taman nasional satu ini, Anda juga bisa sekalian berkunjung ke gunung tersebut. Gerbang masuk ke taman nasional satu ini berada pada koordinat 7°55’17.76″S dan 114°23’15.27″E.
Hal yang membuatnya terlihat seperti Afrika adalah karena mayoritas lahan yang ada di taman Baluran ini merupakan sabana. Sebanyak 40% permukaan lahan Baluran dipenuhi oleh sabana.
Luas dan Zonasi Kawasan Baluran
Taman Nasional Baluran memang tidak seluas taman nasional lain yang ada di Indonesia. Berdasarkan surat keputusan yang dikeluarkan oleh Menteri Kehutanan pada tanggal 23 Mei 1997, luas taman nasional Baluran diperkirakan mencapai 25.000 ha.
Luasnya yang mencapai 25.000 ha tersebut terbagi menjadi beberapa zonasi sekaligus. Berikut ini beberapa zonasi yang bisa Anda temukan para taman nasional satu ini:
- Zona inti dengan luas mencapai 12.000 h
- Zona rimba dengan luas 5.537 ha yang terbagi atas wilayah perairan seluas 1.063 ha dan wilayah daratan seluas 4.574 h
- Zona pemanfaatan intensif seluas 800 ha.
- Zona pemanfaatan khusus seluas 5.780 ha.
- Zona rehabilitasi khusus dengan luas 783 ha.
Total luas dari kelima zona tersebut mencapai kurang lebih 25.000 ha atau 2500 kilometer persegi. Tak heran kalau vegetasi dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat menarik untuk diperhatikan.
Vegetasi Taman Nasional Baluran
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, jenis vegetasi utama di Baluran tentu dipengaruhi oleh kondisi wilayahnya yang mayoritas berupa sabana. Berdasarkan penelitian para ahli, telah ditemukan beberapa jenis tanaman asli dari kawasan satu ini yakni:
- Mimba (Azadirachta indica)
- Pilang (Acacia leucophloea)
- Widoro bukol (Ziziphus rotundifolia)
Di samping beberapa jenis tanaman endemik tersebut, ternyata ada lebih dari 444 jenis flora lainnya yang bisa Anda temukan di dalam kawasan taman nasional satu ini. Namun mayoritas tanaman yang ada di dalam taman nasional satu ini adalah:
- Api-api (Avicennia sp.)
- Asam jawa (Tamarindus indica)
- Gadung (Dioscorea hispida)
- Gebang (Corypha utan)
- Kemiri (Aleurites moluccana)
- Kendal (Cordia obliqua)
- Kepuh (Sterculia foetida)
- Salam (Syzygium polyanthum)
Tentunya masih banyak jenis tanaman lain yang bisa Anda temukan di dalam kawasan taman nasional satu ini. Namun sederetan nama di atas adalah tanaman mayoritas yang bisa Anda temukan dengan mudah di dalamnya.
Keanekaragaman Satwa di Taman Baluran
Selain berbagai jenis tanaman yang menarik, di dalam Taman Nasional Baluran ini juga terdapat berbagai jenis satwa baik yang dilindungi ataupun yang bisa dieksploitasi oleh masyarakat secara bertanggung jawab.
Berdasarkan informasi yang kami dapatkan di dalam kawasan Baluran ini terdapat 26 jenis mamalia, namun mamalia darat yang bisa dengan mudah Anda temukan adalah seperti di bawah ini:
- Ajag (Cuon alpinus javanicus)
- Banteng (Bos javanicus javanicus)
- Kancil (Tragulus javanicus pelandoc)
- Kerbau liar (Bubalus bubalis)
- Kijang (Muntiacus muntjak muntjak)
- Kucing bakau (Prionailurus viverrinus)
- Macan tutul (Panthera pardus melas)
- Rusa (Cervus timorensis russa)
Masih ada banyak mamalia lain yang memang jarang sekali memperlihatkan dirinya di dalam kawasan taman nasional satu ini. Namun banteng dianggap sebagai satwa ikonik dari taman nasional satu ini.
Di samping berbagai jenis mamalia di atas, terdapat juga berbagai jenis burung yang bisa Anda temukan di dalam Taman Nasional Baluran ini. Berdasarkan riset, ada lebih dari 155 spesies burung yang bisa Anda temukan di dalamnya.
Bahkan beberapa di antaranya merupakan burung langka. Adapun deretan nama burung tersebut adalah sebagai berikut ini:
- Ayam hutan merah (Gallus gallus)
- Bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus)
- Burung merak (Pavo muticus)
- Burung rangkong (Buceros rhinoceros)
- Kangkareng (Anthracoceros convexus)
- Layang-layang api (Hirundo rustica)
- Tuwuk asia (Eudynamys scolopacea)
Itulah keanekaragaman flora dan fauna yang bisa Anda temukan di dalam taman Baluran ini. Melihat keanekaragamannya yang begitu melimpah, tak heran kalau taman nasional satu ini banyak dikunjungi oleh para wisatawan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Namun tetap saja saat mengunjunginya Anda harus ditemani oleh para ahli karena di dalam kawasan wisata satu ini masih ada banyak sekali hewan buas yang berkeliaran.
Dibutuhkan penanganan dari ahli kalau seketika Anda bertemu dengan hewan buas seperti ini.
Pos Pengamatan di Taman Baluran
Di Taman Nasional Baluran sendiri terdapat beberapa jenis pos pengamatan. Pos-pos ini memang berfungsi untuk menjaga kelestarian berbagai jenis flora dan fauna di dalamnya.
Di sisi lain, pos pengamatan juga bisa menjaga resiko lain yang mungkin saja terjadi kepada para pengunjung.
1. Pos Pengamatan Batangan
Pada pos pengamatan batangan, Anda bisa melihat goa peninggalan Jepang. Pos satu ini juga sangat dekat dengan titik perkawinan dari burung merak. Namun Anda hanya bisa melihatnya pada bulan Oktober dan November saja. Pos satu ini merupakan pos informasi.
2. Pos Bekol dan Semiang
Pos lain yang bisa Anda temukan pada taman nasional satu ini adalah bekol dan semiang. Di dalamnya terdapat fasilitas pengamatan untuk merak, ayam hutan, kijang, rusa, banteng, burung dan kerbau liar. Di pos ini terdapat menara pandang, wisma tamu dan wisma para peneliti.
3. Pos Bama, Balanan dan Bilik
Pos lain yang bisa dikunjungi adalah Bama, Balanan dan Bilik. Di dalam pos satu ini Anda bisa melakukan wisata bahari dari mulai memancing, menyelam dan snorkeling. Di sini juga terdapat atraksi rusa dan kera abu-abu.
4. Pos Manting dan Air Kacip
Pos Manting dan Air Kacip terletak di bagian dalam taman Baluran. Pos satu ini merupakan pusat pengamatan terhadap habitat macan tutul.
5. Pos Popongan, Sejile, Sirontoh dan Kalitopo
Di deretan nama pos yang kami sebutkan di atas terdapat fasilitas untuk melihat berbagai jenis ikan hias di lautan dan naik sampan. Pos ini juga merupakan titik pemantauan berbagai jenis burung migran.
6. Pos Curah Tangis
Pos terakhir yang bisa Anda kunjungi adalah Curah Tangis. Di sini Anda bisa mendapatkan fasilitas panjat tebing dengan ketinggian 10 sampai 30 meter. Kemiringannya tidak terlalu ekstrim, hanya 85% saja.
Untuk Anda yang hendak berkunjung ke Taman Nasional Baluran, sangat kami rekomendasikan untuk datang pada bulan Maret sampai Agustus. Pada rentang waktu tersebut ada banyak flora dan fauna yang muncul di dalam kawasan Baluran.
Baca juga: Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi