Sejarah Tari Kecak, Asal Daerah, Makna dan Pola Gerakan

Deskripsi: Pengertian dan Sejarah Tari Kecak, asal daerah, makna dan pola gerakan.


Tari Kecak merupakan pertunjukan drama tari khas Bali yang mengisahkan cerita Pewayangan. Kecak juga dikenal dengan nama tari Api karena dalam atraksinya penari duduk melingkari api.

Tarian yang dilakukan oleh 50 – 70 orang pria ini seringkali dikaitkan dengan hal-hal berbau mistis.

Seperti diketahui, Kecak adalah salah satu kesenian tradisional Bali yang sudah sangat terkenal, dan selalu menjadi daya tarik wisatawan yang datang ke Bali.

Bahkan, tiket pertunjukan Kecak juga selalu ludes dalam waktu singkat, di mana sebagian besar penontonnya adalah turis mancanegara.

Makna Tari Kecak

Selain mengusung nilai artistik, faktanya tarian Kecak juga memiliki makna filosofis tersendiri. Di bawah ini adalah beberapa kesimpulan mengenai maksud penting yang terkandung dalam Kecak:

  • Pesan Moral

Dalam pertunjukan Kecak menghadirkan kisah yang mengandung pesan moral tinggi. Pesan tersebut dapat dilihat pada salah satu bagian, seperti seekor Burung Garuda yang mengorbankan sepasang sayapnya untuk menolong Dewi Shinta dari Rahwana.

  • Percaya Kepada Tuhan

Pada pementasan Kecak terdapat sebuah adegan yang mengisahkan Rama meminta pertolongan kepada Dewata. Sesi ini menunjukkan bahwa Rama percaya pada kekuatan Dewa sebagai penolongnya, dan manusia merupakan makhluk yang lemah.

  • Ritual Mengusir Penyakit

Tidak sedikit pihak yang meyakini bahwa Kecak merupakan ritual mendatangkan Dewi Suprabha untuk mengusir wabah penyakit, dan melindungi masyarakat Bali dari pengaruh kekuatan jahat.

  • Nilai Artistik

Meskipun Kecak tidak diiringi dengan bebunyian dari instrumen musik, namun tetap tidak mengurangi keindahan gerakan tarian ini, di mana penari yang berjumlah puluhan orang bergerak secara berirama sembari melantunkan kata “cak…cak…cak”.

Sejarah Tari Kecak

Tari Kecak diciptakan oleh seorang seniman Bali yang bernama Wayan Limbak di era tahun 1930-an.

Setelah itu, Limbak kemudian mulai memperkenalkan Kecak kepada para seniman di berbagai penjuru Nusantara, hingga mancanegara dengan bantuan pelukis Jerman, yaitu Walter Spies.

Disebutkan, bahwa penciptaan Kecak terinspirasi dari upacara Sanghyang serta berbagai bagian dalam kisah Ramayana.

Sanghyang merupakan budaya menari di mana tarian dilakukan oleh penari yang berada dalam kondisi tidak sadar dengan tujuan berkomunikasi dengan roh leluhur atau Tuhan.

Sedangkan nama Kecak diambil dari kata “cak…cak…cak” yang menjadi salah satu ciri khas dari tarian ini saat atraksi.

Di samping itu, bunyi gemerincing gelang kaki yang dikenakan penari juga menghasilkan suara unik, yang turut mempengaruhi penamaan tarian Kecak.

Dalam perkembangannya, Kecak tidak hanya difungsikan sebagai tarian sakral yang dipentaskan dalam acara adat tertentu saja.

Namun juga menjadi kesenian hiburan bernilai artistik dan begitu dikagumi oleh berbagai kalangan, mulai dari seniman hingga masyarakat awam.

Pola Lantai Tari Kecak

Tidak seperti tari klasik Indonesia lainnya, Kecak tidak memiliki banyak pola lantai saat proses menari. Pola lantai pada Kecak hanya sebuah garis lengkung dan kemudian membentuk sebuah lingkaran.

Jadi, penari akan duduk pada posisi melingkar dengan bagian tengahnya api unggun.

Pola dalam tarian Kecak memiliki makna filosofis tersendiri, yaitu kebersamaan, kekompakan, serta kerukunan. Bukan hanya itu, Kecak juga sangat kental akan ritual keagamaan.

Tari Kecak Bali

Tari kecak. Foto: Getty Images/dislentev

Gerakan Tari Kecak

Pertunjukan tari Kecak umumnya dibuka dengan pembakaran dupa, kemudian rombongan penari memasuki area panggung sambil meneriakkan kata “cak…cak…cak”.

Setelah itu, penari membentuk formasi dalam posisi melingkar, di mana bagian tengah dipakai untuk menari.

Pementasan Kecak memerankan lakon dalam cerita pewayangan, yaitu Ramayana, dengan tokoh-tokohnya, yaitu Rahwana, Shinta, Rama, dsb.

Karena gerakan yang diusung tidak diharuskan terpaku pada teks, maka penari dapat bergerak lebih luwes dan dinamis.

Di samping itu, tarian ini biasanya juga dibawakan dengan beragam gerakan atraktif, seperti bermain api. Tidak heran jika pertunjukan Kecak sangat kental aura mistis.

Apalagi, performance Kecak juga tidak jarang diadakan di sebuah tanah lapang yang di setting dengan pencahayaan minim.

Di bawah ini adalah 4 lakon atau adegan dalam tarian Kecak:

  1. Adegan I: Shinta diculik Rahwana ketika Rama berburu hewan di hutan.
  2. Adegan II: Mengisahkan burung Garuda yang hendak menolong Dewi Shinta tapi gagal sebab sayapnya ditembak hingga putus oleh Rahwana.
  3. Adegan III: Rama dan Laksamana tersesat di sebuah hutan, kemudian Hanoman diminta menyelamatkan Shinta.
  4. Adegan IV: Hanoman membakar Alengka dan menenangkan Shinta sembari menunggu datangnya pertolongan Rama.

Pertunjukan Tari Kecak

Pertunjukan Kecak tidak diikuti dengan penggunaan alat musik pengiring. Satu-satunya bunyi yang mengiringi adalah kata “cak” yang diucapkan secara berulang-ulang oleh penari sembari mengangkat tangan.

Puluhan penari tersebutlah yang menciptakan musik akapela dari kata “cak”.

Selain itu, ada juga suara gemerincing dari ornamen yang dipakai di bagian kaki penari, khususnya yang memainkan peran dalam adegan Ramayana.

Jadi, biasanya penari lain yang menjadi pengiring tidak mengenakan kerincingan tersebut.

Dalam pementasan Kecak, terdapat seseorang yang ditunjuk sebagai leader untuk mengucapkan bagian nada awal.

Ada juga penari lain yang diberi tugas memberikan tekanan nada tinggi atau rendah, lalu seorang penari lain yang menjadi dalang untuk mengisahkan cerita.

properti tari kecak

kompas.com

Properti

Atraksi tari Kecak dilakukan dengan dukungan sejumlah properti, termasuk keberadaan bara api yang nantinya diinjak oleh penari tanpa menggunakan alas kaki.

Berikut di bawah ini adalah beberapa properti yang dibutuhkan dalam pertunjukan Kecak:

1. Kostum

Penari Kecak biasanya mengenakan kostum atau busana sesuai lakon atau sosok yang diperankan. Biasanya, kostum tersebut sama dengan pakaian Wayang Wong Bali.

Sedangkan penari pengiring hanya memakai celana hitam seta kain kotak-kotak hitam putih.

2. Selendang

Selendang dengan motif kotak-kotak warna hitam dan putih seperti papan catur dikenakan sebagai bawahan oleh penari pengiring.

Kain tersebut merupakan lambang dari konsep Rwa Bhineda yang memang sangat identik dengan penggunaan hitam–putih.

3. Gelang Kerincing

Aksesoris kerincing pada gelang kaki dan tangan akan menghasilkan suara cukup keras sehingga terdengar seperti iringan musik.

Namun, gelang tersebut hanya dikenakan oleh pria yang memerankan tokoh dalam kisah Ramayana.

4. Topeng

Saat tarian Kecak berlangsung, penari yang memerankan sosok Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa akan memakai topeng dengan karakter khas tokoh-tokoh tersebut.

5. Bunga Kamboja

Di kalangan masyarakat Bali, bunga kamboja merupakan lambang sari kebaikan dan membawa pencerahan. Tidak heran kalau sering dipakai di dalam berbagai ritual serta upacara.

Dalam tarian Kecak, kamboja diselipkan di salah satu bagian telinga para penari.

6. Bara Api

Properti wajib yang tidak boleh ketinggalan dalam pertunjukan Kecak adalah bara api. Nantinya, bara menyala tersebut akan diinjak oleh kaki telanjang para penari.

Meskipun begitu, biasanya penari tidak akan terluka atau merasa sakit.

7. Tempat Sesaji

Pulau Bali sangat identik dengan berbagai ritual, baik itu adat maupun keagamaan. Begitu pula dalam atraksi Kecak, di mana tempat sesajen juga tidak ketinggalan.

Sesaji diyakini dapat menjadi tolak bala serta mendatangkan keberuntungan.

Nama tari Kecak sudah sangat populer di kalangan masyarakat lokal hingga internasional. Salah satu tempat penyelenggaraan Kecak yang selalu dipadati turis adalah Pura Uluwatu, Bali.

Biasanya, tiket untuk menonton tarian yang dibawakan secara massal ini selalu sold out dalam sekejap.

Baca juga: Suku Bali dan Kebudayaannya

Terimakasih sudah berkunjung dan membaca artikel ini.

Klik star berikut untuk memberikan dukungan pada kami 😀

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

By continuing to use the site, you agree to the use of cookies. more information

The cookie settings on this website are set to "allow cookies" to give you the best browsing experience possible. If you continue to use this website without changing your cookie settings or you click "Accept" below then you are consenting to this.

Close