Pengertian, Ciri, Kegunaan dan Contoh Pantun Jenaka

Contoh Pantun Jenaka

Pengertian Pantun Jenaka, image via canva.com/goodminds.id

Dalam pelajaran bahasa, pantun adalah salah satu tema yang dipelajari. Ya, Kamu pasti sudah pernah mempelajari materi yang satu ini, bukan? Nah, perlu diketahui bahwa pantun sebenarnya masuk dalam kelompok puisi lama dan masih terkenal hingga saat ini.

Tentu, jika Kamu sering menonton entertainment di televisi, Kamu akan sering mendengar para pelaku hiburan tersebut berpantun.

Nah, itulah kenapa pantun sampai saat ini masih dikenal luas di masyarakat, meskipun mungkin mereka tidak mengetahui bagaimana detail pantun yang sebenarnya.

Ya, sebagaimana dikatakan di awal bahwa pantun adalah salah satu bagian dari puisi lama. Nah, apa yang dimaksud dengan puisi lama?

Puisi lama adalah jenis puisi yang memiliki ciri terikat oleh bentuk. Berbeda dengan puisi modern yang cenderung bebas bentuk, bebas suku kata dan lainnya.

Pengertian Pantun Jenaka

Dalam pembagiannya, pantun dibedakan menjadi beberapa jenis. Jenis-jenis pantun tersebut tentu saja dibedakan menurut fungsi dan juga makna yang akan disampaikan dalam pantun tersebut.

Satu hal yang harus Kamu ketahui bahwa ada makna yang disampaikan dalam pantun, sehingga pantun sebenarnya bukan hanya merupakan rangkaian kata tanpa makna.

Salah satu diantara jenis-jenis pantun yang terkenal adalah pantun jenaka. Tentu, dari istilahnya saja Kamu pasti tahu bahwa jenis pantun ini akan membahas hal-hal yang lucu dan menghibur.

Nah, menurut pengertiannya, pantun jenaka adalah pantun yang dibuat dengan tujuan untuk menghibur orang lain. Isinya adalah hal-hal lucu yang akan menghadirkan tawa ketika dibaca ataupun diperdengarkan.

Selain itu, jenis pantun ini juga bisa digunakan untuk saling sindir dalam suasana yang penuh keakraban.

Saling sindir dalam suasana yang akrab tersebut tentu tidak akan menimbulkan rasa tersinggung. Hal ini dikarenakan setiap yang mendengar pantun ini sudah memahami bahwa jenis pantun jenaka tidak berisi hal serius dan hanya berisi hiburan semata.

Baca juga : penjelasan dan contoh pantun secara umum

Fungsi Pantun Jenaka

Telah dibahas sebelumnya bahwa pantun-pantun dibedakan sesuai dengan fungsinya. Pembedaan ini dilakukan agar makna atau pesan yang ingin disampaikan dalam pantun bisa diterima dengan baik oleh pendengar ataupun pembaca.

Demikian pula dengan pantun jenaka. Ya, ada beberapa fungsi dari pantun jenaka yang mungkin perlu Kamu ketahui.

Dengan mengetahui apa saja fungsi dari pantun jenaka, maka pemahaman Kamu mengenai jenis pantun ini akan bertambah.

Adapun fungsi dari pantun jenaka adalah sebagai berikut:

  1. Sebagai media hiburan untuk teman yang sedang dirundung kesedihan
  2. Sebagai media untuk membangun keakraban dari dua orang yang baru bertemu atau mengenal
  3. Sebagai salah satu strategi memberikan pesan moral yang mudah diterima oleh orang lain
  4. Sebagai bentuk sindiran pada orang lain namun tanpa tendensi untuk menyinggung perasaan ataupun melukai hati
  5. Sebagai penghangat suasana dan mencairkan suasana saat berkumpul bersama keluarga besar ataupun teman-teman kelompok.

Ciri-Ciri Pantun Jenaka

Sebagai puisi lama yang terikat, pantun jenaka –dan juga jenis pantun lainnya, memiliki beberapa ciri khusus. Ciri-ciri ini harus diperhatikan saat Kamu ingin membuat pantun.

Tentu, pantun yang Kamu buat bisa disalahkan jika tidak mengikuti ciri yang menjadi kaidah pembuatan pantun tersebut.

Beberapa ciri pantun yang harus diketahui adalah sebagai berikut:

1. Tiap Bait Terdiri Dari Empat Baris

Jika dalam prosa dikenal dengan adanya paragraf untuk tiap rangkaian kalimat yang di dalamnya ada satu gagasan utama, pantun memiliki hal yang sama dengan sebutan bait.

Bait dalam pantun berisi untaian kata-kata yang berada dalam satu gagasan yang sama. Jika Kamu membuat pantun jenaka, maka gagasan tersebut adalah gagasan jenaka.

2. Tiap Baris Terdiri Dari 8 Hingga 12 Suku Kata

Dalam sejarahnya, pantun dulunya tidak dituliskan, melainkan disampaikan secara lisan. Dari sejarah ini memang bisa dilihat bahwa pantun adalah salah satu tradisi sastra lisan yang masih bertahan.

Nah, karena pada mulanya pantun diucapkan, maka jumlah suku kata dalam setiap baris dibuat sesingkat mungkin agar pesan bisa dipahami dengan mudah.

Oleh karena itu, saat membuat pantun terdapat ketentuan bahwa satu baris dalam pantun terdiri atas 8 hingga 12 suku kata.

Ini adalah aturan yang paling penting dalam membuat pantun. Jika pantun yang Kamu buat tidak mengikuti kaidah ini, maka tentu pantun tersebut bisa disalahkan.

3. Memiliki Sampiran dan Isi

Ciri pantun berikutnya adalah memiliki sampiran dan isi. Kedua hal ini, sampiran dan isi, adalah dua hal yang berbeda. Nah, sampiran sering disebut juga sebagai pengantar dalam pantun.

Letak pengantar ini ada di dua baris paling awal pantun. Sebagai pengantar, fungsi dari sampiran adalah menarik pembaca untuk membaca pantun hingga selesai.

Oleh karena itu, penting bagi Kamu untuk membuat sampiran yang menarik saat membuat pantun jenaka. Lalu, bagaimana dengan isi?

Nah, isi pantun adalah informasi yang disiapkan untuk diberikan kepada para pembaca. Letak isi pantun tersebut berada di baris ketiga dan keempat dari pantun.

Kedua baris ini berisi pesan –yang biasanya mengandung nilai moral, yang akan disampaikan kepada para pembaca.

4. Memiliki Rima a-b-a-b

Pantun adalah puisi lama yang memiliki aturan atau terikat dengan bentuk. Selain jumlah baris dan suku kata, aturan lain yang perlu diketahui tentang pantun adalah rima.

Ya, pantun memiliki rima a-b-a-b yang harus senantiasa diperhatikan.

Rima adalah bunyi suku kata terakhir dalam suatu baris pantun. Seperti bentuknya, aturan ini silang. Artinya, akhir suku kata di baris pertama harus sama dengan akhir suku kata di baris ketiga. Demikian pula untuk baris kedua dan keempat.

Misalnya, ketika di baris pertama Kamu menulis jingga, maka di akhir baris ketika Kamu harus menulis kata dengan rima yang sama, misalnya bunga.

Sedangkan jika di baris kedua Kamu menulis senang, maka di akhir baris keempat Kamu harus menulis kata dengan rima yang sama, misalnya tenang.

Beberapa poin di atas adalah ciri pantun jenaka dan jenis pantun lain pada umumnya. Ciri ini adalah aturan yang harus ditaati saat membuat pantun.

Karena termasuk puisi terikat, jika Kamu tidak mengindahkan ciri-ciri ini, maka pantun yang Kamu buat bisa salah. Dari sini Kamu bisa menilai: bagaimana dengan pantun yang dilisankan di acara hiburan di televisi?

Contoh Pantun Jenaka

Nah, untuk memperdalam pengetahuan Kamu tentang pantun jenaka, ada beberapa contoh jenis pantun ini yang bisa Kamu baca.

Dengan membaca beberapa contoh tersebut, tentu Kamu bisa mendapatkan inspirasi mengenai bagaimana pantun ini dibuat.

Adapun beberapa contoh pantun jenaka tersebut adalah sebagai berikut:

#1

Si Anda bernyanyi dengan kecapi

Sambil bernyanyi, ia menari sebisanya

Siapa orang yang tidak akan tertawa hati

Disangka waras eh ternyata orang gila

 

#2

Jalan-jalan ke kebun rawa

Jika capai, duduklah di pohon asem

Geli hati ini menahan tawa

Melihat kepala adik terjepit helm

 

#3

Hujan gerimis mengguyur-guyur

Tak jua reda meski sudah jam satu

Jangan kau menangis-nangis di atas kasur

Nanti kasurnya jadi rumah kutu

Nah, demikian beberapa ulasan mengenai pengertian hingga contoh pantun jenaka yang bisa Kamu pelajari.

Semoga bermanfaat!

Terimakasih sudah berkunjung dan membaca artikel ini.

Klik star berikut untuk memberikan dukungan pada kami 😀

Average rating 5 / 5. Vote count: 890

By continuing to use the site, you agree to the use of cookies. more information

The cookie settings on this website are set to "allow cookies" to give you the best browsing experience possible. If you continue to use this website without changing your cookie settings or you click "Accept" below then you are consenting to this.

Close