Deskripsi: Pengertian dan Sejarah Tari Jaipong, asal daerah, makna dan pola gerakan.
Tari Jaipong merupakan kesenian rakyat Jawa Barat yang diciptakan oleh H. Suanda, dan dikembangkan Gugum Gumilar.
Jaipongan termasuk salah satu jenis tari kreasi baru. Jadi, tarian ini adalah hasil inovasi atau pengembangan gerakan tarian tradisional yang telah ada sebelumnya.
Dalam pertunjukan Jaipongan terdapat beberapa gerakan semangat, humoris, spontanitas, dan erotis yang tampak sederhana, namun indah dipandang.
Wajar saja jika Jaipong begitu populer, serta semakin banyak sanggar tari di berbagai daerah yang mengajarkan tarian ini di sanggarnya.
Daerah Asal Tari Jaipong
Apabila dilihat dari era awal lahirnya Jaipongan, dapat disimpulkan jika tarian ini berasal dari Kota Karawang, Jawa Barat.
Namun, dalam perkembangannya, Jaipong versi gubahan Gugum Gumelar lebih dikenal luas. Tidak mengherankan kalau masyarakat awam banyak yang salah paham.
Tari Jaipong dibawa ke Bandung oleh Seniman Gugum Gumbira dengan tujuan mengembangkan tarian tradisional dari Karawang.
Kreativitas Jaipongan hasil modifikasi Gugum memiliki ciri khas lebih fokus pada kesenian rakyat, seperti Ronggeng, Kliningan, dan Ketuk Tilu.
Makna Tari Jaipong
Jaipongan merupakan representasi sifat ramah, berani, enerjik, lincah, bertanggung jawab, mandiri, pantang menyerah, dan genit namun santun para perempuan Sunda.
Jadi, Jaipong hadir sebagai bentuk penolakan pada stereotip lama yang menyebutkan bahwa perempuan Sunda sangat malas.
Seperti diketahui, Jaipongan biasanya hanya dipentaskan oleh para wanita. Karena makna filosofis yang terkandung di dalamnya memang menggambarkan mengenai sifat wanita, khususnya dari etnis Sunda.
Jaipongan seolah menjadi lambang kelembutan dan keanggunan mereka.
Sejarah Tari Jaipong
Tari Jaipong merupakan hasil kreativitas seorang seniman bernama H. Suanda. Pada tahun 1976, H.
Suanda menciptakan sebuah tarian modifikasi yang menggabungkan beberapa gerakan tari klasik, seperti pencak silat, topeng banjet, wayang golek, ketuk tilu, dan lain sebagainya.
Hanya saja, pada saat itu karya tari yang dipertunjukan belum diberi nama Jaipongan.
Di masa awal, tarian ini dipentaskan dengan diiringi musik dari berbagai instrumen sederhana, seperti gendang, goong, ketuk, rebab, kecrek, dan juru kawih atau sinden.
Karena mengusung gerakan tari dan iringan musik yang unik, tidak butuh lama bagi Jaipongan untuk mendapatkan tempat di hati masyarakat.
Selanjutnya, tarian ini menjadi sebagai media hiburan bagi masyarakat di daerah asalnya, yaitu Karawang, dan mendapatkan apresiasi cukup besar.
Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Karawang, Jaipong merupakan tarian asli Karawang yang diciptakan pada tahun 1976, kemudian dibawa ke daerah Bandung oleh seniman terkenal, yaitu Gugum Gumilar, dan kemudian memodifikasi Jaipongan karya H. Suanda.
Uniknya, ternyata Jaipongan Bandung lebih terkenal dibandingkan versi aslinya.
Saat ini, Jaipong telah menjadi salah satu ikon dari kekayaan seni budaya Jawa Barat, dan semakin sering dipertontonkan di berbagai acara, seperti menyambut tamu, pesta perkawinan, kesenian, dsb.
Jaipongan era awal yang mulai dikenal masyarakat adalah, tari Rendeng Bojong, dan Daun Pulus Keser Bojong.
Di dalam masa perkembangannya, Jaipong berhasil melahirkan beberapa penari terkenal, seperti Yeti Mamat, Tatit Saleh, Pepen Dedi Kurniadi, dan Eli Somali.
Pola Lantai Tari Jaipong
Jaipongan memiliki 2 jenis pola lantai, yaitu:
1. Vertikal – Garis Lurus
Penari menari mengikuti pola garis vertikal, dari belakang ke depan, dan sebaliknya. Meskipun kesannya sederhana, namun garis lurus mempunyai penekanan cukup kuat.
2. Zig-Zag
Pada pertunjukan Jaipongan pola zig-zag yang dilakukan penari tampak sangat mencolok.
Zig-zag merupakan pola tidak beraturan, seperti huruf W & Z, yang menjadi salah satu ciri khas gerakan tarian Jaipongan yang memang tidak begitu terstruktur.
Gerakan Tari Jaipong
Penari Jaipong menampilkan gerakan-gerakan sederhana, namun tampak unik dan penuh semangat. Selain itu, tarian ini memiliki pola gerakan yang sangat khas.
Tidak mengherankan apabila penonton tarian tradisional suku Sunda ini tidak pernah surut meskipun zaman sudah semakin modern.
Jaipongan mengusung 4 macam gerakan, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Bukaan
Gerakan pembuka ketika pementasan tari Jaipong dimulai. Umumnya, penari akan menampilkan gerakan memutar dan memainkan selendang yang terkalung di leher.
Pada pembukaan, penari akan melakukan gerakan tersebut dengan sangat lemah gemulai.
2. Pencungan
Gerakan dengan tempo cepat diiringi dengan musik serta lagu berirama cepat pula.
Pencungan merupakan gerakan menari penuh semangat yang bisa membuat penonton merasa lebih antusias ketika menonton pertunjukan Jaipongan.
3. Ngala
Istilah ini mengacu pada gerakan patah-patah yang dilakukan penari. Biasanya menandakan pergantian dari titik satu ke titik berikutnya yang dilakukan secara cepat.
4. Mincit
Proses perpindahan dari suatu jenis gerakan untuk melakukan gerakan lain. Penari Jaipongan akan melakukan Mencit terlebih dahulu sebelum Ngala.
Sementara itu, penari Jaipongan juga dituntut untuk menguasai beberapa macam gerakan yang menjadi ciri khas dari tarian ini. Di bawah ini adalah gerakan dasar dari tari Jaipongan:
- Goyang: Gerak pinggul tanpa hentakan.
- Gitek: Gerakan mengayun pinggul dengan hentakan.
- Geol: Gerak fokus di area pinggul.
Properti Tari Jaipong
Dalam pementasan Jaipongan terdapat beberapa properti untuk menghidupkan suasana. Jadi, selain skill penari, perlengkapan properti atau atribut juga menjadi hal yang wajib dipenuhi.
Karena tidak bisa dipungkiri, bahwa ornamen yang digunakan menjadi salah satu ciri khas dari Jaipongan. Di bawah ini adalah beberapa properti Jaipongan:
1. Kostum
Busana yang dikenakan para penari Jaipong saat melakukan pertunjukan sebenarnya sangat beragam, karena menyesuaikan dengan konsep pementasan.
Namun, biasanya busana tersebut tetap mengandung unsur tradisional meskipun coraknya berbeda.
Jenis-jenis kostum Jaipong:
- Sinjang
Kain dengan model seperti celana panjang.
- Apok
Baju atasan para penari berupa kebaya untuk perempuan, dan kemeja berkancing berhiaskan corak bunga-bunga di beberapa sisi untuk penari pria.
- Sampur
Selendang panjang yang biasanya dikalungkan di leher para penari. sampur merupakan properti utama dalam Jaipongan, terutama karena sebagian besar gerakannya melibatkan Sampur.
2. Instrumen Musik
Dalam pertunjukan Jaipongan, tarian biasanya diiringi dengan permainan berbagai macam jenis alat musik tradisional khas Indonesia, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Gong
Instrumen musik yang dimainkan dengan cara dipukul dan akan menghasilkan suara dalam bentuk dentuman keras. Pada pementasan Jaipong, ada aturan hitungan memukul gong yang harus dikuasai oleh para musisi.
- Gendang
Alat musik yang berfungsi sebagai pemberi ketukan kepada penari. Gendang sendiri merupakan salah satu instrumen kesenian klasik khas Jawa Tengah dan Jawa Barat yang dimainkan dengan ditabuh dalam tempo cepat.
- Rebab
Instrumen pelengkap yang terdiri atas 3 buah senar. Rebab dimainkan dengan cara dipetik hingga menghasilkan irama tertentu.
- Kecrek
Perkuasi yang umum digunakan dalam pementasan kesenian Wayang Kulit. Kecrek menghasilkan suara khas berupa “Crek…crek…crek”, dan di pertunjukan Jaipongan Kecrek berfungsi untuk memberi aba-aba.
- Kecapi
Alat musik tradisional Sunda ini dimainkan dengan dipetik, dan menjadi ciri khas iringan Jaipongan ciptaan Gugum Gumbira.
Tari Jaipong merupakan tarian klasik yang menjadi ciri khas kebudayaan Sunda. Meskipun mengusung makna filosofis yang mencerminkan mengenai sifat perempuan.
Namun, seiring berkembangnya zaman, Jaipongan juga telah banyak dibawakan oleh penari pria.