Macam-Macam Teori Pembentukan Tata Surya

Teori Pembentukan Tata Surya – Alam semesta memang menyisakan sejuta misteri dan pertanyaan yang tidak seorang pun dapat memastikan kapan terbentuknya.

Termasuk tata surya yang merupakan bagian kecil dari alam semesta, para peneliti telah memaparkan aneka macam teori pembentukan tata surya.

Teori-teori tersebut tidak bisa dibilang pasti benar, karena memang tidak ada yang tahu dengan betul mengapa dan bagaimana tata surya terbentuk.

Namun, tentunya teori-teori tersebut dikemukakan dengan berbagai alasan dan bukti yang melandasinya.

teori pembentukan tata surya alam raya bintang planet

Images by GuillaumePreat

8 Teori Pembentukan Tata Surya

Meskipun ada banyak teori mengenai pembentukan tata surya yang pernah dikemukakan oleh para ahli, setidaknya terdapat 8 teori terkenal yang bisa dipelajari.

Adapun teori yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Teori Kabut (Nebula)

Teori kabut atau nebula merupakan sebuah teori terbentuknya tata surya yang dikemukakan oleh seorang filsuf ternama bernama Immanuel Kant.

Tak hanya berkutat dengan ilmu filsafat, ia juga ahli dalam bidang ilmu lainnya, seperti fisika, geologi, hingga ilmu astronomi.

Melalui bukunya yang berjudul “The Universal Natural History and Theories of the Heavens” Kant menjelaskan teori kabut ini.

Menurutnya, tata surya terbentuk dari kabut dan gas di angkasa yang berputar lambat serta membentuk cakram datar dengan inti massa yang dimilikinya.

Inti massa tersebut memiliki beberapa bagian, yakni bagian tengah yang bersuhu tinggi kemudian membentuk matahari sebagai pusatnya.

Sedangkan inti massa di bagian pinggirnya memiliki suhu yang terus mengalami penurunan dan secara perlahan membentuk planet yang mengitari inti tengahnya.

Rupanya tidak hanya Kant saja yang mengemukakan teori kabut ini, seorang astronom asal Perancis bernama Pierre Simon De Laplace justru mengatakan bahwa kabut gas yang menjadi cikal bakal tata surya berputar cepat dengan suhu yang sangat tinggi.

Karena kecepatan putarnya yang tinggi tersebut, aneka bola gas terlempar ke sekelilingnya.

Bola gas tersebut lama kelamaan menjadi planet dan sumber bola panas tersebut kemudian menjadi matahari sebagai pusat peredaran planet-planet di sekelilingnya.

2. Teori Awan Debu

Teori awan debu yang dikemukakan oleh Carl Friedrich von Weizsäcker serta kemudian mengalami penyempurnaan oleh Gerard Peter Kuiper hampir sama dengan teori kabut atau nebula.

Kedua teori ini menyebutkan bahwa tata surya berasal dari gas dan debu yang berkumpul. Gas tersebut kemudian berputar layaknya cakram dan berubah bentuk menjadi matahari yang dikelilingi planet-planet.

Namun, keduanya memiliki perbedaan pengertian pada proses pembentukan planet dan matahari tersebut. Pada teori awan debu menyebutkan bahwa kumpulan gas dan debu tersebut mengalami pemampatan.

Proses pemampatan tersebut menyebabkan pusat awan menarik partikel debu dan membentuk bola yang lama kelamaan menjadi cakram.

Partikel dalam cakram tersebut yang ada di bagian tengah mengalami penekanan satu sama lainnya hingga timbul panas dan berpijar. Bagian yang panas dan berpijar itulah kemudian menjadi matahari sebagai pusat tata surya.

Sementara itu, bagian luar cakram mengalami perputaran dengan kecepatan yang tinggi hingga bagian tersebut saling terpental menjadi gumpalan dengan ukuran yang lebih kecil dari bagian tengah.

Gumpalan itulah yang kemudian akan menjadi planet-planet.

Baca juga: Macam-Macam Planet dalam Sistem Tata Surya

3. Teori Planetesimal

Pada tahun 1905, Forest R. Moulton dan Thomas C. Chamberlin mengemukakan pendapat mereka mengenai teori planetesimal.

Dalam teori ini disebutkan bahwa matahari sebagai pusat tata surya memang sudah ada terlebih dahulu.

Kemudian di suatu masa terdapat bintang besar seukuran matahari yang orbitnya dekat dengan matahari. Akibat dari besarnya gaya gravitasi yang dimiliki bintang tersebut, beberapa partikel matahari ikut tersedot keluar.

Terdapat partikel yang tersedot namun tidak terlalu jauh jaraknya dengan matahari, akibatnya partikel tersebut tersedot kembali bersatu dengan matahari.

Sedangkan ada juga partikel yang tersedot keluar jauh dari matahari dan akhirnya hanya mengapung di angkasa.

Partikel yang mengapung tersebut lama kelamaan menjadi satu dengan yang lainnya dan mengalami penurunan suhu hingga mengeras menjadi planet-planet.

4. Teori Pasang Surut

Teori pasang surut merupakan teori yang hampir sama dengan teori planetesimal, yakni sama-sama mengemukakan bahwa matahari memang sebelumnya sudah ada di angkasa sebagai bintang.

Namun, pada teori pasang surut tidak dijelaskan pembentukan planet karena tertariknya partikel matahari.

Dalam teori ini disebutkan bahwa bintang besar yang mengorbit dekat matahari membawa gelombang pasang gas-gas panas dari matahari.

Gelombang pasang tersebut kemudian masuk ke bintang besar lalu terjadi saling tarik dengan gravitasi matahari.

Akibat dari saling tarik menarik tersebut, sebagian gas-gas panas masuk kembali ke matahari dan yang lainnya terpecah menjadi partikel yang nantinya akan berubah menjadi planet.

Peristiwa tarik menarik gas panas itulah yang melandasi dinamakannya teori pasang surut, karena memang bentuknya sama.

5. Teori Bintang Kembar

Teori bintang kembar yang dikemukakan oleh Raymond Arthur Lyttleton pada tahun 1956 dinilai cukup unik dibandingkan dengan teori-teori sebelumnya.

Ia menyebutkan bahwa terdapat bintang raksasa kembar di luar angkasa sebelum sebuah galaksi terbentuk.

Suatu ketika terdapat bintang lain yang menabrak salah satu dari bintang kembar tersebut, sehingga kedua bintang yang bertabrakan tersebut mengalami kehancuran.

Bintang-bintang yang hancur tersebut terpecah dan mengapung di angkasa.

Pecahan bintang yang mengapung tersebut pada akhirnya mengorbit ke bintang yang masih tersisa atau tidak tertabrak.

Bintang yang masih tersisa itulah yang dinamakan dengan matahari dan pecahan bintang yang mengorbit tersebut yang disebut dengan planet.

6. Teori Awan Antar Bintang

Seorang astronom asal Soviet bernama Otto Schmidt pada tahun 1943 mengemukakan sebuah teori pembentukan tata surya yang dinamakan dengan Interstellar Cloud Theory.

Teori ini menyebutkan bahwa matahari telah melewati awan materi yang bersifat padat. Pada saat melewati awan tersebut, materi yang ada tertarik dan membentuk cakram di area sekitar matahari.

Materi-materi yang mengorbit matahari tersebut lama kelamaan berubah menjadi planet yang dikenal seperti sekarang ini.

Teori ini merupakan teori yang menjadi inspirasi bagi lahirnya teori-teori lain karena mengalami modifikasi dan kombinasi, seperti Lyttleton yang memodifikasinya menjadi mirip dengan teori planetesimal.

7. Teori Supernova

Teori supernova sedikit mirip dengan teori bintang kembar yang dikemukakan Raymond Arthur Lyttleton. Dalam teori ini, salah satu bintang mengalami ledakan besar atau supernova dan yang lainnya menjadi matahari.

Ledakan yang cukup kuat tersebut mengakibatkan sebagian besar massa bintang terlontar hingga keluar sistem tata surya.

Sebagian kecil massa yang masih tersisa berubah menjadi planet-planet beserta satelitnya, sehingga ukurannya jauh lebih kecil dari matahari sebagai pasangan sebelumnya.

Namun, model mekanisme ledakan bintang tersebut belum tuntas, baik dari segi komposisi hingga distribusi materinya sehingga masih diragukan, terutama karena belum sesuai dengan keadaan yang terjadi sekarang ini.

8. Teori Big Bang

Pada tahun 1920-an, kosmolog Abbe Lemaitre mengusulkan teori pembentukan tata surya yang menarik.

Teori Big Bang menjelaskan bahwa alam semesta bermula dari sebuah gumpalan superatom yang tak terbayangkan, mirip dengan bola api raksasa dengan suhu mencapai 10 miliar hingga 1 triliun derajat Celsius.

Sekitar 15 miliar tahun yang lalu, gumpalan superatom itu meledak dalam sebuah ledakan dahsyat. Akibatnya, materi tersebar membentuk awan dan hidrogen.

Seiring berjalannya waktu, debu dan hidrogen ini berkumpul dan membentuk bintang-bintang dengan beragam ukuran setelah ratusan tahun.

***

8 teori pembentukan tata surya di atas memang belum bisa dibuktikan hingga saat ini, baik dari segi teori itu sendiri maupun dari segi pengamatan terhadap kondisi sekarang. Namun teori Big bang yang hingga kini di yakini paling kuat kebenarannya.

Dengan demikian, teori di atas bisa menjadi pembelajaran bahwa tata surya sebagai bagian dari alam semesta memang patut disyukuri.

Terimakasih sudah berkunjung dan membaca artikel ini.

Klik star berikut untuk memberikan dukungan pada kami 😀

Average rating 5 / 5. Vote count: 974

By continuing to use the site, you agree to the use of cookies. more information

The cookie settings on this website are set to "allow cookies" to give you the best browsing experience possible. If you continue to use this website without changing your cookie settings or you click "Accept" below then you are consenting to this.

Close