Sejarah Tari Serimpi, Asal Daerah, Makna dan Pola Gerakan

Deskripsi: Pengertian dan Sejarah Tari Serimpi, asal daerah, makna dan pola gerakan.


Tari Serimpi merupakan salah satu jenis tarian Jawa klasik yang berasal dari tradisi Kesultanan Mataram, dan terus dilestarikan hingga saat ini.

Bahkan, tarian ini telah dikembangkan dan dimodifikasi oleh para penguasa Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta, serta para seniman.

Penyajian Serimpi memiliki ciri khas berupa gerakan gemulai yang menjadi lambang dari kesopanan, akhlak luhur, dan kelemahlembutan.

Hal ini dapat dilihat dari lakon tarian yang anggun dan pelan dengan iringan irama musik gamelan khas Jawa Tengah.

Sejarah Tari Serimpi

Daerah Asal Tari Serimpi

Serimpi atau Srimpi merupakan penyajian tari Jawa Klasik yang berasal dari era Kesultanan Mataram.

Hingga kerajaan Mataram terpecah menjadi dua bagian, menjadi Kesultanan Yogyakarta, dan Kesultanan Surakarta, tarian bermuatan nilai-nilai sakral ini masih tetap dilestarikan.

Makna Tari Serimpi

Tari Serimpi memiliki makna sebagai nilai-nilai yang luhur, yakni agar manusia dapat melawan serta mengontrol hawa nafsunya.

Selain itu, gerakan dalam tarian ini juga mengajarkan supaya setiap orang menerapkan perilaku yang mengandung ajaran kebaikan dan kesejahteraan.

Selain itu, tarian ini juga melambangkan keanggunan dan kelembutan perempuan Yogyakarta.

Karena Serimpi merupakan gambaran karakter wanita Jawa, di mana wanita Jawa wajib memiliki perilaku lembut serta tutur kata yang halus.

Secara umum, tari Serimpi dikategorikan atas beberapa jenis, di mana masing-masing jenis memiliki makna serta filosofi tersendiri sesuai dengan lakon yang diceritakan.

Contohnya, tari Serimpi Padhelori yang mengisahkan tentang kesedihan dari cinta segitiga.

Sejarah Tari Serimpi

Tari Serimpi telah ada sejak masa kekuasaan Kerajaan Mataram. Tepatnya saat era pemerintahan Sultan Agung di tahun 1613 M – 1646 M.

Di era awal, tarian ini diberi nama Serimpi Sangopati, yang berarti Calon Pengganti Raja. Tapi Serimpi juga bisa diartikan sebagai perempuan.

Sejak zaman dahulu, tarian ini telah memiliki posisi istimewa di berbagai keraton Jawa. Terutama karena bersifat sakral, dan menjadi lambang kekuasaan para raja dari era Jawa Hindu.

Meskipun tarian ini tidak sesakral tarian Bedhaya, di mana setiap pementasannya membutuhkan sesajen.

Mengutip dari buku berjudul “Pembelajaran Seni Tari di Indonesia & Mancanegara”, dituliskan bahwa tari Serimpi hanya diperbolehkan untuk ditampilkan di area keraton karena dianggap memiliki tingkat kesakralan setara dengan benda atau pusaka milik para raja-raja.

Bukan hanya itu, tarian klasik ini juga hanya diselenggarakan pada acara-acara tertentu, seperti kenaikan tahta Sultan dan kenegaraan.

Penarinya juga dipilih secara hati-hati oleh kalangan keluarga kerajaan. Jadi, bisa dipastikan kalau penari beruntung saja yang bisa membawakannya.

Namun, seiring berjalannya waktu, tarian ini mulai diajarkan kepada masyarakat umum, dan mulai ditampilkan di berbagai sanggar tari di Nusantara.

Selain itu tari Serimpi juga telah mengalami berbagai modifikasi, baik itu dari segi busana yang digunakan, maupun durasi menari.

Tari Serimpi Jogja

bpad.jogjaprov.go.id

Pola Lantai Tari Serimpi

Tari Serimpi dibawakan dengan mengaplikasikan beberapa pola lantai, seperti garis lurus dan horizontal, di mana para penari membentuk formasi berbasis sejajar lurus tanpa berpindah.

Kedua pola lantai tersebut sangat cocok dengan tempo dan gerakan tarian Serimpi yang gemulai.

Gerakan Tari Serimpi

Pertunjukan tari Serimpi sangat identik dengan tempo serta gerakan halus.

Gerakan bertempo lambat tersebut seolah telah menjadi ciri utama dari tarian ini, di mana sebagian anggota tubuh digerakkan secara harmonis.

Jadi, makna yang terkandung dapat dimengerti oleh penonton.

Berikut ini adalah gerakan dasar dari tari Serimpi:

  • Maju Gawang

Gerakan saat penari berjalan memasuki arena pertunjukan.

Maju gawang juga dikenal dengan nama kapang-kapang, di mana penari harus berjalan belok kanan atau kiri sesuai pola lantai yang diinginkan. Gerakan ini diakhiri posisi duduk bersiap.

  • Pokok

Ini merupakan gerakan inti ketika penari menampilan lakon sesuai dengan alur cerita tarian yang akan disampaikan.

Apabila tarian ini mengisahkan mengenai peperangan, maka atribut dalam pertunjukan yang dibutuhkan adalah keris.

  • Mundur Gawang

Dalam tarian Serimpi, Mundur Gawang diartikan sebagai penutupan pertunjukan tari. Gerakan ini dilakukan pada akhir pementasan. Tepatnya saat penari keluar dari panggung.

Tari Serimpi

pariwisataindonesia.id

Properti Tari Serimpi

Tari Serimpi merupakan tarian tradisional yang cukup populer di Indonesia.

Dalam pementasannya, tarian ini juga menggunakan berbagai macam properti yang berfungsi untuk memperindah tampilan penari, atau melambangkan maksud tertentu guna ditunjukkan kepada para penonton.

Berikut di bawah ini adalah beberapa properti utama yang sering digunakan dalam pertunjukan Serimpi:

1. Busana Atasan (Dodotan)

Di era awal, umumnya penari Serimpi mengenakan busana atasan berupa baju pengantin putri Keraton Yogyakarta.

Namun, perkembangan zaman berkontribusi terhadap perubahan atasan penari. Saat ini, biasanya penari memakai atasan tanpa lengan berwarna hitam.

2. Mekak

Pakaian atasan tambahan dengan beragam pilihan warna, biasanya menyesuaikan dengan jenis tarian, latar belakang, maupun tujuan penyelenggaraan tari Serimpi.

Penggunaan mekak juga bisa diganti dengan rompi, tergantung pada kondisi pertunjukan.

3. Jarit

Kain panjang bermotif batik (umumnya motif parang). Jarit atau jarik merupakan identitas dari Suku Jawa.

Corak batik yang dipilih juga tidak boleh sembarangan, karena didasarkan pada maknanya. Sementara itu, motif parang adalah corak batik tertua di Nusantara.

4. Sampur

Kain berbentuk persegi panjang dengan hiasan manik-manik berenda ini adalah properti pelengkap baju yang terbuat dari bahan payet dan mote.

Warna sampur yang paling sering digunakan dalam pertunjukan adalah hijau.

5. Stagen

Dalam tarian tradisional, stagen seolah sudah menjadi properti yang wajib ada. Stagen difungsikan sebagai sabuk untuk mengencangkan kain di bagian pinggang supaya tidak melorot.

Stagen biasanya dibuat dari kain tenun tebal yang ditenun secara manual.

6. Slepe

Pelengkap busana atasan penari yang difungsikan sebagai ikat pinggang.

Slepe merupakan kain persegi panjang berwarna keemasan di bagian tengah sehingga mirip blumbangan. Warna dasar slepe yang selalu digunakan adalah merah.

7. Totokan

Pasangan slepe yang berfungsi sebagai kancing slepe saat diikatkan di bagian pinggang penari Serimpi. Totokan berwarna kuning keemasan, dan dipasang pada pusar.

8. Selendang

Bagi penari Serimpi, selendang merupakan properti yang wajib dipakai. Selendang adalah kain panjang bermotif batik di bagian ujung kain.

Umumnya, selendang yang dikenakan mempunyai warna cerah, yaitu merah bercorak putih.

9. Aksesoris

Properti aksesoris yang dikenakan penari Serimpi terbilang sangat kompleks. Dalam pertunjukan Serimpi, biasanya penari memakai aksesoris sebagai berikut:

  • Sanggul berbentuk oval atau bulat.
  • Hiasan kepala dari bulu-bulu burung kasuari.
  • Kokart seperti bunga dari bahan pita.
  • Cunduk menthul dengan bentuk seperti bunga.
  • Gelang yang terbuat dari bahan logam atau batu mulia.
  • Kalung etnik dari material batu mulia atau logam.
  • Anting-anting panjang rumbai dari bahan, seperti manik-manik, logam, dsb.

10. Senjata Tradisional

Tarian Serimpi sangat erat kaitannya dengan penggunaan berbagai atribut senjata tradisional, seperti keris, tombak, jembeng, dsb.

Senjata yang dipakai menyesuaikan dengan jenis tarian yang dipentaskan dalam pertunjukan.

Tari Serimpi termasuk salah satu tarian klasik paling tua yang berasal dari era Jawa Hindu, namun masih tetap dilestarikan hingga sekarang.

Meskipun awalnya merupakan tarian sakral, namun saat ini pertunjukan Serimpi sudah mulai dipentaskan secara umum sebagai hiburan bagi masyarakat.

Terimakasih sudah berkunjung dan membaca artikel ini.

Klik star berikut untuk memberikan dukungan pada kami 😀

Average rating 0 / 5. Vote count: 0

By continuing to use the site, you agree to the use of cookies. more information

The cookie settings on this website are set to "allow cookies" to give you the best browsing experience possible. If you continue to use this website without changing your cookie settings or you click "Accept" below then you are consenting to this.

Close