Sejarah Tari Janger, Makna, Pola Lantai, Gerakan dan Propertinya

Deskripsi: Pengertian dan sejarah Tari Janger, daerah asal, makna, pola lantai, gerakan, dan propertinya.


Bali merupakan salah satu destinasi wisata yang menyuguhkan berbagai panorama alam yang indah dan eksotis.

Bali juga memiliki menyimpan beragam kesenian budaya yang unik dan menarik, salah satunya kesenian tari Janger.

Sedikit berbeda dari tarian tradisional lainnya, tarian Janger ini memiliki gaya yang lebih modern.

Untuk mengetahui sejarah, makna, gerakan, dan properti yang digunakan dalam pementasan Janger, Anda bisa menyimak ulasan berikut ini.

Daerah Asal Tari Janger

Janger merupakan salah satu tari pergaulan yang berasal dari Pulau Bali. Tarian ini biasanya dibawakan secara berkelompok sekitar 10 sampai 16 orang.

Tarian ini biasanya dibawakan oleh penari wanita dan penari pria secara berpasangan.

Ada beberapa ragam tarian Janger yang terdapat di Pulau Dewata ini. Setiap tarian Janger yang berkembang di beberapa daerah di Pulau Bali ini memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing.

Berikut ini jenis-jenis tarian Janger yang berkembang di Bali:

  • Tarian Janger yang berkembang di daerah Tabanan biasanya akan dilengkapi dengan penampilan Dag. Dag adalah penari yang berperan memberi komando kepada penari lainnya dan improvisasi gerakan dengan mengenakan pakaian seperti Jenderal Belanda.
  • Tarian Janger Maborbor merupakan kesenian Janger yang berkembang di Bangli, tepatnya di desa Metra dengan ciri khas adegan kerauhan (kesurupan) pada bagian akhir pementasan tari.
  • Tarian Janger Gong yang berkembang di Badung, tepatnya di desa Sibang. Kesenian Janger ini diiringi dengan gong kebyar.
  • Tarian Janger yang dibawakan oleh para tunawicara di desa Bulian, Buleleng.

Keunikan dari tarian ini terletak pada nyanyian yang dibawakan oleh penari wanita dan pria secara bersahut-sahutan.

Untuk tema lagunya yaitu tentang pergaulan anak remaja yang ceria dan penuh semangat seperti cara berkenalan, saling menanyakan identitas, kisah asmara, dan rayuan.

Makna Tarian Janger

Sesuai dengan tema lagu iringannya, tarian Janger memiliki makna kebahagiaan dan keceriaan tentang kehidupan dan pergaulan anak remaja.

Pada awal mulanya, tarian ini tercipta dari para petani kopi yang bernyanyi secara bersahut-sahutan dan saling menghibur untuk mengusir rasa lelah.

Seiring dengan perkembangannya, tarian ini memiliki makna yang berbeda-beda. Tarian ini juga disajikan dalam bentuk drama tari yang dikenal dengan sebutan Janger Berkisah.

Drama tari ini mengangkat kisah tentang Arjuna Wiwaha, Sunda Upasunda, dan tokoh lainnya.

Tarian ini juga dijadikan sebagai ajang perkenalan bagi pemuda dan pemudi antara desa yang satu dengan desa lainnya.

Karena ada banyak komunitas yang mengembangkannya, tarian ini memiliki banyak variasi yang sudah dipengaruhi oleh gaya dan ciri khas dari masing-masing komunitas.

Sejarah Tarian Janger

Tari Janger merupakan kesenian tari khas Bali yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1920-an.

Tarian ini pertama kali muncul di daerah Bali Utara yang berawal dari para petani kopi yang bernyanyi secara bersahut-sahutan untuk menghibur dan melepas lelah setelah seharian bekerja.

Dari bentuk yang sederhana ini, nyanyian ini mulai dikembangkan menjadi kesenian tari rakyat yang dipentaskan di berbagai acara.

Tarian ini memiliki nuansa yang gembira dan ceria sesuai dengan kehidupan masyarakat yang membawanya.

Ada pula sumber lain yang mengatakan bahwa sejarah lahirnya tarian Janger ini berawal dari perkembangan tari Sanghyang yang muncul sekitar abad ke-20.

Sebagai tarian rakyat, perkembangan kesenian ini sangatlah pesat dan sudah menyebar di hampir seluruh wilayah Bali.

Sejarah perkembangan tarian ini juga diwarnai dengan terjadi pergolakan politik.

Sekitar tahun 1960-an, tarian Janger difungsikan sebagai media untuk kampanye bahkan diracuni oleh permasalahan politik yang terlihat dari munculnya Janger PKI dan Janger PNI.

Hal ini kemudian memunculkan pertentangan dan perselisihan di antara masyarakat Bali. Kemudian Janger menghilang setelah terjadinya peristiwa G30S/PKI pada tanggal 30 September.

Masyarakat Bali pernah merasa trauma dengan tarian Janger karena seolah-olah menggambarkan sisi buruk dari budaya Bali.

Kesenian tari ini mulai muncul kembali pada masa Orde Baru. Namun, lagi-lagi tarian ini dijadikan sebagai corong politik yaitu politik pembangunan.

Kemudian sekitar tahun 1970, tarian Janger mulai populer kembali di kalangan masyarakat Bali sebagai tarian pertunjukan.

Pemerintah daerah Bali bahkan ikut mempopulerkan tarian ini sebagai tarian pembuka untuk berbagai macam acara atau kegiatan misalnya festival budaya, kampanye anti narkoba, pemilihan umum, dan lain sebagainya.

Makna Tari Janger

smkn5denpasar.sch.id

Pola Lantai Tari Janger

Dalam pementasannya, tarian Janger menggunakan kombinasi antara pola lantai garis lurus horizontal dan pola lantai garis lengkung.

Tarian ini biasanya dibawakan secara berkelompok yaitu sekitar 10 sampai 16 penari laki-laki dan penari wanita yang berpasang-pasangan.

Tarian yang dikenal sebagai tarian pergaulan ini memiliki ragam gerak yang dinamis dengan nuansa riang dan gembira.

Hal ini tentunya tidak lepas dari makna yang terkandung di dalam tarian Janger sebagai tarian pergaulan anak-anak remaja mulai dari perkenalan hingga kisah asmara remaja.

Dalam pementasannya, ada 5 bagian atau bentuk penyajiannya. Berikut ini bentuk penyajian tarian Janger beserta penjelasannya.

1. Pembukaan

Bagian ini akan menampilkan iringan tari dengan tabuhan pembukaan yang dihasilkan dari seperangkat gamelan seperti ceng-ceng, klenang, kendang, suling, kenong, rebana, dan kajar.

2. Pepeson

Bagian ini akan diawali dengan nyanyian dan gerakan tari secara bersamaan antara penari Kecak dengan penari Janger dengan membentuk formasi di gapura tempat pementasan tari.

Penari dibagi menjadi 2 barisan dalam posisi duduk yang disusul dengan masuknya penari Kecak dengan formasi saling berhadapan.

Formasi yang dibentuk oleh penari yaitu garis segi empat dengan posisi para penari menghadap ke dalam arena tari.

3. Penjangeran

Bagian ini semua penari akan melakukan gerakan tari sambil bernyanyi secara bersahut-sahutan dengan gembira dan penuh semangat.

Para penari Kecak akan berpindah tempat dan duduk di hadapan penari Janger, kemudian membentuk dua barisan di sisi arena tari.

4. Lakon

Lakon merupakan bagian yang berisi kisah-kisah tokoh Arjuna Wiwaha, Sunda Upasunda, Gatotkaca Sraya, dan tokoh lainnya.

Pada bagian ini, para penari Janger dan Kecak akan berperan seolah-olah sebagai penonton biasa.

5. Penutup

Bagian penutup ini biasanya diisi dengan nyanyian permohonan maaf dan selamat tinggal kepada para penonton.

Untuk gerakan pada bagian penutup ini, para penari Janger akan menggunakan gerakan klasik khas Bali seperti cerminan dari gerakan tari Topeng, Jauk, Baris, atau Arja.

Gerakan Tari Janger

kilasbali.com

Gerakan Tarian Janger

Dalam membawakan tarian Janger, para penari akan menggunakan gerakan-gerakan tari khas Bali klasik.

Meskipun didominasi dengan posisi berdiri, sesekali para penari juga akan melakukannya dalam posisi duduk bersimpuh atau bersila.

Berikut ini beberapa contoh ragam gerak dalam tari Janger:

  • Mungkah lawing
  • Ngagem kanan
  • Ngagem kiri
  • Ngeseh bawah
  • Nyelegog
  • Nguluh wangsul
  • Ngelikas
  • Ngengot
  • Ulap-ulap

Properti Tarian Janger

Dalam pementasan tari, para penari Janger akan mengenakan kostum dan properti khusus dengan dominasi warna emas.

Properti untuk penarinya yaitu gelungan janger, kain, sabuk, badong gelang kanan, ompak-ompak, dan oncer. Para penari juga akan membawa kipas sebagai properti tambahan.

Dari penjelasan mengenai tari Janger di atas, Anda bisa menjadikannya sebagai referensi dan tambahan pengetahuan seputar budaya Indonesia, khususnya kesenian tari asal Bali.

Sebagai salah satu kekayaan budaya, tarian Janger harus terus dijaga dan dilestarikan.

Terimakasih sudah berkunjung dan membaca artikel ini.

Klik star berikut untuk memberikan dukungan pada kami 😀

Average rating 5 / 5. Vote count: 1

By continuing to use the site, you agree to the use of cookies. more information

The cookie settings on this website are set to "allow cookies" to give you the best browsing experience possible. If you continue to use this website without changing your cookie settings or you click "Accept" below then you are consenting to this.

Close